Chapter 10 : dasar Blood A😪

19 5 0
                                    

5 Km jarak yang di tempuh Hyesoo saat ini dengan dua kantong yang berisi makanan yang kini menggantung di tangannya, keringat yang mulai membanjiri tubuhnya tak membuatnya beherti berjalan.

Waktu yang menunjukan pukul 12 malam Hyesoo masih saja berjalan tanpa berhenti, entah terbuat dari apa perempuan ini walaupun sesekali dia mengeluh karena perjalanan jauhnya, menggunakan mobil saja memakan waktu 1 jam dan sekarang dia berjalan entah kapan dia akan sampai ke dorm.

"Jinho oppa kalau aku tidak mencitai dan mengidolakanmu aku tidak akan seperti ini, dan sekarang tabungan ku terkuras habis karena salahmu!!" gerutu Hyesoo.

"aigoo!! Jinho oppa!! Sekarang kau menyebalkan! Rasakan saja jika aku tidka mengidolakanmu lagi! Laki-laki macam apa yang tega meninggalkan perempuan di tempat sejauh itu tanpa pegangan uang lebih! Dan harus membayar semua makanan, dan harus berjalan sejauh ini pula!"

"eomma!!!" teriak Hyesoo yang akhirnya berhenti di pertengahan jalan.

Deru nafas yang kini mulai kencang dan peluh yang makin membanjiri tubuh Hyesoo membuatnya memutuskan untuk beristirahat di sebuah halte.

Jinho yang kini akan memasuki dormnya memilih terdiam sejenak karena terlintas sesuatu di pikirannya.

"kalau dia tidak membawa uang lebih bagaimana?" tanya Jinho pada dirinya sendiri.

"ahh bukan urusanku" sambungnya sambil berjalan masuk menuju dormnya.
Selang beberapa menit Jinho berlari keluar dormnya dan pergi menuju basement lalu melajukan mobilnya kembali.

"jam 12! Aku tidak seperti ini lagi pada wanita!" ucapnya yang menancapkan gasnya dengan kecepatan tinggi.

Hyesoo yang meluruskan kakinya kini melihat sekelilingnya yang mulai sepi.

Seketika diam saat merasa aneh dan tak asing dengan tempat yang ia duduki.

"apakah ini halte?" tanya Hyesoo pada dirinya sendiri.

Dia melihat sekelilingnya dan melihat nama tempat tersebut.
Setelah menyadari dia diam di halte dia mulai melihat jam tangan yang melingakar di tangannya.

"jam 12"

Keringat dingin yang kini mulai muncul dari pelipisnya membuatnya tegang dan meremas roknya dengan kuat.

Dia kembali melihat sekelilingnya dan melihat sisi gelap di sebrang halte tersebut.

Dengan sekuat tenaga dia mulai berdiri dan berlari menjauh dari halte tersebut dia mulai mengingat kembali saat-saat dimana ada seseorang yang akan memperkosanya waktu itu.

Setelah dia rasa telah menjauh dari halte tersebut dia berhenti dengan deru nafas yang tidak teratur.

"aku benci padamu laki-laki brengsek!"

Jinho yang telah sampai di restoran tadi menuju meja yang dia duduki tadi, setelah di lihat tidak ada siapa-siapa pelayan pun menghampirinya.

"permisi apa ada yang bisa saya bantu? Restoran akan di tutup 10 menit lagi"

"apakan anda melihat wanita yang ada di meja ini? Dia mengenakan dres merah muda dengan rambut yang diurai"

"dia sudah pergi sekitar 2 jam tadi"

"benarkah?" tanya Jinho meyakinkan.

"nee"

"terimakasih"

Jinho kembali ke mobilnya dan meninggalkan restoran itu.

"kalau dia sudah pergi 2 jam tadi kenapa dia belum sampai rumah? Harusnya dia sudah sampai rumah, padahal aku tadi mengunjungi rumah paman terlebih dahulu dan itu cukup lama"

My Idol is My Last Love. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang