Anniversary

1.2K 132 64
                                    

Hii

Ini chapter yang aku tunggu-tunggu, mungkin yang kalian tunggu-tunggu juga, mungkin.

Happy reading!

"Hai."

Soobin melingkarkan lengannya di pinggang milik Hueningkai. Hueningkai yang tengah sibuk dengan alat-alat masaknya lantas membalikkan badannya, karena agak terganggu oleh kehadiran Soobin.

"Eh kamu udah bangun? Sana dulu iih! Sana sana sana!" Hueningkai berusaha menyembunyikan sesuatu di belakangnya.

Soobin menatapnya bingung, "Kenapa emangnya? Aku ngeganggu?" tanyanya.

"Nggak kok, tapi kamu nggak boleh liat ini dulu! Sana cepet pergi! Cepet!"

Soobin patuh, ia kembali menuju kamarnya dengan perasaan penasarannya.
Beberapa saat kemudian, sosok Hueningkai masuk ke dalam kamar dimana Soobin tengah merenung. Ia memegang kue tart yang berukuran lumayan besar dan berjalan menghampiri Soobin.

"Inget kan hari ini hari apa?" tanya Hueningkai.

Oke, Jujur, Soobin tidak ingat ini hari apa. Hari selasa?

"Ih inget nggak?" tanya Hueningkai lagi.

Soobin berusaha keras untuk mengingat hari ini adalah hari apa. Jika ia melupakan hari yang mungkin spesial ini maka hari ini juga ... ucapkan selamat tinggal pada Choi soobin.

Soobin melihat kue tart yang masih setia di pegangan Hueningkai. Ia melihat lilin berbentuk angka dua di atas kue itu. Mencoba dan mengingat apa yang terjadi dengan angka dua, dan ... ya, dapat!

"Happy aniversary, sayang," ucapnya pada sang istri diikuti dengan kecupan singkat pada kening Hueningkai.

"Kirain tadi kamu lupa."

"Nggak akan mungkin lah aku lupa sama tanggal anniversary pernikahan kita."

*ih pengen cubit ginjalnya mas ubin.

Hari ini adalah tahun kedua pernikahan Soobin dan Hueningkai. Pernikahan mereka memang belum lama dan bahkan bisa dibilang baru. Namun, harapan sepasang suami istri ini masih sama seperti ditahun lalu. Harapan kecil yang selalu mereka harapkan dari dulu. Seorang anak.

Orang tua mana yang tidak menginginkan anak?
Mungkin ada dan tentu saja mereka tidak pantas disebut "orang tua."
Keinginan mereka masih tetap sama. Seberapa sering pun mereka berusaha dan gagal, keinginan yang telah mereka bangun bersama ini tidak akan pernah pupus, tidak akan pernah.

"Mas...." suara Hueningkai berubah menjadi rendah di sini.

Soobin mengalihkan pandangannya dan mulai menatap mata Hueningkai. Mata itu, Soobin tidak ingin melihat mata itu.

"Sayang, iya aku tau. Jangan sedih, aku di sini." Ia mulai mengelus-elus rambut lembut milik Hueningkai.

Soobin menarik tubuh Hueningkai kedalam dekapannya. Ia tidak mau istrinya berada diperasaan ini sendirian, ia ingin semua masalah, keluh kesah, dan perasaan Hueningkai dapat tersalurkan pada dirinya. Menjadi dirinya satu dengan Hueningkai.

"Makasih ya, mas," ucap Hueningkai dengan tangan yang masih memeluk Soobin erat.

"Makasih buat apa?"

"Makasih kamu selalu ada disini, kamu selalu ada disaat aku lagi butuh kamu, makasih."

"Aku nggak bakal kemana-mana. Mungkin aku, tubuhku pergi menjauh, tapi hatiku, jiwaku, selalu ada tepat di sini, di sampingmu, depan, belakangmu, dan dihatimu."

Hening. Suasana berubah menjadi hening seketika. Suasana ini, Soobin sangat menyukainya. Soobin suka keheningan dan suka Hueningkai.

"Mas...." Hueningkai melepaskan pelukan Soobin dan detik itu juga, ia sudah melesat pergi ke kamar mandi.

Suami Takut IstriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang