Intro: Rendi Junanda

2.2K 201 20
                                    

Tidak banyak vokal, cukup misterius dan tidak memiliki banyak minat selain pada sebuah gambar desain. Dengan dijabarkan seperti itu pun, sosok Rendi tampak seperti laki-laki yang sukar untuk didekati, apalagi oleh makhluk bernama perempuan. Seumur hidupnya hanya didedikasikan untuk lomba, lomba dan lomba. Untungnya Rendi termasuk manusia dengan sejuta hoki, tak jarang medali emas habis diwakili olehnya.

"Ren, hoki lo bagi-bagi kita kek! Dasar Kokoh Kokoh Cina pelit!" ejek Juno, sebagai pesaing di bidang yang kurang lebih sama dengannya.

"Tanpa hoki juga gue tetep bisa menang. Nggak usah sirik."

Rendi memang seolah diberkati dengan bakat yang luar biasa di bidang desain, yang membuatnya yakin untuk melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi dengan mengambil Desain Interior. Sedari kecil, Rendi memang dikenal sebagai anak serba bisa yang diinginkan oleh seluruh orang tua.

Sudah tampan, penurut, tidak banyak pinta, juga cerdas. Rendi seperti sosok sempurna tak bercelah bagi orang yang belum mengenalnya secara dekat dan Nadya Majid adalah salah satu orang yang hafal dengan celah itu.

"Desain kamu masih kurang minimalis, Ren," celetuk Nadya.

"Engga, segini udah oke banget, Dya."

"Kalau Pak Angga protes sama karpet unnecessary ini, jangan salahin aku, ya."

Dan ketika jam asistensi datang, apa yang dikatakan Nadya terkabul bagaikan doa. Sanggup membuat Rendi menekuk muka lama-lama.

"Batu sih dibilangin."

Begitu senjata andalan Nadya ketika Rendi tidak mau mempercayai atau bahkan menolak sarannya mentah-mentah.

Tetapi meski keras kepala begitu, untuk urusan percintaannya, ia tetap sosok pria penyayang. Ingat bahwa Rendi tidak mudah didekati perempuan? Nadya adalah satu-satunya yang beruntung bisa memasuki kehidupan Rendi dengan mudahnya sejak pameran seni.

Terpisah karena berbeda kampus, tidak membuat keduanya melepas komunikasi tatap muka. Rendi rajin mampir ke rumah Nadya, terutama malam minggu. Bukan untuk ngapel, tapi mengerjakan tugas bersama.

Memang budak cinta yang berbeda level Rendi Junanda ini.

"Ren, kalau kita sibuk sampai nggak bisa ketemu satu sama lain kayak gini lagi gimana?"

"Aku yang bakal ngejar kamu, sesibuk apapun aku."

"Tapi, Ren—"

"Sibuk itu mitos dan kamu adalah prioritas yang nggak mungkin aku sia-siain gitu aja, Dya."


Altogether at OnceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang