Si aku.
Tatkala dingin menusuk tulang,
Si aku menggigil memeluk guling.
Tatkala panas membakar asa,
Si aku menggebrak berharap senja segera menjemput malam.Serba salah kamu rasa,
Sebab tak pernah ada puas kata untuk si aku.
Kesal sesal kamu rasa,
Sebab tak pernah pandai berucap syukur si aku.Tenang, si aku memang begitu.
Ia pula tak masalah kamu tinggalkan.
Tenang, si aku memang selalu begitu.
Ia pula tak peduli kamu ceramahi.Lihat, bahkan pancaran gelangga air ia salahkan atas keadaannya.
Berdo'a saja, ia terseok minta ampun untuk segala ucap misuh yang terlanjur melangit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Surat-Surat Cinta
PoesíaUntuk diriku. Untuk kamu. Dan untuk kita. Kamu yang menjadi temanku, sahabatku, saudaraku, dan bahkan.... Kamu yang masih berhasil menetap dalam pikiranku, memupuk rasa tanpa akhir yang jelas.