Maaf aku merindukanmu

17 1 0
                                    

Aku hidup dalam tempat yang beratapkan langit, tapi tak memiliki tiang penyangga yang dinamakan bumi dan dilengkapi dunia. Dan kamu hidup di atas, tanpa banyaknya dosa tanpa banyaknya noda. Kita bagaikan Langit dan Bumi, namun cinta kita diatas awan.


Pukul 06.11 WIB, waktunya berangkat sekolah.

Drrttttt drtttt

Ponsel Kahfi bergetar, saat itu Kahfi masih sibuk dengan sarapan paginya. Saat mendengar getaran handphone, Kahfi segera mengeluarkan ponsel dari saku seragam pramuka nya. Ia segera mengangkat panggilan suara via WhatsApp itu.

"Assalamualaikum." ucap Kahfi.

"Wa'alaikumussalam, kamu lama banget jawabnya. "
"Iya maaf ya. Tadi masih sarapan. "

"Aku udah siap, nih! Mau berangkat nggak? Aku tunggu, ya!" jawab Dhifa sembari memasang sepatu dan menaruh handphone ditelinga hingga kepalanya miring.

"Iya bawel, dah Assalamualaikum. " jawab Kahfi

"Wa'alaikumussalam. " tutup Dhifa.

Sementara itu Kahfi membereskan peralatan makannya terlebih dahulu. Saat Kahfi baru saja selesai mencuci piring dan sendok juga gelas, suara dentinan klakson mobil terdengar di telinga Kahfi. Kahfi pun bergegas keluar dan mengunci pintu rumah.

Kali ini, Dhifa yang menjemput Kahfi. Melihat gadis belia berjilbab cokelat membawa mobil dengan umur dibawah baras wajar. Kahfi menggelengkan kepalanya.

"Siapa yang suruh nyetir? KTP aja belum punya. Apalagi SIM. Anda saya tilang!" Ledek Kahfi.

Kahfi sampai didepan pintu pengemudi mobil. Dhifa pun pindah ke kursi penumpang. Disampingnya.

Mereka lalu berangkat. Jarak rumah ke sekolah yang terbilang lumayan. Sekitar 1,8 km. Mereka juga sering berbarengan dengan teman satu sekolahnya. Ada yang mengendarai motor, sepeda, angkutan umum, dan ada juga yang jalan kaki.

Tak heran jika mereka juga mengajak temannya untuk berangkat bareng saat bertemu dijalan.

Rok selutut lipat satu, dibagian tengah, warna cokelat. Seragam pramuka lengkap dengan ramu yang berbaris, dan beberapa lambang yang menempel di lengan kanan atas. Rambut yang di kepang satu. dan sebagian buku yang ditampung di lengan.

"Kahf, bentar. "

Dhifa meminta Kahfi untuk menghentikan laju kendaraan. Ia melihat temannya munggu di halte. Pagi yang makin kelihatan mendung ini, membawa Viska untuk ikut bersama Dhifa.

Lalu, jarak berapa meter dari halte hujan pun mengguyur jalanan. Ada beberapa anak yang satu sekolah dengan Dhifa dan Kahfi sedang berteduh di depan pertokoan ruko sebuah kedai.

Kahfi dan Dhifa juga mengajak mereka.

"Maaf ya, kak. Jok mobil nya jadi basah. "

"Nggak apa-apa, lagian kalian nggak basah kuyup kok. "

Mereka berangkat bersama, Dhifa, Kahfi dan ketiga temannya.

Hujan masih mengguyur mereka saat mereka tiba di parkiran. Kahfi mengantar mereka sampai didepan koridor sekolah. Lalu ia kembali ke parkiran.

Dhifa menunggu dikoridor depan. Menantikan Kahfi yang pastinya akan kehujanan.

"Enak ya, mandi hujan. " ledek Dhifa saat Kahfi berlarian ke arah koridor.

Kahfi menggelengkan kepalanya di samping Dhifa. Agar air yang membasahi rambutnya mengenai wajah Dhifa.

"Kahfi! Muka aku!"

Kahfi berlari meninggalkan Dhifa dengan menjulurkan lidahnya saat menoleh kearah Dhifa. "Wlek! Rasain!"

Disusul Dhifa yang geram, Dhifa pun berlari mengejar Kahfi di koridor. Koridor yang saat itu sudah mulai ramai. Banyak siswa yang berdiri didepan kelas.

Brukkkkkk

Dhifa menabrak seorang pemuda yang baru saja keluar dari kelas 3C.

"Aduhhh. " keluh Dhifa.

"Ehh, sorry. " ucap permintaan maaf pemuda itu.

"Nggak, gue yang salah. " sembari mundur beberapa langkah Dhifa merapikan jilbabnya. Dhifa belum menyadari siapa orang yang ia tabrak.

Pemuda itu agak bingung melihat seorang gadis berjilbab yang menabraknya barusan. "Dhifa Mikeyla Arista Putri. "

Dhifa segera melirik ke arah sumber suara.

"Nicholas David Fresko. " ucap lantang pemuda bule itu.

Setengah tak percaya. Namun manusia bernama Nicholas David itu benar-benar ada dihadapannya. "Nichol?" ucap Dhifa sembari menahan air mata.

Lalu Kahfi datang dengan nafas yang terengah-engah dan memegang lututnya. Sembari mengatur nafasnya. Melihat kebelakang dan mencari keberadaan Dhifa.

"Dhi, udah stop lari-lari nya. Aku capek." Ujar Kahfi.

Dhifa terdiam.

"Keyla, kamu pake jilbab sekarang?" Tanya Nichol.

Kahfi menghampiri Dhifa yang tertahan didepan kelas 3C.

Aku melihatnya benar-benar melihatnya, Nicholas yang ku tau sudah pergi dari Indonesia dia telah kembali, yah alasan mengapa aku pernah salah langkah karena aku pernah terpikat padanya. Aku telah berubah, aku bukan Dhifa yang dulu pernah keluar malam, aku bukan Dhifa yang sering ke club lagi.

Aku adalah Dhifa yang pertama kali menginjakkan kaki ke sekolah ini dengan Hijabku.

Mata ku berkaca-kaca aku menahannya. Ya, aku rindu dia namun sayang hatiku tak sejalan dengan pemikiranku.

Kahfi kini berada disamping Dhifa. Mencoba membaca situasi.

"Dia Nichol, Kahf. " ucap Dhifa.

"Ooo, jadi ini pacar baru kamu? " tanya Nichol dengan suara yang seakan merendahkan.

"Dia gangguin kamu, Dhi?" tanya Kahfi.

"Nggak kok, Kahf. "

"Dan perlu lo tau. Gue. Bukan. Keyla. Gue Dhifa. " lantang Dhifa.

Kahfi lalu mengajak Dhifa untuk ke kelas.

Lo nggak tau Key, alesan gue balik karena gue mau rebut elu dari si cowok sok ustad itu-gumam Nicholas.

Hijrah ku, membawa aku pulang.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang