5

2.5K 390 121
                                    

Ketidakharmonisan kedua orangtua Uti mampu membuat gadis 17 tahun tersebut tertekan. Seolah tiada hari tanpa pertengkaran sejak beberapa tahun terakhir. Tak heran jika Uti lebih sering menghabiskan waktu di luar, entah itu meladeni kegalauan Aya, maupun sekedar main ke rumah sahabatnya tersebut.

Keramahan bunda dan ayah Aya cukup membuat Uti betah berlama-lama di sana. Selain itu, bertemu Andra adalah salah satu alasan lainnya. Apa yang Uti rasakan tak pernah diketahui siapapun. Entah masalah asmara maupun masalah rumah tangga kedua orangtuanya.

Bahkan Uti selalu membuat alasan ketika para sahabatnya tersebut hendak main ke rumahnya. Ternyata, di balik itu semua Uti menyembunyikan sesuatu.

Ketika lagi dan lagi ia melihat secara langsung pertengkaran hebat ayah dan juga ibunya sore itu, Uti memilih menutup mata dan telinga. Ia berlari dengan kondisi kaki yang terluka, lalu mengunci diri di dalam kamar.

Menangisi kehidupan keluarganya yang berantakan seperti tak ada makna. Baik ayah maupun ibunya tak pernah mencoba menjelaskan kenapa mereka selalu melakukan hal itu di depan putri tunggal mereka sendiri.

Air mata yang selama ini ia tumpahkan dalam diam, coba untuk disembunyikan dari siapapun.

Lalu, ketika pada pertengkaran sore sebelumnya sang ibu meminta berpisah, sepertinya kebahagiaan hidup Uti tengah dipertaruhkan.

Ayahnya menyetujui permintaan tersebut.

Mereka... Memutuskan bercerai.

"Kamu mau ikut Mama atau dia, Put?" tanya sang ibu usai sidang perceraian mereka dibubarkan.

Putri atau Uti dia dipanggil tertunduk lesu sembari meremas jari jemari tangannya. Seragam SMA masih melekat di tubuhnya menandakan bahwa ia baru saja pulang dari sekolah, dan kedua orangtuanya telah menunggu di rumah besar mereka.

"Sudah kubilang, Putri harus ikut bersamaku. Dengan penghasilanmu yang tak seberapa itu, memangnya kamu mampu membiayai hidup Putri? Biar Putri ikut denganku."

"Hey, jangan sombong kamu. Sekedar menghidupi putriku sendiri aku juga mampu. Dan tolong kamu ingat..." Ibu Uti mengacungkan telunjuk di depan wajah sang mantan suami. "Aku yang telah bersusah payah melahirkan dia sampai ke dunia ini."

"Dan tolong juga kamu ingat, tanpa aku, Uti tak akan di dunia ini." Ayah Uti membalas tak mau kalah.

Jelas apa yang sang mantan katakan, mampu memancing emosi ibu dari Uti. Mereka kembali terlibat pertengkaran mengenai hak asuh anak. Bahkan mereka tak peduli jika putri mereka menyaksikan itu di depan mata kepalanya sendiri.

Telapak tangan Uti mengepal, matanya terpejam erat. Kesabaran seorang Uti berada diambang batas, sehingga ia menarik napas dalam, dan berteriak. "CUKUP!!!"

Baik ayah maupun ibu Uti sama-sama terdiam. Mereka berhenti beradu mulut. Putri mereka ditatap dengan perasaan bersalah.

"Sejak lahir aku di sini. Rumahku sejak dulu di sini. Apapun yang terjadi di antara kalian berdua, aku akan tetap memilih rumah ini sebagai tempat tinggalku. Selamanya." Gadis itu kemudian berlari, masuk ke dalam kamar.

"Kamu dengar? Putri lebih memilih tinggal bersamaku di rumah ini. Jadi sekarang, lebih baik kamu pergi dari rumah ini. Semoga kamu dan selingkuhanmu itu hidup bahagia selamanya. Pintu keluar di belakangmu, ya. Selamat tinggal," dan pria paruh baya itu ikut meninggalkan mantan istrinya di ruang tamu yang tengah menyimpan kedongkolan hati terhadap pria itu.

🐑🐑🐑

Hari ini peternakan Andra kedatangan satu pasukan ternak baru. Beberapa waktu lalu mereka telah memesan tiga puluh ekor bebek Kalimantan jenis Alabio. Jika sebelumnya bebek yang mereka ternakkan adalah bebek Jawa, maka kali ini mereka mencoba membeli dengan jenis berbeda.

FlowerBoy New EraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang