#5 Andra's Worries

268 38 4
                                    

Kegiatan Andra sebagai mahasiswa teknik di tahun kedua cukup membuat pusing kepala. Pada beberapa masa, Andra kerap merasa kalut dengan tugas dan praktikum yang tiada henti membebani tubuhnya yang mana haroream banget untuk dikerjakan.

Akan tetapi, Andra mau tidak mau mengerjakan seluruh kewajibannya dengan sekuat tenaga tersisa demi masa depan cerah nan menjanjikan. Siapa yang tahu, kan, beberapa tahun kemudian Andra mampu menyaingi Chandra dalam urusan tetek bengek perduitan.

Walaupun tidak mungkin juga, sih.

Lagi pula, kalau bicara soal kekayaan, jangan bawa-bawa Chandra, deh. 10 limosin saja ia mampu beli secara tunai, jadi simpan dulu sebentar khayalan menyaingi kekayaan orangtua-nya, ya.

Jadi sampai mana kita tadi?

Oh, tugas, praktikum dan jangan lupakan lab.

Di antara ketiga kegiatan yang ada pada beberapa mata kuliah yang dikontrak, Andra paling bersemangat di mata kuliah Mekanika Tanah. Bukan karena mata kuliahnya yang Andra sukai, apalagi perihal dosen mata kuliah bersangkutan yang tidak se-rese dosen lain. Melainkan si imut Livia berada satu kelompok dengannya.

Duh, membayangkan bisa duduk sebelahan saja sudah sanggup membuat jantung Andra megap-megap, apalagi ini ditambah 2 SKS di laboratorium! Nggak kurang-kurang bahagianya Andra, seketika jadi genius kalau Livia nggak ngerti apa-apa.

Aduh-aduh yang jatuh cinta! Bisa membuat Andra dengan senang hati berbagi begitu mudahnya kepada si imut Livia Tatiana.

Tapi Andra tetap jaga imej, ia tidak mau terlalu melibatkan Livia dalam kehidupannya untuk sekarang ini. Cukup mengagumi dalam diam sambil namanya dirapalkan harap-harap di sepertiga malam sudah jadi amin paling serius Andra ucapkan lantang-lantang.

"Je, jangan ngelamun, nanti Pak Djoko marah!" kata Livia pelan, menggoyangkan lengan kiri Andra yang tertumpu di atas meja.

Ke mana saja perhatian lelaki jangkung itu selama sang dosen tengah menjelaskan metode pengujian kadar air?

Andra sedikit mengerjap, sekujur tubuhnya mengejut sebagai respons dari penyadaran diri yang dilakukan Livia. Kemudian memperlihatkan senyum kikuk kepada si gadis imut.

"Kamu ngerti nggak?"

"Ngerti," jawab Andra tidak berbohong. "Sedikit tapi," kemudian menyengir lebar.

Livia tidak kesal, ia hanya terkekeh pelan agar tidak ketahuan. Tuh kan, bagaimana Andra tidak jatuh cinta kalau yang ia hadapi makhluk manis menggemaskan nan baik hati bagai malaikat ini?

Selesai mengagumi Livia, atensinya kini sudah teralihkan, Andra mulai serius memperhatikan gerak-gerik Pak Djoko. Ini semua tidak semata-mata untuk berharap agar Livia bergantung padanya, tetapi karena ia sendiri menyadari akan membutuhkan ilmu-ilmu tersebut suatu saat nanti.

2 SKS selesai, ilmu didapat, si cinta pun puas dipandangi. Tiada hari yang tidak menyenangkan di hari Senin bagi Andra jika bukan ngelab bareng Livia. Dijamin, dari berangkat ke kampus sampai pulang ke kamar kos ia tidak akan bosan membayangkan harinya bersama Livia. Meski ditempatkan di satu kelas yang sama lagi tahun ini, tidak membuat Andra jenuh memandangi makhluk indah seperti Livia Tatiana.

Bagi Andra, Livia itu tidak hanya cantik, tapi juga segalanya. Walau belum menjadi siapa-siapa, tapi Andra ini percaya diri level dewa kalau Livia akan menjadi miliknya. Tinggal tunggu tanggal main saja katanya, setiap kali ditanya Chandra perihal progres hubungan antara ia dan Livia.

"Makan, bukan diliatin doang, nggak bikin lu kenyang!" celetuk Chandra.

Selepas kelas, seperti biasa, Andra dan Chandra akan bersatu bagai kembar yang tidak ingin berpisah lama-lama. Dipikir-pikir, Andra juga heran mengapa mereka sanggup menyempatkan waktu untuk lagi-lagi bersama. Lama-lama Livia mungkin bisa saja berpikir yang tidak-tidak di antara ia dan Chandra.

Altogether at OnceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang