8. Dunia baru.

6.5K 565 40
                                    

Dunia akan semakin kuat,
Di tangan orang yang tepat.
-My Princess-

***

259 tahun, dunia iblis masih tampak aman dan tenteram. Kekhawatiran Kenzie dan para klan tak terwujud. Selama itu pula, para generasi setiap klan menjelajahi setiap ujung dunia untuk mencari informasi Lucio. Namun semua tampak tenang dan tak ada kerusakan apapun.

Meski begitu, Ellina dan Kenzie tetap berjaga dengan semua kemungkinan terburuk. Seluruh klan pun melakukan hal yang sama. Kerajaan-kerajaan itu tak terlihat bahkan setiap anggota klan mulai berabaur dengan manusia dengan sangat baik. Hidup nyaman dan merasa tak memiliki tujuan. Atau kah waktu membuat mereka lupa?

Di antara itu semua, sedikit lebih banyak para raja dan ratu setiap klan mulai merasa lega. Ini sudah ratusan tahun dan tak ada tanda-tanda kekacauan yang muncul. Mereka selalu merasa bahwa setiap anggota klannya di luar sana hidup nyaman dan damai. Mengingat bahwa keseimbangan dunia tetap terjaga. Yang berarti jiwa sang kegelapan mulai tenggelam atau belum bertindak?

Namun di dunia manusia, di pinggiran perbatasan antara kedua dunia, di suatu tempat yang tak terjamah, lautan luas yang dalam itu tampak tenang. Gelombang ombak tampak saling berkejaran. Semua terlihat normal, sebelum seorang pemuda tinggi itu berdiri di tepian karang. Matanya menatap datar, ke lautan lepas yang ada di depan matanya.

Mata yang menatap datar itu memperjelas wajahnya. Ekspresi dingin dengan mata yang menatap tajam. Lengkungan alis hitam terlihat sempurna membingkai dua matanya yang memiliki bulu mata lentik. Garis hidung menjulang tinggi dengan lengkungan bibir tipis yang mengundang mata siap tergoda. Garis wajahnya tak banyak berubah, hingga mempertegas karakter dinginnya. Kulit putihnya tampak memerah di terpa panasnya matahari yang bersinar. Namun ia tetap berdiri kokoh, sebelum akhirnya melangkah mendekati tebing dan meletakkam kakinya pada sebuah batu kecil.

"Ayah, aku pulang," ujarnya dengan ekspresi yang tak berubah.

Runtuhan-runtuhan batu karang kecil mulai berjatuhan ke dalam laut. Suara derasnya air diiringi ombak besar yang menepi membuat laut seakan terbelah. Setelahnya, dari dalam laut, muncul ujung menara-menara kecil dan terus terangkat naik. Menuju permukaan dengan air yang ikut terangkat naik lalu kembali turun dengan deras. Menampilkan bangunan besar yang layak di sebut istana mulai terlihat hampir seluruhnya. Namun siapa yang tahu, bahwa istana itu berada di kedalaman lautan yang tak terjamah. Bahkan sebagian dari bangunan itu masih terendam di lautan dan tak terlihat seluruhnya.

Sebuah jembatan terangkat seiring bangunan istana itu tampak di atas lautan. Terulur tepat di bawah kaki sang pemuda yang masih melihat derasnya air turun dari puncak-puncak menara istana di hadapannya.  Ia mulai melangkah, melewati jembatan panjang menuju pintu istana yang terbuka. Menatap arus dalam yang berputar di sekitar istana menciptakan lubang dalam di lautan yang penuh dengan godaan kematian.

Ruangan sepi dengan altar merah itu terlihat suram dengan minimnya cahaya yang masuk. Mata gelapnya membuat dua alis itu melengkung saling bertautan. Ekspresi itu berubah patuh saat seseorang pria turun dari tangga dan menatap matanya lembut.

"Erlanzio Ellzharo, kau pulang lebih cepat dari yang Ayah perkirakan. Jadi apa yang kau bawa untuk Ayah?"

Pemuda yang  bernama Erlanzio itu mengangkat wajahnya sedikit. Menatap sepasang mata lembut dengan iris coklat yang menggoda. Senyum hangat itu seakan merengkuh kesepiannya. "Ayah, semua terkendalikan. Lalu, mereka akan datang tepat setelah fajar tenggelam."

MY PRINCESS (The Dark In Fear, The Cuddle In Death) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang