THE WITNESS

1.2K 173 7
                                    

Malam semakin larut, tetapi tidak menghambat wawancara. Jimin sedari tadi ditanya, tetapi pria itu tetap diam dan menatap lantai. Seungmin sudah gemas ingin menggaruk dinding karena Jimin tidak membuka mulut. Padahal sudah ada seorang Detektif yang menunggu kesaksiannya. Yoongi hanya menopang dagunya bosan di samping Jimin. Lalu ia teringat, Jimin akan mengamuk bila merasa terancam. Namun, di sini ia malah terdiam. Apakah itu reaksi untuk keadaan yang sama?

Yoongi memikirkan sebuah ide. Ia harus menunjukkan bahwa dua orang di hadapannya itu bukan ancaman. Jadi, dengan inisiatif sendiri ia berkata, "Detektif Kim, setelah ini apa menu makanan kita, ya? Aku sangat lapar." Ia mengedipkan mata layaknya mengirimkan kode. Detektif Kim yang merasa dipanggil pun menjawab, "Di kantin perusahaan ini ada bibimbap."

Jimin yang mendengarnya langsung berbinar. "Aku mau makan," katanya. Seungmin sendiri menepuk dahinya, tentang makanan saja langsung menjawab. Ia yang sedari tadi bertanya malah tidak dihiraukan. Sepertinya makanan adalah senjata jitu untuk Jimin.

Melihat tidak ada yang bangkit dari tempat duduk, Jimin menjelaskan, "Aku mengingat orang tuaku diberi sebuah minuman, kemudian tidak sadarkan diri setelah meminumnya. Wajahnya kuingat, ia adalah orang yang selalu menemaniku di dalam sel. Ternyata rupanya sama dengan seseorang yang memberikan racun kepada orang tuaku. Aku pun diberi, tetapi tidak membuatku mati. Aku sering pusing dan merasa adanya pergantian waktu yang cepat."

Tidak ada yang menyahut, Jimin melanjutkan, "Aku merasa seperti dikejar sesuatu. Lalu saat merasa sendiri, seseorang yang bernama Lucifer datang kepadaku dan menemaniku sepanjang hari. Sampai Yoongi datang, ia menghilang. Apakah Lucifer hanya sebagian dari halusinasi berkepanjangan saja?"

Yoongi mengelus punggung tangan Jimin, memberikan kekuatan padanya. Seungmin hanya menghela napas, praduganya benar. Jimin diberi narkoba dengan dosis tinggi, sedangkan orang tuanya meminum racun. Detektif Kim yang mendengar pun mematikan perekam suara berbentuk pena di tangannya, kemudian ia mencatat kesaksian Jimin.

"Apa aku boleh makan sekarang?"

***

Sudah malam, tetapi kantin di dalam Kantor SBC masih ramai. Membuat beberapa orang mengantre, termasuk Yoongi. Jimin hanya duduk bersama Seungmin di salah satu meja makan. Yoongi hanya mengambilkan makanan untuk Jimin. Ia dan Seungmin tidak memiliki nafsu makan sekarang, karena pernyataan dari Jimin.

Setelah mendapat seporsi bibimbap ekstra, ia bergegas menuju Jimin dan Seungmin. Dapat dilihatnya Seungmin mencoba berbicara pada Jimin, tetapi pria itu tidak menghiraukannya. Bersama Kyuhyun saja dia meledak, mengapa dengan Seungmin malah tak acuh? Aneh. Yoongi duduk tepat di samping Jimin dan menyodorkan mangkuk besar yang dibawanya.

"Selamat makan!"

Jimin langsung melahap makanannya dengan senang. Tidak terlihat seperti sehabis diwawancara tentang sesuatu yang membuatnya sedih. Ia kembali lagi menjadi Park Jimin biasa seperti di Rumah Sakit Jiwa. Saat pria itu tidak tertekan, inilah penampakannya. Polos seperti tidak memiliki tekanan dan tampak seperti anak kecil.

Seungmin yang melihat Jimin seperti itu langsung merasa bersalah. Ia tidak pernah membenarkan perbuatan suaminya. Maka dari itu, ia benci kepada Kyuhyun dan ingin menjebloskannya ke penjara. Teringat ada Yoongi di sana, ia berkata, "Yoongi, maafkan aku. Sebenarnya yang memasukkanmu ke Myungsei Hospital adalah aku. Aku hanya ingin kau menemani Jimin, mengingat sikapmu yang selalu penasaran."

"Aku ingin kau membantunya tumbuh. Hanya saja dalam tujuh tahun kalian bersama, baru sekarang berinteraksi. Membuatku harus mencari bukti kebusukan Kyuhyun secara mendalam, tapi terima kasih telah membawa Jimin untuk bersaksi. Aku mencintaimu, Yoongi," lanjutnya dengan nada penuh penyesalan. Yoongi menggelengkan kepala.

"Aku bersyukur bisa tinggal di sana. Tinggal di Myungsei Hospital mengajarkanku untuk tidak mengeluh. Di sana lebih banyak orang yang menderita daripada diriku sendiri. Namun, di balik penderitaan, mereka merasa sangat bahagia. Aku senang di sana, apalagi bisa mengenal Jimin, seseorang yang bertolakbelakang dan bisa melengkapi kekuranganku," pungkas Yoongi. Seungmin mengangguk hingga mengeluarkan air mata.

"Di luar sana banyak sekali orang yang merasa bahwa dirinya paling menderita. Menutup mata dengan sekitar, dan tidak menyadari setiap orang memiliki penderitaan masing-masing. Aku senang kau bisa merasakan keadaan di dunia ini, walaupun terkurung di dalam Rumah Sakit Jiwa. Aku senang kau lebih manusiawi, daripada manusia yang bebas di luar sana." Perkataan Seungmin membuat Yoongi tersenyum. Ia tidak merasa kecewa lagi, akhirnya ada suatu alasan yang membuatnya bahagia di dalam Rumah Sakit Jiwa.

Kesadaran akan sekitarnya, itulah pelajaran yang didapat. Apakah kau sudah menatap ke sekitarmu?

To Be Continued ...

ILLEST [MINYOON GS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang