GOOD LUCK AND GET WELL SOON

30 2 0
                                    

Hallo, Readers!!😊😉 Selamat membaca ya!😁

Di rumah, Reni tak langsung tidur. Karena selain belum mengantuk, ia ingin menghubungi Zian terlebih dahulu. Mengingat besok laki-laki itu akan berangkat ke perkemahan.

“Assalamu’alaikum, Kak?” salamnya di via telefon.

“Wa’alaikumussalam, Dek. Kenapa? Udah selesai ngajinya?”

Reni mengerutkan dahinya. “Loh, memangnya Kakak gak ngaji malam ini?” Reni pikir laki-laki itu ada di TPQ.

Gak, Dek. Kakak lagi gak enak badan,” ujar Zian dengan suara yang cukup parau.

“Kenapa? Kakak sakit ya?” Reni merasa khawatir.

Gak, cuma capek aja kok’ Dek,”

“Ooh, cepat sembuh ya, Kak,” Zian tersenyum mendengarnya.

“Iya, Dek. Thank you..”

Kemudian telefon mereka berakhir setelah Reni menanyakan keberangkatan laki-laki itu. Zian tetap berangkat, walau pun dalam keadaan yang kurang sehat.

Reni mengecek WhatsApp yang sudah cukup lama diabaikannya. Seperti biasa, ada chat dari Shintya.

Ha? What? Ada apa dengan dia? Kenapa banyak sekali P di sana?

Langsung saja ia buka. Dan ketika membaca pesan-pesan itu, ia tertegun begitu lama. Rasa kaget dan sedih langsung menerpa hatinya.

Ya Allah. Ia masih tak percaya dan tanpa sadar ia menangis.  Kak Zian kenapa? Kenapa laki-laki itu tidak menceritakan semuanya? Ia langsung menghubungi Zian kembali.

“Kakak kenapa?? Tadi pingsan ya? Kakak sakit apa?? Kok gak bilang-bilang sama adek?” tanya Reni langsung. Tanpa salam dan jawaban dari Zian. Membuat laki-laki itu terkekeh di seberang sana.

“Hey, satu-satu dong,” ujarnya di sela tawa.

“Kakak sakit apa? Kenapa gak kasi tahu adek kalau Kakak pingsan??” rengek Reni.

Zian malah tertawa lebih keras kali ini. “Santai dong, Kakak gak kenapa-kenapa kok, Dek..” tenangnya.

“Bohong,”

“Serius, tadi itu cuma capek aja..” Zian masih berkilah.

“Memangnya tadi ngapain aja sih di sekolah?”

“Latihan,”

“Loh, katanya kemarin terakhir latihan? Kok latihan lagi?”

Panjang ceritanya, Dek,” Zian menghembus nafasnya.

“Cerita pokoknya,” paksa Reni. Tak mau tahu.

Zian tersenyum. Mungkin cerita dengan gadisnya boleh membuatnya lebih bersemangat setelah ini. Akhirnya ia menceritakan semuanya pada Reni.

“Kakak yang sabar ya, jangan marah-marah. Apalagi kalau cuma dipendam, nanti malah bikin stres lho,” nasihat Reni di ujung cerita Zian.

Jadi dilampiaskan?” canda Zian.

“Bukan, lebih tepatnya sabar, Kak,” koreksinya.

Keduanya pun tertawa. Dan semakin larut dengan obrolan mereka malam itu. Hingga Reni merasa kantuk dan memilih untuk tidur.

“Udah dulu ya, Kak. Adek ngantuk,” katanya.

Ok,” akhirnya sambungan mereka terputus.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 08, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

It Sweets Like Oreo ( ON GOING )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang