Tetangga

3.3K 336 70
                                    

"Kai, kamu sekarang lagi sibuk apa?"

"Nggak sibuk apa-apa."

Pria yang lebih pendek daripada Hueningkai menarik napasnya lalu membuangnya pelan.

"Emangnya kamu nggak mau kerja apa gitu?"

"Hmm nggak deh kayanya. Kai mau ngurus rumah tangga aja. Aa Tae kenapa nanyain itu?"

Pria yang disebut Tae atau lebih tepatnya Taehyun menatap kedua bola mata Hueningkai dengan tatapan yang dalam.

"Nggak papa sih. Cuman dulu kan kamu ngotot banget pengen kerja di Bank. Kamu nggak ada niat buat gapai cita-cita kamu itu?"

"Itukan dulu, a. Sekarang Kai udah milih buat nggak kerja dulu, soalnya mau ngurus suami."

Tidak ada percakapan lagi selanjutnya. Keduanya sama-sama melanjutkan kegiatan jalan santai mereka. Ya keduanya sekarang tengah jalan-jalan disekitar perumahan. Berjalan santai sembari menceritakan kehidupan mereka masing-masing.

"Eeh Hueningkai, ya? Istrinya Soobin 'kan? Cantik ya kamu." Segerombol Ibu-Ibu berhenti di hadapan Hueningkai dan Taehyun. Jumlahnya sekitar lima orang.

"Kai kan tetangga saya, bu." Kemudian salah satu dari bagian mereka ikut membuka suara.

Tidak ada jawaban dari Hueningkai. Ia hanya tersenyum manis, semanis yang ia bisa. Tidak ada yang ia kenali dari semua Ibu-Ibu yang berada di sekelilingnya, kecuali satu orang yang merupakan tetangganya.

"Wah suaminya ganteng, istrinya cantik, wah pasangan sempurna lah kalian. Tapi sayang ya belum punya anak."

Tiba-tiba wajah ceria Hueningkai berubah seketika. Sebenarnya tidak masalah baginya mendapatkan perkataan seperti itu, tapi kali ini perkataan itu dapat menyayat hatinya.

"Masa belum punya anak? Apa gara-gara kamu cowok, ya? Tapi sepupu saya bisa hamil tuh. Dia sama suaminya baru nikah sebulan terus langsung hamil," ucap wanita yang sedaritadi belum mendapatkan bagiannya untuk berbicara.

"Padahal kalian udah nikah lumayan lama kan, Kai? Udah setengah tahun 'kan? Jadi kenapa belum punya anak? Kasian lho suaminya," kata wanita tua yang berstatus sebagai tetangga Hueningkai.

Hueningkai hanya diam layaknya orang bodoh. Walaupun begitu ia masih tersenyum lembut, seperti tidak ada apa-apa yang terjadi pada hatinya. Padahal kenyataannya hatinya tidak bisa menerima kalimat-kalimat itu. Kalimat itu membuatnya sakit, lemah, tidak berguna.

"Maaf ya, Ibu-ibu, kurang-kurangin ngurusin urusan orang, ya. Urusin aja urusan ibu, urusin juga anak ibu yang kerjanya main handphone terus. Kami duluan ya, bu!" Taehyun yang sedaritadi hanya berdiri seperti seorang patung, mengucapkan kalimat yang ia rasa sudah membuatnya puas. Ia tidak suka sepupunya diperlakukan seperti itu. Ia menarik lengan Hueningkai lalu membawa Hueningkai menjauh dari perkumpulan Ibu-Ibu tadi.

"Kamu kok diem aja? Harusnya kamu tampar! Mulutnya suka banget ngurusin kehidupan orang," ujar Taehyun dengan ekspresi marahnya.

"Biarin aja, a. Kai gak papa kok dibilang kaya gitu," balas Kai sambil tersenyum tipis, berusaha menyembunyikan kenyataan bahwa ia tidak suka dan tidak mau mendengar kalimat-kalimat dari mulut Ibu-Ibu tadi.

"Kamu nggak boleh terlalu baik gitu. Kalau ada orang yang nanya-nanya urusan pribadi kamu terus ikut campur urusan pribadi kamu, kamu marahin aja. Ibu-Ibu jaman sekarang emang gitu, suka ceplas-ceplos. Asal kamu tau, mereka itu iri sama kamu karena kehidupan kamu yang menurut mereka udah perfect, jadi mereka nyari kekurangan kamu untuk mereka jadikan senjata. Kalau ada Ibu-Ibu kaya gitu, bilang aja sama aa, ya. Biar aa santet sekalian!"

Suami Takut IstriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang