MEETING

1.6K 189 17
                                    

Siang hari yang cerah, awan biru dengan kicauan burung-burung. Tentunya awal aktivitas sudah dimulai. Myungsei Hospital sedang ramai, beberapa pasien keluar dari kamarnya dan bermain bersama. Rata-rata mereka menikmati permainan dan pengarahan dari petugas layaknya murid di Taman Kanak-kanak.

Seorang gadis muncul dituntun perawat wanita. Ia menggunakan piyama putih seperti yang lain. Bedanya, ia tidak mengikuti kegiatan seperti yang lain. Rambut hitamnya terjatuh di bahu, lurus dan tipis, seperti tubuhnya yang kian ringkih. Gadis itu adalah Min Yoongi, pasien yang tinggal sudah sekitar tujuh tahun di sana. Namun, perawat dan petugas menganggapnya teman.

Yoongi didudukkan di sebuah kursi panjang, menatap ke arah perkumpulan pasien yang sedang menonton pertunjukan boneka tangan. Ia ingin merasakan pikiran kosong seperti mereka, dan menikmati pertunjukan tersebut tanpa mengetahui penyakitnya. Hanya saja mustahil, marga Min adalah tanda keturunan asli dari Ratu di zaman Joseon. Mereka diwarisi dengan pikiran cerdas dan intuisi hebat.

Ketika sedang melamun, Yoongi dikejutkan dengan suara pria yang berteriak keras. Ia menoleh ke kiri dan menemukan seorang pria yang sedang menodongkan tiang infus kepada dua perawat lelaki. Pria itu sama sepertinya, memakai piyama putih dengan corak daun berwarna soft blue. Berarti ia adalah seorang pasien, dan tidak berkumpul dengan yang lain. Mungkin penyakit jiwa yang diderita pria itu terlalu sukar untuk diajak bersosialisasi.

"Jangan mendekat, kalian ingin aku dibunuh olehnya!" teriak pria itu dengan nada panik. Ia pun mengayunkan tiang ke udara kosong juga, seakan ada seseorang di sana. "Katakan pada mereka untuk tidak mendekat. Tolong pergi dari isi otakku!" lanjutnya disertai sentakan kuat dari tiang ke arah salah satu perawat tersebut.

"Park Jimin, sudah biasa seperti itu. Ia seperti Anna dalam film The Uninvited. Lebih baik kau tidak bergaul dengannya," ucap perawat yang berada di samping Yoongi. Perawat itu melanjutkan, "Kau memang boleh berinteraksi dengan siapa pun di sini. Hanya saja pemuda Park itu berbahaya, ia pernah menjatuhkan diri dari atas gedung, tetapi tertolong. Keberuntungan selalu ada dalam dirinya."

Yoongi hanya mengangguk dan memerhatikan Jimin lebih lekat. Sampai pria itu berbalik menatapnya. Ia langsung melihat sekelebat kejadian yang tiba-tiba merasuki otaknya. Napasnya memburu, jantungnya sakit karena berdegup kencang. Perawat yang berada di samping langsung menjerit karena terkejut. Yoongi terlihat seperti orang yang terkena asma.

Park Jimin, pria itu melihat seluruhnya. Ia melempar tiang infus pada dua perawat lelaki yang menjadi petugasnya. Jimin berlari ke arah Yoongi, entah mengapa orang-orang yang tadi dilihatnya menjadi bayangan samar dan menghilang. Fokus hanya pada Min Yoongi karena intuisinya.

Jimin segera memangku kepala Yoongi. "Cepat panggil Dokter!" perintahnya pada perawat wanita di samping Yoongi. Ia memeriksa denyut nadi Yoongi, dan mendekatkan telinga pada dada gadis itu. "Tekanan darahnya tinggi, jantungnya memompa darah cukup cepat karena terkejut. Pernapasannya terhambat, harus cepat-cepat diberi selang tenggorokan, atau napas buatan," ujar Jimin menerangkan.

Ia menatap dua perawat lelaki yang masih disorientasi seperti orang tidak berguna. Berbeda dengan perawat wanita di sebelahnya yang memperingatkan jangan main-main dengan ilmu kesehatan. Mendengarnya, Jimin merasa telinganya sakit. Maka dari itu, ia melakukan pertolongan pertama dengan caranya sendiri.

Jimin membuka mulut Yoongi lebar-lebar, dan langsung saja bertabrakan dengan mulutnya. Ia memompa dan berbagi napas ke dalam tubuh Yoongi. Ya, ia mencoba memberikan napas buatan pada Yoongi. Melakukannya beberapa kali, kemudian pernapasan gadis itu berangsur stabil. Dengan pandangan kabur, Yoongi menatap wajah Jimin yang berada di depan kepalanya.

Lalu seorang Dokter wanita bernama Kim Seokjin menghampiri mereka. Memeriksa keadaan Yoongi yang kini pandangannya berbayang. "Siapa yang menolongnya? Ini sudah bagus karena tidak memicu asma kambuh. Sebelumnya ia memiliki asma dan sembuh, tapi bukan tidak mungkin jika akan kambuh," jelas Dokter Kim.

Dua perawat lelaki tadi mengangkat tubuh Yoongi untuk duduk di kursi. Kemudian memegang kedua tangan Jimin, dan menyeret pria itu untuk kembali ke kamarnya yang berada di balik pintu besi. Jimin tidak memberontak, tetapi pandangannya terus menatap Yoongi, begitu pula sebaliknya.

Yoongi merasa lemas sekali. Ia menatap Dokter Kim dan berucap, "Apa aku akan menjalankan pemeriksaan lagi?" Seokjin hanya menggeleng, ia menyeka keringat di dahi Yoongi.

"Suster Lee, apa aku boleh menemui Jimin malam ini? Aku membutuhkannya," pinta Yoongi dengan nada lirih. Perawat yang dipanggil Suster Lee itu hendak menyanggah, hanya saja sudah dijawab Seokjin. "Jika ingin, kau harus di dalam pengawasan kami. Park Jimin ... ia sangat sakit dan memungkinkan tidak akan sembuh," katanya.

Yoongi mengernyit, ia menatap langit-langit ruang bebas tersebut. Jimin tidak akan sembuh karena tiada satu pun yang memahaminya, ia tahu itu.

To Be Continued ....

ILLEST [MINYOON GS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang