Pengaruh Cinta (Revisi)

84 22 14
                                    

Assalamu'alaikum dek..

Udah shalatnya?

Kalau udah, jangan lupa balas chat kk y..

Kangen deh..

Wa'alaikumissalam kakak..

Hahaa..
Benar2 ya kk ini..

Kok kumis sih dek?

Hahaa..
Tuh kan pasti kangen juga sama kk, sampai typo gitu..

😁
Ketahuan..

Sampai saat ini, Reni belum bisa mengalahkan perasaanya terhadap Zian. Ia masih sering membuka chat lamanya dengan laki-laki itu. Beharap Zian menghubunginya kembali. Selalu patuh dan tunduk setiap kali hatinya berkata "Aku masih menyanginya..".

Bahkan akal warasnya terlalu lemah untuk mengusir bayangan laki-laki itu dari benaknya. Zian selalu jadi prioritas. Meski laki-laki itu sudah terang-terangan menyakitinya. Ah, rasanya ia ingin menangis lagi. Reni belum bisa mengikhlaskan semua yang terjadi antara dirinya dan laki-laki tampan itu.

Kenapa kakak tega? Batinya menangis. Hampir terealisasikan. Namun untung saja ia masih mengingat pesan Shintya. Aku gak mau lihat kamu nangis karena laki laki, Ren..!

Ya, dia tidak boleh membuang-buang air matanya hanya karena seorang laki-laki. Ia akan mengingat pesan itu selama-lamanya.

Klink! WhatsApp dari Shintya baru saja menggantung di layar ponsel Reni. Wah, panjang umur ini anak. Ia membaca dan langsung membalasnya.

Hi, Ren!

Lagi sibuk gak di rumah?

Gak, nyetrika doang. Kenapa?

Aku ke rumahmu ya?

Ok

Kalau sudah seperti ini, sangat mudah bagi Reni untuk menebak tujuan kedatangan sahabatnya itu. Paling Shintya akan memperlihatkan film-film terbaru di laptopnya.


Di balik kepintarannya, terkadang Shintya licik juga. Ia menyesatkan siapa saja yang ikut bermain dengannya. Lebih tepatnya, saat ini mungkin ia tengah menjebak Reni agar lupa belajar. Padahal ia ingat kalau besok itu ada ulangan IPA.

"Emangnya kamu gak belajar?" tanya Reni ketika Shintya sudah sampai di kamar dan mulai membuka laptopnya.

Ah, Sial! Kok, dia ingat sih?

Shintya memamerkan deretan giginya. "Lupa.." alasannya.

"Lupa atau udah belajar?" Selidik Reni.

Walau bagaimanapun Reni tetap harus waspada. Sebab, Shintya suka sekali membohonginya. Jika ditanya tentang pelajaran, gadis itu pasti bersikap seolah-olah dia tidak belajar. Entah demi apa? Reni juga tidak tahu. Tapi itulah sahabatnya. Reni pun tidak pernah meminta bantuan sedikitpun dari Shintya untuk mempermudah ujiannya seperti yang pernah gadis itu lakukan padanya. Hanya saja Reni sering minta diingatkan jika ada ujian. Itu saja. Karena ia sendiri cukup pelupa.

"Belum kok," Shintya menenangkan.

Sebenarnya ia memang belum belajar. Otaknya sedang pusing memikirkan seseorang. Hah, itu sangat mengganggunya. Dari itulah dia memilih pergi ke rumah Reni untuk mendinginkan otaknya.

It Sweets Like Oreo ( ON GOING )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang