Sudah dibilang Chandra memang dewa harta.
Tapi meski kekayaannya sanggup membeli jet pribadi, Chandra tetap termasuk orang yang rendah hati.
Rendah hati yang sedikit berbelok dengan kikir.
Ya, bagi semua teman kelasnya Chandra adalah manusia paling pelit se-management 2018. Bagaimana tidak? Chandra tipikal anak yang kembali memperhitungkan keuntungan yang akan didapatnya sendiri.
Setiap pagi selalu berdebat dengan bendahara kelasnya yang menagih uang kas.
Sekedar pertanyaan, "Iuran harian buat apa sih? Emang kita anak SMA yang bakal bikin baju kompakkan?"
Padahal kan sudah kesepakatan kelas mereka untuk mengadakan iuran dikarenakan untuk tujuan mata kuliah kewirausahaan nanti. Yang jelas uang itu akan menjadi modal bagi mereka sendiri saat sudah menentukan produk apa yang akan dijual.
Dan jangan salah, meski cerewet soal uang, Chandra tetap membayarnya. Seminggu sekali dengan total bayaran untuk satu bulan.
Baginya itu tabungan untuk keperluan nilai.
"Ndra, gue pinjem duit dong. Gak bawa cash nih," ujar salah satu teman kelasnya.
Chandra jelas berdecih tak suka, "Cih. Berapa?" Tapi ia tetap menanyakan nominal uangnya.
Teman sekelasnya yang sedang dikejar bendahara kelas ini akhirnya tersenyum lebar dengan kekehan di sela suaranya. "Seratus lima puluh aja deh. Iuran bulan ini, gue ganti transfer langsung," ucap wanita itu.
Chandra memutar kedua matanya, namun dengan tangan yang merogoh sakunya itu, ia berhasil mengeluarkan dompet pada saku celananya. "Transfer sekarang," ucapnya ketus seraya mengeluarkan beberapa lembar uang kertas.
Temannya itu mengeluarkan ponselnya, "Ke rekening lo atau apa?" tanyanya membuat lelaki bernama Zidan Chandra itu berpikir sejenak.
"Gopay deh, gue males pegang cash."
Perempuan itu mengangguk dan mengutak-atik ponselnya. Tak lama membuat ponsel berwarna hitam terbaru milik si lelaki berbunyi sebuah notifikasi.
"Oke," ujar Chandra setelah melihat layar ponselnya dan menyerahkan tiga lembar uang berwarna biru kepada teman sekelasnya.
"Makasih, Ndra! Lo emang penyelamat gue!" Pekiknya lalu melipir pergi meninggalkan Chandra yang berdiam diri di mejanya.
Beberapa teman lelaki Chandra yang menyaksikan pemandangan itu berdecak. "Lo mah, yang bayar langsung gercep, kalo ngutangin berhari-hari nggak mau minjemin," protes salah seorang.
Chandra tersenyum sinis, "Iyalah, soalnya lo pada kalo ngutang ditagih malah lo yang marah."
Ucapannya jelas membuat temannya itu diam tak berkutik, akhirnya mereka memutuskan kembali melakukan kegiatan bermain gawai bersama itu.
Itu hanya sebagian kecil bagaimana Chandra sang dewa uang menggunakan uangnya.
Terasa kikir?
Sudah dibilang ia hanya kikir pada orang-orang tertentu. Mungkin bisa dibilang Chandra memiliki trust issue soal keuangan, namun lain halnya pada dua orang yang sudah menjadi pengecualian untuknya.
"Kata gue juga dirumah gue aja napa." Segepok uang ia serahkan begitu saja pada lelaki tinggi yang terlihat pucat pasi sehabis berlari jauh.
"Kostan gue lebih deket daripada rumah lo, Chan," ujar lelaki jangkung itu membuat Chandra berdecih.
"Lagian gimana bisa ATM lo ketelen dan lo lupa bayaran kost?" omel Chandra.
Andra yang sudah terceramahi itu hanya bisa menggaruk tengkuk lehernya. "Anggap aja musibah," jawabnya singkat membuat Chandra lagi-lagi memutar bola matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Altogether at Once
FanfictionHulubulu; begitu mereka menyebut nama gengnya. Berawal dari kumpulan cowok yang sedang mengalami problematika cinta di masa dewasa muda. Satu persatu dipertemukan dan dipisahkan secara tidak sengaja dengan permasalahan yang sama. Membuat kelimanya m...