Bukan Cinta Pertama (Revisi)

36 8 4
                                    

Hi, teman2!😊 Silakan baca dan semoga merasa terhibur. Salam manis dari AQ. Alhamdulillah, suasana hati kembali baik. 😊💛


بسم الله الرحمن الرحيم

Dua tahun yang lalu. 😊💛

Zian akan kembali mengaji malam ini. Ia sudah siap dengan setelan kemeja coklat dan jeans hitamnya, dilengkapi juga dengan peci yang bertengger di atas kepalanya. Kemudian tangannya membuka pintu lemari dan meraih sebuah sarung yang sudah terlipat rapi. Lalu memasukkannya ke dalam tas.

"Zian..!" panggil Bundanya dari dapur.

"Iya, Bun.." sahut Zian sembari meraih kunci motornya.

Ia duduk di depan meja makan dan melahap makanan yang telah tersedia di atasnya.

"Tanya sama Ustadznya, berapa biaya per bulannya?" ingat sang Bunda. Saat melihat putranya sudah berpakaian rapi.

Zian mengangguk lalu mengahabiskan makananya. "Bun, aku pergi ya," pamitnya pada sang Bunda.

"Ya, hati-hati.." pesan Bundanya.
Zian lalu meninggalkan Bundanya dan keluar untuk mengendarai motornya. Tak lama laki-laki itu menghilang dari halaman rumahnya dibawa terbang oleh kecepatan 40 Km/jam.

Sampai di TPQ, ia menemukan Bagus yang masih berada di tempat parkir.

"Gak masuk?" tanya Zian.

"Nanti aja, soalnya Ustadz Syaiful belum datang, lagian banyak anak cewek di dalam," jawab laki-laki berkulit coklat itu.

"Loh, ini kan udah jam tujuh? Kok belum datang?" tanya Zian lagi.

"Gak tahu," Bagus mengedikkan bahunya.

"Reni udah datang belum?" Rasanya lidah Zian kelu menyebut nama itu.

"Kenapa?" tanya Bagus curiga.

"Ya, aku kan ngajinya sama dia," kilah Zian.

Bohong, padahal hatinya berkata lain. Ia tidak semata-mata ingin mengaji, tapi juga ingin melihat gadis itu malam ini. Dari tadi matanya tak berhenti melihat ke dalam, mencari-cari tahu apakah gadis itu sudah datang atau belum?

"Belum, dia belum datang. Kayaknya paman sama keponakannya itu sepakat gak datang malam ini,"

"Paman? Keponakan? Siapa maksudmu?" alis tebal Zian bertaut.

"Lah, Reni sama Ustadz Syaiful, siapa lagi?"

"Emangnya mereka?" Zian terhenti.

"Iya, Reni itu keponakannya Ustadz Syaiful, Zian.." beri tahu Bagus. Membuat Zian ternganga mendengarnya.

Ooh, pantas Reni selalu disuruh mengajar oleh Ustadz Syaiful. Keponakannya?

"Pantas aja.." Zian membuka jok motornya.

"Pantas aja suaranya bagus," Bagus melanjutkan perkataan Zian.

"Bukan, pantas aja Reni selalu disuruh mengajar sama Ustadz Syaiful, keponakannya kok," cibir Zian.

"Gak juga, Ustadz Syaiful gak kayak gitu orangnya, dia adil lho..," Bagus coba meluruskan.

It Sweets Like Oreo ( ON GOING )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang