BlackRose [13]

486 43 6
                                    

"Daun!"

Teriakan seseorang yang mengundang pemilik nama yang barusan dipanggil itu menoleh sumber suara, raut wajah yang suram itu berganti dengan raut bahagia dan senang.

Bagaimana tidak?

Cahaya yang Daun rindukan selama ini lagi berdiri didekat lampu lalu lintas sambil menunggu lampu lintas berwarna hijau untuk penjalan kaki, Dirinya yang terdiam melihat bagaimana gerak gerik Cahaya yang sepertinya tidak sabar untuk menemui dirinya dan memeluk erat.

Tapi...

Bukannya dirinya tadi di gudang bersama dirinya yang satu lagi berasal dari masa depan? Kenapa dirinya bisa berada di persimpangan lalu lintas?

Ugh abaikan... Isi kepalanya hanya merindukan Cahaya

"Cahaya!" Balas balik Daun tanpa memperdulikan ramaian orang melihat reaksi dirinya sedang berteriak, Matanya melihat lampu untuk penjalan kaki berwarna hijau menandakan bagi penjalan kaki sudah boleh menyebrang jalan

Cahaya yang langsung melangkah kaki dengan cepat menyebrang jalan itu sudah banyak orang tengah menyebrang, Dirinya hnya menanti kedatangan adiknya yang akan kesini

Namun kedatangannya ditundakan, Mendengar suara klason bunyi yang perlahan lahan mulai terdengar jelas disimpulkan bahwa peringatan para penjalan kaki yang tengah menyebrang salah satunya adik paling terakhirnya sendiri

TITTTTTTT TTIITTTT TITITITIIT

"HUAH! CAHAYA!"

"Sejak bila ada Cahaya?"

Daun terdiam sejenak mendengar suara yang ia kenali dengan ceoat ia langsung melihat sekitar bahwa dirinya sedang berada di gudang yang gelap penuh menyeramkan, tubuhnya yang berkeringat dingin akibat kejadian mimpi buruk dan kepalanya yang berdenyut sakit tiba tiba ingin sekali dirinya memijit kepalanya ketika...

Kedua tangannya tidak bisa di gerakan

"Huh?" Daun terus mengerakan tangannya namun sama saja tidak bisa bergerak sepertinya kedua tangannya diikat dan kedua kakinya bergerak namun hanya satu arah bahkan dirinya susah mau bangkit dari duduknya "Thorn?"

Dia melirik Thorn yang menatap dirinya diam tanpa berkata apapun, Pupil mata Daun mengecil melihat iris mata hijau cerah milik Thorn yang menatap dirinya dingin tidak selembut polos tadi. Serasa tenggorokannya kering dan tertahan sesuatu hingga dirinya tidak bisa bicara melihat kebawah ada kayu yang tergletak di sana ada darah kering yang menempel di sana

"T-thorn? Ada apa ini... Ada pembunuhankah..." Perlahan lahan dirinya memberanikan bicara ketika ada aura mengerikan sepertinya tengah menyerang dirinya tertubi tubi "Apa kau tidak apa apa?"

"Tidak apa apa" Thorn membalasnya dengan dingin lalu melemparkan sisa sisa tali pendek dengan sekuat tenaga menjauhi mereka "Perlu ku lepaskin ikatan tanganmu sama kakimu?"

"Lah... Sejak kapan... Aku diikat... Sama siapa?" Daun melirik sekitar jika hanya mereka berdua yang berada di gudang kecil dan tidak ada perubahan sama sekali hanya saja... "Kau... Thorn?"

"Tidak ada selain kita berdua, Daun" Thorn yang menginjak kayu yang terkena darah kering itu mula mula terdiam lalu menendangnya "Kau tidak menyadari sesuatu?"

"Huh?" Daun mengangkat satu alisnya sejenak sambil tidak berkata apapun hanya terdiam melihat senyuman tipis Thorn

"Tidak merasakan kepalamu sakit?" Baru dirinya tersadar sesuatu kenapa kepalanya dari tadi berdenyut sakit bercampur perih dan kayu yang dilumuri darah kering itu "Jika kepalamu tidak merasakan sakit maka ku akui kau hebat"

"Apa yang kau mau..." Bisik Daun pelan sambil mematanya menatap kosong kearah Thorn yang berjalan perlahan mendekatinya "Ku rasa kau ada tujuan selain menemuiku"

"Ya... Pintar juga ya kau" Daun terpaksa mengangkat kepalanya jika dagunya diangkat oleh jari besar milik Thorn yang menatap dirinya dalam "Masalah terbesar sampai aku harus kesini untuk meminta bantuanmu"

"Masalah apa yang kau buat sehingga harus datang dari masa lalumu" Desis Daun perlahan lahan tidak nyaman tatapan dalam itu seakan akan lagi mengorek jiwa dirinya yang bersembunyi itu.

"Masalah yang kau akan ketauhi masa depanmu"

~~~

Deg!

Hatinya yang tiba tiba merasakan sakit, sesak, dan nyeri membuat dirinya menggunakan satu tangannya meremas dadanya yang dimana tempat hatinya berada, Rasa sakit yang dia tidak pernah alami selama ini dan ini pertama kalinya dirinya dapat merasakan.

Matanya yang tidak fokus melihat Api yang tertidur duduk di kursi yang sudah ada disana dan kepalanya yang menyentuh kasur milik rumah sakit dimana Cahaya yang terbaring disana, Tidak ada orang yang tau jika hanya dirinya yang satu satunya sendiri dan masih bangun.

Sepertinya dia merasakan nyeri dan sesak dihatinya, Dia tidak pernah mengalami sakit aneh pada dirinya. Sambil dirinya tersadar jika air mata yang tiba tiba berluncur melewati pipinya membuat dirinya bingung dengan dirinya sendiri.

Tapi mungkin menyadari sesuatu kenapa hatinya bisa nyeri dan air mata yang tiba tiba meluncur tanpa sepengetauhannya.

"Daun..." Gumam Tanah memanggil salah satu Saudaranya yang tidak hadir di rumah sakit "Kuharap kau bisa menghadapi... Walaupun aku tidak tau kau terkena masalah apa" Gumamnya lagi membiarkan air matanya terus mengalir bebas terus menerus, Dirinya menyadari jika Daun telah terjadi sesuatu.

Tidak menggunakan pesan bahkan telepon, Tapi menggunakan hati yang sebagai perasaan terjujur bahkan bisa merasakan. Mengingat hatinya merasakan kenyamanan dan kehangatan bersama Saudaranya...

Namun perasaan nyaman itu sudah lama dirinya tidak pernah merasakan lagi, Semuanya berubah sempurna dan sudah jarang menghabiskan waktu bersama semua Saudaranya.
"Ini saatnya tunjukan kemampuanmu?"

Dirinya yang tidak tau kenapa dirinya rapuh dan mudah menangis hingga pertahanan selama ini yang ia bangun hancur sempurna akibat tumpukan masalah hidupnya bagaikan air deras menyerang tembok pertahanannya, Dia tidak tau apa yang harus dirinya perbuat saat ini jika pikirannya mengosong dan memikirkan Saudaranya.

Apa dirinya kakak yang gagal...

Tbc

Hello BlackRose?[√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang