💐3

1.1K 171 15
                                    

Eun Woo merasakan sesuatu yang aneh sejak Suzy kembali dari pemandian. Wajahnya jadi berseri-seri bahagia. Apakah karena air panasnya? Atau... Karena hal lain?

Sedari tadi ia memperhatikan Suzy yang terus melamun di depan teras sembari menikmati sosis darah yang diberikan pemilik villa. Senyumnya tak redup. Layaknya orang gila tanpa beban.

Benar-benar pemandangan yang langka.

Eun Woo jadi ingin mengusilinya.

Pria itu melangkah pelan tanpa suara. Dan saat ia sudah berada di belakang Suzy, ia meniup tengkuk wanita itu dengan jahil.

Reaksi yang bagus. Suzy terkinjat. Sosis darahnya sampai terlepas dari tangannya. Menukik mulus ke atas tanah. Ia menoleh kesal ke arah makhluk yang berani mengganggu pagi tentramnya.

"Yak-" ia menahan pekikannya setelah melihat siapa dibalik keisengan itu. Ah, si iblis tampan.

"Jangan mengagetiku." Umpatnya pelan. Tanpa mencoba untuk mengeraskan suaranya.

Lagipula pria ini tak bisa ditebak maksudnya.

Eun Woo memamerkan deretan gigi putihnya yang rapih. Terkekeh. Lantas turut mendaratkan dirinya di samping Suzy.

Ia tersenyum menyeleksi Suzy dari samping itu. Merasa gemas melihat bibir Suzy yang mengerucut. Hal yang sangat, amat sangat, jarang terjadi. Kehidupan pernikahan mereka bak edelweiss di tepi jurang. Eun Woo adalah sang edelweiss dengan cinta yang kekal, sedang Suzy adalah jurang yang curam penuh cadas. Hampir tak pernah ada canda tawa yang tersisa di pernikahan itu. Hanya ada ketegangan. Kepura-puraan.

Tapi lihatlah sekarang, wanita candunya itu kesal karena aksi jahilnya. Dan jangan lupakan senyum yang tak pudar itu. Terasa tulus dan spontan.

Ia suka.

Ia ingin melihatnya lagi.

"Bagaimana, Suzy-ah? Tentang festivalnya?" Eun Woo membuka suara. Keadaan tiba-tiba menghening setelah gelombang menyenangkan yang sempat tercipta tadi.

Suzy menoleh. Memberi sedikit jeda sebelum membalas pertanyaan itu.

"Kurasa aku ingin menikmatinya."

Senyum itu lagi.

Eun Woo tercenung. Terdiam. Kembali menoleh ke depan. Jauh.

Lalu hanya ada senyum tulus yang sembunyi.

Dan nafas pelan yang terdengar lapang.

***

Hari itu, sehari sebelum festival kembang api dimulai, Suzy diundang oleh kepala Desa Jinjonghae ke rumahnya.

Karena curiga, Eun Woo memutuskan untuk ikut.

Dan di sinilah mereka. Di depan sebuah bangunan terbesar kedua di desa itu setelah villa tempat tinggalnya.

Baru saja mereka hendak mengetuk pintu, kepala desa yang rupanya sangat terkenal di kalangan masyarakat karena ketampanannya itu tiba-tiba muncul di belakangnya. Mengetuk-ngetuk tengkuk mereka dengan jahil.

Kedua insan itu tentu saja terlonjak kaget. Mendengus dalam hati setelah melihat ekspresi puas pria itu karena berhasil mengagetkan mereka.

"Sumimasen." Si kepala desa tampan menggeser tubuh Eun Woo ke samping dengan seenaknya, hendak meraih gagang pintu dan memutar kunci konvesional yang terlekat di sana.

BLUEBELLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang