"Segar..." Gumamnya setelah keluar dari kamar mandi dengan air panas membuatnya kembali segar, lilitan handuk yang ada di lehernya dan ia memakai tanktop hitam serta celana panjang
Ia melihat pantulan dirinya dari cermin yang ukurannya tidak terlalu kecil, Air menetes dari rambutnya yang basah sembari memegang rambutnya yang basah
"Waduh seorang Petir yang tengah bercermin melihat dirinya tampan" Goda Angin yang baru masuk kamar yang di huni oleh Petir, Angin dan Tanah itu dengan pakaiannya yang kotor terkena pupuk serta basah "Baru mandi segar nih"
"Kau ngapain pula? Jatuh saat main skateboard" Petir yang berbalik badan melihat keadaan Saudaranya yang beda beberapa bulan itu dengan keadaan kotor serta wajahnya juga
"Nyibuk ama Tanaman baru Daun doh" Angin melepaskan jaketnya dan membiarkan terjatuh di lantai, Petir melihat kaos putih Angin yang basah akibat berkeringat menciptakan tubuh Angin yang terbentuk itu "Cantik loh"
"Kau bilang cantik tapi, Sorry aku ngak kepo ya" Petir berjalan mendekati Angin lalu menepuk kepalanya pelan berkali kali mengundang wajah datarnya Saudaranya ini "Aku ini bukan orang kepo kayak lu"
"Heh? Mawar hitam loh? Beneren ngak kepo" Petir terdiam saat memegang gagang pintu setelah Angin mengucap sesuatu, Angin menyeringai mengingat jika Kakak tertuanya lagi mengurus kasus yang sudah dibilang lama sudah tentu tentang 'BlackRose' itu "Mawar hitam loh~" Ucapnya sekali lagi dihadiahkan tatapan tajam milik Petir
"Kalian dapat dari mana?..." Sepertinya Angin menyesal telah menganggu Petir yang suaranya tiba tiba memberat dan membuat dia mengedik ketakutan "Aku ingin menghancurkan tanaman itu, Sekarang juga"
"Hey hey! Petir!" Teriak Angin langsung menahan lengan Petir yang wajah mengelap "Kau berniat Daun menangiskah? Jika kau hancurkan tanamannya"
"Tapi kau taukan tanda Mawar hitam itu" Mereka berdua yang berdiri di depan itu, Petir yang menepis tangan Angin dari bahunya "Bisa bisa antara kita semua ada yang bahaya"
"Kau ingin membuat Daun membencimu" Angin sekali lagi menahan Petir lagi dengan ia dihadapan Kakak tertuanya "Aku tau jika kau khawatir dengan keadaan Saudara kita"
"Tapi kau mengerti mengenai perasaan mereka?"
Petir terdiam matanya masih menatap tajam arahnya, Tapi bersyukur jika telah membuat Petir berhenti melangkah berniat menghancurkan tanaman milik Daun "Kita bukan seperti Tanah yang khawatir keadaan mereka dan perasaan mereka"
"Kau khawatir dengan keadaan mereka dan Aku mengerti perasaan mereka bukan?" Angin menarik lengan Petir yang hanya mengikuti langkah Saudaranya mendekati tangga yang terdiri banyak anak tangga disana
Angin berjongkok sambil diikuti oleh Petir berjongkok melihat dari lantai bawah terlihat jika Tanah, Daun dan Api yang sudah balik tengah duduk di Ruang tengah... Petir bisa melihat raut wajah Daun yang terlihat sangat senang memeluk pot bunga yang ada mawar hitam disana
"Lihat Daun senang sekali bukan? Mau kalau dia nangis?"
Tidak tega jika mengangguk bahagianya Adiknya yang polos serta tidak mengerti dunia luar itu bagaimana, Mungkin betul juga perkataan Angin... Petir terdiam tidak berkata apapun
"Aku mengkhawatirkannya, Jika BlackRose itu menargetkan Daun""Yah..." Hela nafas Angin yang keluar dari mulutnya "Aku juga sih... Tapi Daun malam ini bakalan tidur ama Api dan Airkan"
Petir memutar kedua bola matanya malas, Langsung tersadar jika ada seseorang yang berdiri di samping mereka dengan wajah masih mengantuk yang boneka yang sering dibawa kemanapun
"Perhatian dan Perasaan bukan hanya tugas kalian berdua Kak..." Air menguap mengucek matanya dengan tangannya "Mereka saling menjaga satu sama lain bukan hanya kakak bertiga doang" Sambil langkah kakinya mulai menginjak anak tangga yang sudah ada disana "Dan satu lagi"
"Mending Kak Petir ama Kak Angin jaga jarak, Aku lihat lihat kalian berdua kok nempel kali kayak pacaran aja"
Iya, Kita lihat Mereka berdua tengah berjongkok yang berdempetan bahkan lengan yang sudah bersentuhan
"Kalau ketauhan ama mereka bakalan dibilang homo" Air membalikan badan lalu melangkah kakinya menurun tangga satu persatu, Berkumpul dengan Saudaranya yang ada disana
Angin dan Petir sama sama saling memandang mengode ngode sambil mengangkat kedua bahunya
"Sepertinya kita kalah ama Ice yang masih Sekolah""Setuju denganmu Petir..."
~~~
Ruangan yang berbau obat serta mendengar air infus yang menetes, Seseorang yang terbaring di kasur rumah sakit yang masih belum sadar hingga sekarang
Setiap ia masuk kesini merasakan hatinya sangat pedih ketika melihat banyak perban yang terpasang disana hingga bagian kepala yang bisa dibilang luka amat parah, Mata yang perpejam damai tanpa merasakan sakit apapun
Daun yang memegang setangkai bunga sambil menggantikan bunga mawar yang sudah layu sejak kemarin di vas bunga kecil itu, Setelah selesai ia duduk di kursi yang dekat Cahaya
Ia memegang tangan Cahaya pelan dan menyentuh wajahnya Ia bisa merasakan jari jari kecil milik Cahaya menyentuh pipinya tapi tidak bergerak, Ia tersenyum pelan menyimpan rasa kesedihannya
"Mereka memang tersenyum tapi senyumannya dibalik kesedihan"
Mengingat kata kata Adiknya yang satu satunya yang paling dekat dengan dirinya selain Troublemaker yang terdiri Angin dan Api itu, Cahaya yang paling terkecil dan yang suka meneliti sesuatu bahkan membaca buku itu
Ia sering menemani Adiknya yang saat sedang sibuk sesuatu, Yang sering muncul di belakang Cahaya dengan senyuman polos khasnya
"Aku tidak tau siapa yang membuat kamu hingga koma" Bisiknya pelan menatap Cahaya berkaca kaca mengingat kejadian Cahaya dengan luka amat parah di Atap Sekolah"Jika aku ketemu..." Ia berhenti berkata sambil menutup matanya membiarkan air mata yang memasahi pipinya yang tembem
"Aku akan membunuhnya lebih sadis dari itu"
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello BlackRose?[√]
Mystery / ThrillerPernah mendengar nama BlackRose... Bagi siapapun yang mengenalnya bakal merinding ketakutan sebagai tanda buruk jika mendapatkan mawar hitam. Bagi korban yang mendapatkan mawar hitam, katakanlah jika kematian sudah mendekat. ~~~ Karakter By Monsta W...