🌼 - His Eyes

7.2K 952 150
                                    

"Dok..."

Yuvin terkejut tengah malam itu saat seseorang menggedor pintu apartemennya dengan tidak bersahabat saat hujan deras, tepat ketika ia sedang berusaha untuk tidur setelah pulang sekitar 2 jam lalu. Ia hampir saja memaki siapapun yang terus menggedor pintu apartemennya, seolah tidak tahu bagaimana cara kerja bel yang terpasang di sana dan intercom yang ia sediakan di pintu apartemennya, namum ia mengurungkan niatnya saat matanya menangkap sosok pujaan hatinya berdiri di sana. Dalam keadaan basah kuyup, badannya yang bergetar antara kedinginan dan menangis, juga isak tangis yang keluar dari bibir merekahnya.

Yuvin mencengkram kedua bahu pujaan hatinya, memastikan bahwa tidak ada luka berarti di tubuh kekasihnya. Hanya basah karena air hujan. Namun tubuhnya bergetar, entah karena kedinginan atau karena tangisannya. Satu-satunya yang Yuvin sungguh tangkap dari kekasihnya adalah tatapan yang begitu nelangsa,  begitu terluka, dan begitu sedih.

Apa yang sudah terjadi pada kekasihnya? Siapa yang tega membuat kekasihnya kehujanan di tengah malam begini? Dan siapa pula yang memiliki banyak nyawa sehingga berani membuat kekasihnya menangis hingga sebegini parahnya?

Yuvin belum sempat bertanya lebih jauh, menerka siapa pelakunya atau mencari jawabannya sendiri melalui tebakan, saat tiba-tiba Yohan menabraknya, memeluknya begitu erat, seakan tidak peduli bahwa mereka berdua akan basah.

Yuvin membalas pelukan erat Yohannya di pinggang dan membawa kekasihnya masuk, kemudian ia menutup pintu dengan salah satu kakinya. Ia mengusap punggung basah Yohan perlahan. "Hey, who hurt you, Sweetheart?"

Tubuh Yohan kembali bergetar. Kali ini getarannya membuat Yuvin harus mengurungkan begitu banyak pertanyaan untuk kekasihnya. Biarlah malam ini ia menyimpan sendiri pertanyaannya, juga membuat sendiri jawabannya. Kekasihnya tak ingin membahas apapun malam ini. Yohannya seperti memberi tanda bahwa tak ada yang perlu mereka bicarakan, tapi begitu banyak yang harus mereka lakukan.

"Kamar saya, oke?"

Yohan mengangguk pelan dalam pelukan Yuvin, dan tak ingin membuang banyak waktu, Yuvin mengangkat tubuh Yohan yang basah kuyup. Ia perlu segera mengeringkan tubuh ini atau sama sekali tak ada rasa nyaman yang diterima Yohan nanti bila mereka jatuh tertidur.

Terakhir kali Yuvin melihat Yohan menangis adalah malam itu, yang kemudian ia mencium Yohan tanpa status yang jelas. Sampai sekarang, ia belum bisa menemukan jawaban mengapa Yohan begitu menghindarinya hari itu dan membutuhkan waktu lama untuk mencari jawaban pastinya, meski ia telah memiliki seluruh hati Yohan.

Yuvin mendudukkan Yohannya di pinggiran tempat tidur. Namun saat ia hendak beranjak untuk mengambil handuk dan pakaian kering, Yohan menahannya dengan memeluk lehernya dengan kedua tangan, membuatnya harus bertahan dengan posisi membungkuk.

"Dok, saya tau kalau hubungan kita salah. Saya terlalu jauh melampaui batasan yang saya miliki, saya juga terlalu jauh melanggar batas yang seharusnya nggak pernah coba saya lampaui, tapi bagaimana, dok?"

Yuvin melepaskan pelukan kekasihnya dan bersimpuh di depan kaki kekasihnya. Ia menggenggam tangan Yohan yang dingin dan basah, kemudian mengusap punggung tangannya. "Semesta tau, Han, kalau hubungan kita salah. Seharusnya kamu dengan seorang wanita cantik, begitupun saya. Seharusnya kita nggak begini. Tapi kita malah begini. Kita yang seharusnya mencintai seorang perempuan, malah saling jatuh cinta."

Di ujung kamar sana, sebuah tape mini mengalunkan lagu The Fault in Our Stars milik Troye Sivan. Lagunya lirih, namun memberikan kesan lembut, selembut bagaimana Augustus Waters selalu memperlakukan Hazel Grace-nya. Liriknya sederhana, mudah diingat, sebagaimana kenyataan sederhana bahwa Augustus Waters mencintai Hazel Grace, dan setiap apa yang mereka lakukan, meski sederhana, semuanya sangat memorabel.

The Fault in 50 Shades of Our Stars (DISCONTINUED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang