Photography

20 4 0
                                    

Hallo, ISLOVERS!!😊😁 AQ come back!! Ada yang rindu? 🙄 Oh, tidak. Baiklah, kali ini ISLO ada part baru, judulnya di atas ya. Silahkan dibaca. Tapi jangan lupa vote dulu, Ok?!

“Berapa?” tanya seorang wanita berwajah teduh itu pada putranya.

“Apanya, Bun?” Zian balik bertanya.

“Lah, pasti kamu lupa?”

Zian mengernyitkan dahinya sebentar. “Ooh..” ia baru paham.

“Maaf, Bun..” ucapnya sembari menyatukan kedua telapak tangannya, menatap mata Bundanya penuh harapan.

“Memangnya kamu itu mikirin apa sih? Kok sampai lupa?” omel Bundanya. Sudah malas mendengar kata maaf dari putranya itu.

“Gak ada kok, Bun..” elak Zian.

“Terus?”

Zian menyengir sebagai jawaban. Sementara sang Bunda hanya bisa geleng-geleng kepala.

“Udah ya, Zian berangkat dulu, Bun..” pamitnya laki-laki itu.

“Assalamu’alaikum..”

“Wa’alaikumussalam..”

Zian langsung keluar menuju pekarangan rumah dan menstarter motornya. Lalu melaju ke arah jalanan raya.

Suasana pagi ini cukup ramai dari yang biasanya.  Maklum hari senin, semua datang lebih awal. Pekerja, pelajar dan yang lainnya. Zian fokus mengendarai motornya. Beberapa kali kendaraan lain hendak menyenggolnya, untungnya ia  bisa mengelak dengan cepat. Daerah tempat tinggalnya memang cukup ramai dan mirip seperti kota. Tidak seperti daerah tempat tinggal Reni yang bebas dari ramainya pengguna jalan. Ah, Reni lagi. Pagi-pagi begini pikirannya sudah digelayuti dengan nama gadis itu.

Di pagi hari selalu ramai pengendara berhelm putih,  mereka adalah karyawan di sebuah perusahaan minyak di derah ini. Jalanan akan mengalami kemacetan sementara sampai para karyawan itu masuk ke area pabrik.

Diliriknya jam yang melingkar gagah di pergelangan tangannya. Sudah hampir menunjukkan angka tujuh, itu artinya lima belas menit lagi bel tanda masuk di sekolahnya akan segera berbunyi. Ah, tidak. Ia bergegas menjalankan motornya perlahan untuk sampai di persimpangan menuju sekolahnya. Seorang security berdiri di sana. Aduh! Matanya melirik ke arah Zian yang berada di antara dua mobil pick up. Kemudian tangannya melambai ke arah Zian sebagai instruksi untuk melanjutkan perjalanan. Huh, lega. Zian membuang nafasnya. Ia pun kembali menjalankan motornya.

Lima menit kemudian, ia sampai di parkir sekolah. Seperti biasa, ia memarkirkan motornya tidak terlalu jauh dari pintu gerbang dengan tujuan agar bisa lebih cepat keluar tanpa harus antri. Dan ternyata tak hanya Zian. Di detik berikutnya Zain datang dengan trackernya. Dua laki-laki yang selalu dijuluki si kembar ini sama-sama memarkirkan motornya di dekat pintu gerbang. Keduanya tersenyum dan meneruskan langkahnya menuju kelas masing-masing.

“Eh, mau ke mana lu? Kelas lu kan di sono..” tanya Zian heran. Ketika melihat Zain malam berjalan ke arah lain.

“Biasa lah, ketemu sama mami gua..” tanpa menjelaskan panjang lebar, laki-laki itu melanjutkan langkahnya dengan santai.

“Dapet job lagi nih?”

Zain mengedikkan bahunya. “I don’t know.”

Sementara Zian berbalik arah dan melangkahkan kakinya kembali. Sepanjang jalan menuju kelasnya, ia kembali teringat momen yang baru saja terjadi semalam. Ada rasa tidak percaya sampai saat ini, ia chatting dengan Reni. Ia masih tidak menyangka bahwa Reni adalah orang yang cukup menyenangkan. Padahal jika ia lihat dari cara bicara, gadis itu bisa dikatakan perempuan yang dingin dan tidak banyak bicara. Berbeda sekali dengan apa yang ia dapati semalam. Reni termasuk perempuan yang suka bercerita dan cukup asyik.

It Sweets Like Oreo ( ON GOING )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang