Epilogue

1.2K 132 15
                                    

Sebelum Suzy terbangun dari komanya. Ia seperti merasa, kesedihan yang bertahun-tahun ia rasakan sirna begitu saja.

Mimpi itu terasa panjang.

Ia tidak berada di Seoul. Tapi di suatu kota nun jauh di sana.

Bersama hamparan bunga berwarna keungu-unguan berbentuk lonceng. Ia duduk di depannya. Dan ada Myungsoo di sampingnya.

Pagi yang cerah itu, Myungsoo menyematkan seikat bunga bluebell ke tangannya. Bukan bunga plastik.

"Suzy..."

Suzy berdehem. Fokus ke bunga di tangannya. Bunga itu bukan petikan. Tapi Myungsoo beli di sebuah florist terdekat. Menatanya sedemikian rupa. Indah sekali.

"Tak masalah jika kita kehilangan bayi kita dalam peristiwa yang melibatkan Eun Woo itu... Tak masalah..." Pria itu menoleh. Suzy ikut melongok.

"Kita bisa buat lagi..." Ia tersenyum simpul membuat Suzy terkikik geli.

"Jadi demi semua kebahagiaan yang akan menghampiri kita... Aku ingin menyempurnakan semuanya dengan lamaran keduaku untukmu..."

"Kita akan menikah disaksikan oleh hamparan bunga bluebell. Dan sebuket ditanganmu itu adalah pendetanya..."

"Jadi... Boleh kubacakan sumpahku lagi, nona Bae yang cantik?"

Suzy tertawa pelan. Mengangguk semakin geli.

"Bae Suzy... aku mengambil engkau menjadi istriku, untuk saling memiliki dan menjaga dari sekarang sampai selama-lamanya, pada waktu susah maupun senang, pada waktu kelimpahan maupun kekurangan, pada waktu sehat maupun sakit, untuk saling mengasihi dan menghargai, sampai maut memisahkan kita, sesuai dengan hukum Tuhan yang kudus, dan inilah janji setiaku yang tulus." Ucap Myungsoo khyusyuk. Tak ada getar yang malu-malu. Dia tampak sangat percaya diri.

Suzy tersenyum hangat menyambut kalimat itu.

"Kim Myungsoo... aku mengambil engkau menjadi suamiku, untuk saling memiliki dan menjaga dari sekarang sampai selama-lamanya, pada waktu susah maupun senang, pada waktu kelimpahan maupun kekurangan, pada waktu sehat maupun sakit, untuk saling mengasihi dan menghargai, sampai maut memisahkan kita, sesuai dengan hukum Tuhan yang kudus, dan inilah janji setiaku yang tulus."

Mereka saling menatap dalam suka cita. Sang pendeta "bluebell" kembali membacakan kalimat-kalimat suci itu. Pengisi suara: Myungsoo.

Setelah selesai, si pendeta akhirnya mempersilahkan kedua insan itu untuk saling menukarkan cincin.

Tangan Myungsoo meraih jari-jemari Suzy dengan intens. Lantas mengecupnya sangat dalam. Menutup sepasang matanya. Damai sekali hari itu. Hanya ada rimbun pepohonan dan angin yang berdersik pelan. Menerbangkan anak-anak rambut Myungsoo. Menyibakkan helain demi helaian rambut Suzy.

"Solitudinibus aut doleatis..."

"Tu sede venuste bluebells..."

"Te amo."

Kecupan itu terlepas. Giliran bibir merah itu.

"Aku mencintaimu, Suzy..."

"Sungguh-sungguh mencintaimu..."

"Dalam keadaan apapun..."

"Meski kau adalah si bluebell kecil yang kesepian..."

"Atau kau si bluebell kecil yang dalam penyesalan..."

"Aku akan tetap memilihmu dalam keadaan apapun..."

Ada tawa yang pelan dari Suzy yang semakin membawa kedua insan itu ke dunia lain.

Ke hamparan yang diimpikan.

"Nado." Jawab Suzy.

Tentu saja, ciuman keabadian itu tak terelakkan. Bersama keheningan bunga-bunga bluebell yang tampak merestui dua muda-mudi yang dimabuk asmara itu. Dua muda-mudi yang bak pasangan paling serasi di dunia. Dua muda-mudi...

Yang menginginkan kebahagiaan...

Setidaknya, biarkan mereka sedikit saja berbahagia.

"Suzy... Jika aku sudah tak ada di dunia ini... Apa yang akan kau lakukan?" Tanyanya setelah ciuman itu.

Senyum Suzy meredup. Lantas diraihnya sepasang tangan Myungsoo. Mengecupnya bak pangeran ke tuan putri.

"Lebih baik aku terus bermimpi..."

"Dengan begitu kau akan terus ada, kan?"





Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
BLUEBELLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang