- kritis

82 3 1
                                    

Aku melawan arah, ya aku sedang dalam perjalanan. Rasanya aku ingin memutar sang waktu agar aku bisa tetap tersenyum. Namun sayang, ragaku terpenjara dalam dunia yang berbeda alam.

Namaku Dhifa. Aku sekarang Kelas 3 SMA, saat pulang sekolah aku mengalami kecelakaan yang cukup parah hingga aku koma tak sadarkan diri. Jiwaku terpisah pada raga dalam dunia yang sama namun berbeda alam.

Aku selalu datang kesekolah namun tidak dengan tubuhku, yah roh ku terpisah dari tubuhku dan entah mengapa aku tak bisa masuk ke tubuhku.

Genap 1 bulan sudah, setiap hari aku dejavu melihat tangisan yang berulang kali kembali muncul. Ibuku, lagi lagi ia menangis, dan ayah selalu menenangkannya. Walau sebenarnya ayah lebih terluka, tapi ayah tetap tegar dihadapannya. Aku sering mengikuti ayah hingga balkon rumah sakit. Dan apa yang kulihat? Air mata menetes membasahi pipinya. Tak ku sangka ia akan menangis, dan lagi lagi aku memeluknya, namun sayang ini hanya roh ku ayah. Sering kubisikan di telinganya.

"Ayah Dhifa disini disamping Ayah, " ucapku seraya menghapus air mata ayah.

Namun ayahku tak bisa mendengarnya, ia hanya bisa merasakan kehadiranku. Hingga akhirnya Kakak pulang. Dan ia menatap mata ayah begitu dalam seraya berkata,

"Dhi nggak pernah pergi yah. Jangan pernah berkecil hati, Dhi akan selalu hidup dalam jalan Allah. Jika Allah berkehendak, maka Dhi akan kembali tersenyum, yah. Percayalah. " ucap kakak sembari menatap ke arah ku. Dan memeluk ayah dengan erat. Lalu kakak berbisik,

"Pergilah, cari seseorang yang membuat hatimu tenang. Kakak tak bisa membantu, kakak hanya bisa melihatmu, " bisiknya sembari tersenyum meneteskan air mata.

Jujur aku baru tau kalau kakak bisa melihat para roh, namun aku tak mengerti maksud kakak.

Kakak ku bernama Dhirga, ia sekarang memasuki bangku kuliah semester terakhir dan sedang menyelesaikan skripsinya.

Malam itu aku berjalan menuju rumah, entah sudah berapa lama aku tak pulang. Aku tak makan bahkan aku tak mandi. Saat disepertiga malam aku mendengar sebuah lantunan syahdu senandung yang ia lantunkan di sepertiga malam itu. Aku tak mengenalnya, namun ketika ku dekati ia menoleh lalu berkata,

"Ucapkan Assalamualaikum?"
katanya sembari menutup Al-Qur'an yang sudah selesai ia baca.

Aku tersentak, mana mungkin dia bisa melihatku karena aku adalah roh, tubuhku saja sedang terbaring dirumah sakit. Aku semakin mendekatinya melewati shaf shaf yang kosong. Dan lagi lagi dia berkata,

"Maaf kamu bukan mukhrim ku jadi mohon jaga jarakmu, dan bisakah kamu pulang. Kamu tidak menutup auratmu, kamu datang ke masjid pada jam seperti ini? dan permisi aku mau pulang. Assalamualaikum. " ucap pemuda itu sembari berjalan meninggalkan masjid.

Hal-hal aneh terjadi, aku bingung karena kakak bisa melihatku lalu ia menyuruhku untuk mencari seseorang yang membuat hatiku tenang, lalu tadi ada seorang pemuda yang mengajak ku berbicara seolah olah tubuhku hidup kembali. 1 bulan lagi aku genap berusia 17 tahun dan disaat itulah Kakak Wisuda, tapi apakah aku bisa memutar sang waktu agar aku bisa kembali disaat aku berjalan sebelum kecelakaan tiba. Itu Mustahil.

Hijrah ku, membawa aku pulang.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang