Ketika Waktu Mendekat

8.6K 420 35
                                    

Aku menatap takjub ke deretan pernak-pernik hiasan di dalam toko ini, berbagai alat make-up disusun sedemikian rupa. Warna favorit ku jelas saja abu-abu dan pink. Perpaduan mereka cantik menurutku.

Ini adalah toko yang kesekian kali yang kami datangi, beberapa toko lainnya tidak yang menggugah inginku. Namun yang ini sungguh berbeda, semuanya sederhana namun sangat menakjubkan untuk mata.

"Mas Nanda.. Sini deh" Aku memanggil pria yang tengah bercanda dengan Arfa di sudut sana.

Ia pun melirik panggilan ku dan mereka berdua mendekat. Aku menunjuk ke arah barang-barang yang mencuri perhatian ku tadi.

"Bagus nih yang... simple tapi elegan gitu" Ucap pria ini sembari meletakan kepalanya di pundakku.

"Bagus kan.. Aku ambil ini aja Mas"

"Oke kalo emang udah yakin kita langsung bayar hari ini ya, biar mereka bisa kerjainnya cepet juga"

Aku mengangguk senang lalu mengajak Arfa untuk mengikuti Nanda ke kasir. Pria itu menjelaskan detail yang kami inginkan, pegawai toko ini pun mengerti dan ia memberikan kami tanda terima.

Aku tersenyum melihat tanggal yang tertera, tiga minggu lagi hari itu akan datang. Aku merasa gugup karena ini adalah momen sakral yang aku persiapkan sebaik mungkin. Tidak seperti yang pertama penuh dengan ketergesaan dan semaunya saja.

"Semuanya udah beres sayang, tinggal nunggu dokumen kita aja nih dikirim minggu depan. Aku pikir bakalan cepet, kita jadinya nunda sampai tiga minggu deh" Keluh Nanda dengan wajah yang terlihat cemas.

Aku terkekeh pelan melihat segala keluh kesahnya, bukan hanya ia yang tak sabar. Namun semua keluarga ku pun begitu, apalagi Kak Hannah dia terus-terusan bolak balik ke catatan sipil mendesak semua berkas kami disegerakan.

"Ih kamu gitu yang ya.. Kayaknya cuman aku yang semangat banget pengen nikah, kamu nya ga" Protes pria ini membuang pandangannya jauh ke jalan.

"Mas Nanda kok gitu sih ngomongnya? Aku juga semangat kok, cuman ya tetap harus dibawa sabar Mas" Ujar ku menepuk pundak pria ini lembut.

Ia pun tersenyum dan mengiyakannya setengah ikhlas. Kami pun berjalan lagi menyusuri jalan pertokoan yang sangat menakjubkan ini. Rasanya seperti berada di film animasi Jepang, Arfa pun terlihat sangat gembira. Ia terus-terusan bertanya segala hal yang ia lihat di sini, aku menjawab semampuku dan sesekali di bantu oleh Nanda.

Langkahku terhenti sesaat ketika kami melewati sebuah restoran yang bergaya western. Aku melihat label halal di sudut nama restoran ini.

"Mampir yuk Will.. Aku sama Arfa laper nih" Mas Nanda pun menarik tangan ku sambil ia menggendong Arfa.

Kami pun memasuki restoran dan di sambut beberapa pegawai berwajah Asia. Nanda mengajak kami untuk duduk di sudut jendela yang besar dan mengarah ke jalan raya. Pemandangan di sudut sini sangat memanjakan mata.

Salah satu waitress pun menghampiri kami dan meletakan menu. Ia dengan sabar menunggu apa yang kami ingin pesan. Mata ku menjelajah menatap menu yang semuanya menggiurkan selera makan ini.

"Mas aku sama Arfa spaghetti ya, terus tambahan nya pizza yang ini" Aku menunjuk ke arah menu.

Nanda pun mengiyakan dan menjelaskan pada waitress tersebut. Kami pun tinggal menunggu makanan dihidangkan. Cuaca hari ini sangat bersahabat, musim panas yang hangat dan juga terlihat beberapa toko yang menjual barang-barang mereka dengan warna yang mencolok. Membuat sebuah perpaduan warna yang indah. Khas musim panas.

Alunan musik merdu mengiringi kegiatan makan kami, ternyata rasanya sungguh cocok di lidahku dan Arfa. Nyatanya pria kecil ku ini terlihat kekenyangan, ia pun mulai mengantuk. Beberapa kali kepala Arfa oleng ke depan. Aku tertawa melihat tingkahnya ini.

THE FIND LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang