Labirin Kejujuran

8.5K 403 44
                                    

Nanda tampak sedang sibuk memilah-milah berkas di hadapannya, lalu matanya kembali melihat iPad di meja. Hari ini ia sedang berada di Sapporo, beberapa proyek harus di tinjau di sini. Bekerja di bidang investor membuat Nanda harus terjun langsung ke lapangan. Sebenarnya bisa diwakilkan, namun Nanda tipikal seseorang yang harus melihat secara langsung dan tak ingin hanya mendengar lewat ucapan.

"Pak Nanda sudah siap? Mari saya antar" Tanya seorang pria dalam bahasa Jepang. Ia adalah asisten Nanda, mereka akan pergi bersama.

Nanda mengangguk, lalu ia pun menuju ke mobil. Sepanjang perjalanan Nanda menyempatkan untuk bertanya kabar Willa dan Arfa. Ia baru dua hari berangkat namun sudah merasa rindu pada mereka. Nanda masih harus menunggu tiga hari lagi untuk bertemu mereka.

Suara Willa terdengar riang saat ia menelpon. Wanita itu banyak bertanya bagaimana keadaan dirinya dan juga pekerjaannya. Willa agak khawatir soal kondisi Nanda, karena sebelum berangkat ia sempat demam tinggi. Ia berbohong pada Willa dan memberitahukan jika ia telah sehat, namun kenyataannya sekarang Nanda merasa tubuhnya begitu lemah.

Mobil pun berhenti di depan sebuah gedung besar, tempat ini adalah sebuah rumah sakit khusus anak penderita kanker. Nanda bekerja sama dengan pemiliknya, Nanda tertarik karena rumah sakit ini tak hanya merawat mereka yang sakit namun juga mendidik mereka. Beberapa pasien bisa bersekolah sambil di rawat di sini. Jadi mereka tidak perlu merasa khawatir ketinggalan masa-masa sekolah.

Kedatangan Nanda pun langsung disambut pemilik rumah sakit ini beserta pegawai yang lainnya. Mereka pun langsung memulai rapat. Membahas segala hal perencanaan dan kerja sama.

Rapat yang berjalan dengan baik menghabiskan waktu hampir satu jam. Nanda merasa semakin pusing dan tubuhnya tak bisa diajak kerja sama lagi. Nanda memilih beristirahat sejenak di kafetaria rumah sakit ini, jika saja semua urusannya selesai mungkin ia bisa pulang hari ini ke Chiba.

Nanda meraba keningnya, jika tebakannya benar mungkin saja suhu badannya hampir 38°c. Ia ingin pulang segera ke hotel sekarang, namun asistennya telah Nanda minta untuk mengurus hal lainnya.

Sejujurnya Nanda benci dirawat di rumah sakit maka dari itu ia lebih memilih dirawat di rumah dengan dokter pribadi. Entahlah rasanya melihat ruangan putih dan bau obat-obatan mengingatkan kenangan buruk tentang kedua orang tuanya.

Pandangan Nanda mulai berkunang-kunang bahkan ia pun merasa sangat mual, tepat di saat itu ketika wajahnya terjatuh di atas meja ada seseorang yang menghampirinya.

"Permisi Tuan, apakah anda baik-baik saja?" Tanyanya dalam bahasa Jepang.

Nanda melihatnya sejenak lalu menggelengkan kepalanya, ia bahkan tak sanggup bicara banyak. Orang tadi pun agak panik melihat keadaan Nanda, ia adalah pengunjung disini. Matanya melihat ke sekitar, ia menemukan seorang dokter lalu memanggilnya untuk meminta bantuan.

Dokter itu pun bergegas mendekati mereka dan bertanya.

"Ada apa nyonya?"

"Tolong sepertinya dia pingsan"

Dokter itu pun menatap Nanda yang terdiam di meja, lalu ia meraba keningnya. Sangat panas, dokter itu pun meminta beberapa perawat untuk membawa pria ini ke UGD, tak lupa ia mengucapkan terimakasih pada wanita tadi.

Nanda tak merasakan apapun ketika tubuhnya di bawa ke ruangan UGD, ia hanya mendengar samar suara-suara orang yang berbicara. Kepalanya terasa pusing hingga ia pun tak sanggup membuka mata. Ia pun jatuh tertidur.

Hampir 1 jam Nanda tertidur di sini, kini kepalanya tidak terasa berat. Ia membuka matanya perlahan, dan melihat asistennya sedang berbicara dengan seseorang yang terlihat seperti dokter.

THE FIND LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang