Ketika Hati Berkata (Revisi)

47 18 8
                                    


Saat ini Zian tengah disibukkan dengan segala hal yang menyangkut perayaan ulang tahun Reni. Mulai dari kado, tart cake sampai buket bunga.

Untuk ukuran anak SMP yang bersekolah di desa, mungkin ini terkesan berlebihan dan sedikit pemborosan. Tapi jangan lupa dengan peran Zian di sana, ia adalah putra tunggal dari seorang Kepala Desa. Apapun yang ia inginkan, pasti sangat mudah baginya untuk merealisasikannya. Termasuk perayaan ulang tahun Reni kali ini yang sudah ia rencanakan jauh-jauh hari.

Tak peduli dengan perbedaan derajat keluarga yang ada di antara mereka. Baginya tak ada kata lagi yang bisa menjelaskan kenapa ia bisa jatuh cinta dengan seorang Reni. Satu alasan yang pasti, Reni adalah seorang perempuan yang juga bisa membuat seorang laki-laki jatuh cinta. Itu saja. Tak perlu panjang lebar menjelaskan alasannya untuk jatuh cinta. Karena cinta itu sederhana bukan?

Zian menyiapkan beberapa kertas kosong dan sebuah pena untuk menulis surat yang akan ia berikan pada Reni. Ah, ini adalah hal tersulit baginya. Di saat ia harus berubah menjadi seorang pujangga yang menuliskan bait-bait cinta.

"Akh, kenapa alay?" gusarnya. Ia melempar gumpalan kertas yang ada di tangannya ke tempat sampah.

Itu adalah kertas yang ke sekian kalinya yang ia buang setelah beberapa kali gagal menuliskan suratnya untuk Reni. Ah, malam ini kenapa menyebalkan?

Namun ia tidak berhenti di situ saja. Ia kembali menulisnya. Kali ini, tampaknya ia berhasil. Karena ia pasrah dengan kata hatinya. Di kertas terakhir itu, ia menuangkan segala yang ada di hatinya. Murni, tak ada yang dimanipulasi sama sekali.

"Selamat ulang tahun, adikku tersayang. Reni!! Semoga Allah memberimu umur yang panjang serta selalu mendapat perlindungan dari-Nya. Di umur yang ke-12 ini semoga tambah cantik, tambah bagus suaranya dan semoga selalu menjadi kebanggaan keluarga, sahabat, teman dan juga kakak tentunya. Tetap sayang kakak ya! 😊 " Ia membaca ulang apa yang ditulisnya di kertas itu. Ya, seperti inilah yang ia suka. Sederhana, namun penuh do'a.

Kertas itu ia lipat berbentuk hati dan ia selipkan di celah-celah buket bunga yang sekarang sudah terpajang indah di atas meja belajarnya. Beruntung, di waktu SD dulu ia pernah diajarkan oleh sepupunya untuk melipat kertas berbentuk hati. Hm, ini akan terkesan lebih sweet.

Tak lama, ia merebahkan tubuhnya di atas kasur. Ternyata cukup melelahkan menyiapkan kejutan untuk orang yang disayang.

Hatinya tergerak untuk melihat ponsel. Siapa tahu ada yang menghubunginya. Barangkali Reni?

Dan, benar. Matanya langsung berbinar ketika melihat pesan di WhatsAppnya. Dari Reni.

Wah, ada yang merasa kehilangan kayaknya nih? Ia cekikikan sendiri. Untuk sementara waktu, Zian sengaja tidak membalas satu pesan pun dari Reni. Ia ingin sekali melihat Reni marah untuk saat ini. Hitung-hitung bisa jadi surprise juga.

Dan untuk lebih panas lagi Zian sengaja membuka pesan itu. Karena Reni pasti akan semakin marah jika tahu Zian sudah membaca pesannya namun tidak membalasnya.

 Karena Reni pasti akan semakin marah jika tahu Zian sudah membaca pesannya namun tidak membalasnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
It Sweets Like Oreo ( ON GOING )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang