BEING MY GIRLFRIEND, PLEASE

1.3K 200 7
                                    


Embusan angin menerpa dedaunan yang bertengger kokoh di batang pohon. Langit sedikit berubah warna, hendak beralih ke sore hari. Di sebuah Taman dengan pohon yang gugur, Yoongi duduk di bawah sambil menatap ke arah bangunan tempat tinggalnya. Sudah tujuh tahun ia tinggal di sana, rasanya ada yang kurang. Mungkin, kehangatan keluarga yang tak lagi dirasanya.

Sembari menunggu Jimin, ia berdoa kepada Tuhan agar ada yang membantunya keluar dari sana. Mencari keluarga, dan meminta penjelasan mengapa dirinya dibuang. Sedikit kesulitan, karena bergerak banyak dapat membuat jantungnya berpacu cepat dan dadanya sakit. Ia merasa terlalu lemah, pantas saja banyak yang mengasihaninya.

Namun, ia tepis ketika mengingat sesosok Park Jimin. Pria itu sama sepertinya, sedari berumur enam belas tahun sudah terpisah dari keluarga. Dikarantina dan dirawat. Hanya saja, pria itu sangat kuat, berbeda dengan dirinya yang lemah. Bukan dirinya yang bisa dikasihani, tetapi Jimin. Sepertinya pria itu kehilangan ingatan lampau dilihat dari kebiasaannya.

"Yoongi, aku bawa sesuatu untukmu!"

Park Jimin, pria itu tampak bersinar di mata Yoongi. Hanya saja sinaran tersebut dipenuhi aura gelap yang bisa menjerumuskannya. Yoongi tersenyum saat melihat Jimin berjalan tergesa sambil membawa dua susu pisang. Semua yang dilakukan Jimin murni, ia seperti tidak menggunakan topeng.

"Terima kasih," ucapnya saat menerima susu pisang dari pria itu. Jimin tersenyum hingga matanya tenggelam, ia duduk di samping Yoongi dengan berdempetan.

"Aku merasa tenang di dekatmu. Tidak ada orang-orang berpakaian hitam dengan pisau ataupun kapak yang mendekatiku. Aku rasa mereka yang sakit, bukan aku," kata Jimin sambil cemberut.

Beginilah Jimin, ia selalu berbicara tentang apa yang dilihatnya. Terkadang ia bercerita memiliki banyak teman ataupun musuh. Yoongi sampai berpikir, bagaimana jika Jimin dilepas diluar sana?

Yoongi memejamkan mata, kepalanya bersandar di pundak Jimin. Ia sedikit mengantuk, bisa dilihat dari mata sipit nya yang sayu. "Aku lelah dengan semua ini, sudah sepuluh tahun. Tidak mendapatkan apa yang aku mau. Aku ingin keluar dari sini dan mencari pembenaran," ujarnya sedih.

Jimin tidak menanggapi. Ia hanya menatap ke depan sembari berbicara sendiri. Hanya saja, pembicaraan Jimin seolah ada lawan bicaranya di sana. "Aku bisa membantumu keluar dari sini, Yoon. Lucifer bilang, aku harus membawamu keluar dengan satu syarat," balasnya.

Yoongi terdiam, ia malas meladeni Jimin. Namun, ia percaya saja jika pria itu dapat membantunya keluar dari sana. Mengingat Jimin sudah pernah keluar, hanya saja gagal karena Yoongi dulu. "Apa syaratmu?"

"Jadilah pacarku!"

***

Sekitar jam sepuluh malam, beberapa penjaga gerbang sudah mulai bergantian. Perawat wanita yang biasa mendapat shift siang sudah pulang sedari sore. Berbeda dengan perawat pria yang berjaga sampai jam sembilan malam. Petugas biasa yang keliling dan menjaga keamanan akan datang tengah malam nanti, untuk berkeliling menjamin keadaan Myungsei Hospital.

Bukan menjaga keamanan dari ancaman di luar. Lagipula siapa yang ingin merampok Rumah Sakit Jiwa? Petugas hanya berkeliling sekitar Myungsei Hospital saja. Karena dikhawatirkan ada pasien kabur. Apabila yang kabur adalah pasien VIP, maka tamatlah kota, diganggu oleh orang sakit jiwa.

Hanya saja mereka tidak memeriksa lantai dua, tempat pasien VIP yang harus diawasi ketat. Karena pintu besi dan sebuah sel, mereka merasa aman-aman saja. Padahal, ada satu orang yang berbahaya akan beraksi malam ini. Seseorang yang sudah membuka pintu kamarnya sendiri, menjadikan sprei putih sebagai penutup kepala dan terlihat seperti maling.

Ia berjalan pelan-pelan, tidak ingin pasien lain di sana terbangun. Saat hendak menggunakan lift, ia merasa akan ada yang datang. Maka dari itu, ia bergegas bersembunyi di balik sebuah tangga darurat yang sepi. Dalam hati, ia berhitung satu sampai tiga karena tahu namanya akan dipanggil.

"Park Jimin menghilang!"

Park Jimin yang masih bersembunyi, sudah menduganya. Ia menunggu sampai para petugas tadi berjalan melewati tangga darurat terlebih dahulu. Karena ia tahu, petugas itu berpikir Jimin kabur lewat tangga darurat, maka dari itu tidak bertemu di lift. Manusia akan berfokus mencari secara umum, bukan detailnya. Jimin berspekulasi bahwa para petugas akan berpikir ia sudah kabur dari sana, bukan di mana dirinya bersembunyi.

Ia berlari menuju lift dan menekan angka satu. Hanya beberapa detik, ia sudah berada di lantai utama. Saat lift terbuka, Jimin langsung berlari menuju ke lorong bagian kiri. Di sana adalah kamar pasien yang tidak terisi, kemungkinan Yoongi ada di sana. Karena Yoongi sehat, tidak akan digabung dengan pasien sakit jiwa, pikirnya.

Ia menemukan satu kamar yang tertutup.  Membukanya dan menemukan wanita yang dicarinya tengah tertidur. Yoongi terlihat cantik dengan pakaian casual, bukan sepertinya yang sama dengan pasien lain. Jimin membangunkan Yoongi dengan terburu. Wanita itu mengernyit saat merasa ada yang mengguncang tubuhnya. Namun, dari suara yang dikenalnya, sontak saja ia terbangun. "Jimin, apa yang kau lakukan di sini?"

"Kau bilang ingin keluar dari sini. Aku akan menempati janjiku untuk membantumu keluar dari sini, Sayang."

To Be Continued ....

ILLEST [MINYOON GS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang