🌼 - His Cheeks

7.2K 891 224
                                    

Song Yuvin pasti sudah gila.

Itulah yang ada di pikiran Yohan saat ini. Song Yuvin pasti sudah gila. Residen bedah itu pasti sudah tidak waras. Pasti ada yang salah dengan otak di dalam kepalanya. Tidak ada orang waras yang akan melakukan tindakan seperti yang Yuvin lakukan pagi ini dan Yohan yakin benar, Song Yuvin pasti sudah gila.

Bagaimana Yuvin menganggah fotonya - foto Yohan - ke akun Instagram pribadi dengan keadaan Yohan shirtless dan leher, bahu, serta dadanya penuh dengan bercak kemerahan sisa pergumulan panas mereka sejam lalu? Yohan sama sekali tidak menduga bahwa kekasihnya akan mengambil jalan seekstrem ini hanya untuk menunjukkan kepemilikannya atas dirinya. Tidak cukupkah memeluk atau mencumbunya di depan umum? Mengapa juga harus foto shirtlessnya? Oke, Yohan takkan keberatan dengan foto itu jika tidak tampak semua guratan merah di sana, bukti bahwa pergumulan mereka begitu panas dan penuh gairah. Serta ia dengan hasrat membuncahnya.

Yohan menatap ponselnya. Junho berkali-kali menghubunginya, dan mengiriminya ratusan pesan, yang tak satupun berani ia beri respon. Ia hanya mendiamkan setiap panggilan Junho, membuat kesan bahwa ia tidak menyadari bahwa sejak tadi Junho meneleponnya dan ia tidak membalas pesan apapun yang dikirimkan Junho, membuat kesan bahwa ia tidak membaca ratusan pesan yang dikirim Junho padanya sejak tadi.

Apa yang harus dikatakannya pada teman-temannya? Bagaimana ia harus menjelaskan pada Junho? Bukan tentang konsep shirtless yang ia gunakan pada foto pagi ini, tapi bagaimana ia mengatakan tentang apa yang dilakukannya dengan Yuvin pagi ini atau bagaimana ia mendapat begitu banyak guratan merah di leher, bahu, dan dadanya?

Sial benar hidupnya pagi ini. Ia ingin mengubur diri saja.

"Cho Seungyoun barusan komen di Instagram. Dia bilang, kamu seksi."

Yohan mengalihkan pandangannya ke arah Yuvin yang duduk di dekat jendela, menikmati kopi di meja dengan keadaan shirtless dan sesekali mengepulkan asap dari sebatang rokok yang dihisapnya begitu nikmat.

Yohan mengerutkan dahi. Sebuah tanda tanya besar muncul di kepalanya. Ia lantas mendudukkan dirinya, bersandar pada kepala ranjang, dan menutup sebagian tubuh polosnya dengan selimut. "Sejak kapan dokter merokok?" tanyanya.

Yuvin menoleh menatap Yohan sebentar. Ia mematikan rokoknya dan meletakkan puntungnya di sisi gelas kopinya. "Udah lama, tapi beberapa tahun sejak lulus koass, saya berhenti ngerokok. Pagi ini, lihat komentar Cho Seungyoun, saya tiba-tiba pengen ngerokok lagi."

"Saya nggak suka asap rokok, dok."

Yuvin terkekeh dan melangkah mendekati Yohan ke tempat tidur. "Well, saya bukan penggila rokok, Han. Pagi ini saya ngerokok, besok nggak. Jarang," katanya.

Yohan menunduk dan menggapai bibir Yuvin saat residen bedah itu membungkuk untuk mencium bibirnya lagi. Ciuman kesekian kalinya pagi ini. Ia melepaskan ciumannya setelah Yuvin memberikan satu lumatan lembut di bibir bawahnya. "Saya mau mandi lagi, dok. Jam 6 pagi saya harus ke rumah sakit."

Yuvin menaikkan kedua alisnya. "Mau mandi bareng?"

"Apa? Nggak usah, saya bisa mandi sendiri."

Yuvin mendekat ke telinga Yohan, meninggalkan jilatan sensual di bagian dalamnya. "I don't accept rejection, Sweetheart."

Yohan akhirnya membiarkan Yuvin menyingkap selimutnya, menatap tubuh polosnya yang seakan remuk setelah perjamuan panas mereka dini hari tadi. Dan ia membiarkan Yuvin mengangkat tubuhnya, sementara ia menyembunyikan wajah meronanya di perpotongan leher kekasihnya.

Yuvin terkekeh menatap kekasihnya yang tampak malu-malu dalam gendongannya. Ia menatap tubuh polos Yohan sekilas, tersenyum begitu menangkap banyak guratan merah di leher, bahu, dan dada kekasihnya.

Yohan miliknya. Hanya miliknya. Hanya ia yang bisa memiliki, mencintai, dan menyentuh Yohan seutuhnya. Tidak yang lainnya.

Yuvin menunduk sedikit, meniupkan napas lembut di daun telinga Yohan dan berbisik pelan, "That kissmark matches your body, Sweetheart. You look charming."

Yohan tidak menyahut. Memikirkan Yuvin sedang memerhatikan tubuhnya adalah hal yang paling membuatnya gila. Bahkan setelah panasnya pergumulan mereka dini hari tadi, ia masih tak mengerti mengapa hanya memikirkan jika Yuvin menatap begitu intens tubuh polosnya sudah membuatnya nyaris tak waras.

Yuvin menurunkan Yohan begitu hati-hati ke dalam bathup berisi air hangat dan busa sabun beraroma maskulin yang biasa ia gunakan. Sementara Yohan tampak mengalihkan pandangannya ke mana pun, Yuvin hanya terkekeh menatap tingkah malu-malu kekasihnya. Manis sekali, seakan lupa betapa bergairahnya Yohan saat mereka bercinta.

Yohan tersentak kaget saat pinggangnya ditarik dan merasakan punggung telanjangnya menempel tanpa jarak di dada kekasihnya. Ia bisa merasakan kedua kaki jenjang Yuvin berada di kedua sisi tubuhnya, kedua lengan Yuvin yang memeluk pinggangnya erat, napas hangat Yuvin di sekitar telinganya, dan kecupan-kecupan ringan tanpa jilatan di bahunya.

Yohan menoleh ke samping. Ia melihat Yuvin begitu senang mengecupi bahunya, pada tempat di mana guratan merah itu membuatnya memikirkan kembali jam-jam di mana mereka bercinta.

"The smell of your body is like opium. How can you be born with this beautiful body?"

Yuvin membenarkan pernyataan Byungchan bahwa Yohan memiliki tubuh yang indah dan paras yang menawan. Kakinya jenjang, tubuhnya berisi namun tidak gendut, pinggangnya ramping, lengannya sempurna, matanya cantik, bibirnya penuh namun tidak berlebihan, dan hidungnya proposional dengan bentuk wajahnya. Yohan pasti mudah membuat siapapun bertekuk lutut dengan keindahan tubuh dan parasnya. Termasuk Yuvin.

Yuvin harus mengakui bahwa ia tak hanya tergila-gila pada Yohan, tapi juga pada tubuhnya. Bagaimana tubuh ini memberi respon begitu mengangumkan di sepanjang jam mereka bercinta, bagaimana tubuh ini memerintah pemiliknya untuk mendapatkan sesuatu yang lebih hingga pada puncaknya, dan bagaimana tubuh ini mengekspresikan hasrat membuncah pemiliknya, membuat suara-suara rintihan, geraman, dan desahan mengalun sempurna menjadi satu.

Yuvin membuka matanya, mencium pipi Yohan perlahan. "Kamu milik saya. Cuma saya yang bisa memiliki kamu. Seutuhnya."

Seutuhnya. Adalah kata mutlak dalam kamus Yohan. Yuvin tak pernah suka dibantah, terutama dalam kepemilikan. Kekasihnya takkan pernah sungkan menunjukkan bahwa hanya ialah yang berkuasa atas Yohan, baik hati atau tubuhnya. Yuvin tidak suka berbagi. Segala hal yang sudah dilabelinya sebagai miliknya, selamanya akan mutlak menjadi miliknya.

Yohan menyandar nyaman di dada Yuvin, seperti malam-malam setelah mereka selesai menggapai puncak tertinggi dalam hasrat mereka, membiarkan Yuvin menciumi kedua pipinya bergantian.

"I'm yours, Song Yuvin."

Yohan memutar kepalanya, berusaha menggapai bibir Yuvin dan memagutnya penuh perasaan. Ia hanya milik Yuvin. Hanya Yuvin yang boleh mencintai, memiliki, dan menyentuhnya seutuhnya. Tidak ada yang lain.

 Tidak ada yang lain

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
....
.

Di balik Residenstagram punya Song Yuvin yang dihapus kemaren hehehe😁

Sebenernya mau kuperbarui kemarin malam, tapi aku nggak sempat. Ya maaf kalo jadinya pagi😳

The Fault in 50 Shades of Our Stars (DISCONTINUED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang