2- Pacarable?

6 0 0
                                    

Istana Bunga Reista
Siang menuju sore kala itu store milik Reista sepi pengunjung, itu artinya ia bisa movie maraton K-Drama tanpa hambatan. Begitu juga dengan Benny ia juga terlihat mengantuk dengan posisi menyangga kepalanya bisa dikira-kira kantuknya sudah menyerang 85%.

"Ngantuk tidur sana! Di ruang istirahat. Jangan di sini"

Ting-ting suara lonceng berbunyi pertanda ada seseorang masuk dalam toko bunga Reista.

"Gue aja, Rei!" ungkap Benny dengan langkah gontai menuju meja utama. Tetapi dengan kecepatan cahaya, Reista mencekal tangan Benny.  "Kamu istirahat, aku aja" ucap Reista yang membuat Benny mengurungkan niatnya.

"Selamat datang di Istana Bunga Reista, ada yang bisa saya bantu?" sapa Reista yang berlari kecil menuju meja utama.

"Bunga" ucapnya dengan meneliti muka Reista.

Deg! Reista salting ada seseorang yang menatapnya dengan jarak cukup dekat. Cakep pula!

"Bu.. Bunga untuk? Emm.. Pacar?"

"Pacar? Jelas bukan, karena saya tidak punya. Untuk Mama" ungkapnya mengalihkan pandangan pada bunga-bunga yang ada di sekitar Reista. "Kira-kira bunga apa yang cocok untuknya?"

Dengan gugup karena Reista merasa dipandangi iapun mengacuhkan pertanyaan dari pelanggannya. "Ada apa? Kenapa kamu melihat saya seperti itu?"

"Kamu cantik" ungkapnya membuat wajah Reista memerah seperti memakai blush on nomer 1 yaitu terlalu pink.

"O.. Oh.. Bunga untuk Mama, Bunga mawar merah muda artinya keanggunan dan bunga Anthriscus ketulusan. Setiap Mama selalu mempunyai kedua sifat itu"

"Bungkuskan yang paling bagus untuk Mama saya" ungkapnya yang sekaligus membuat Reista bernafas lega karena menjauh darinya.

"Astaga kenapa deg-degan gini" batin Reista meronta.

5 menit kemudian Reista sudah siap dengan buket di tangan. "Totalnya 170 ribu" ungkap Reista berusaha setenang mungkin. "Mau cash atau debit?"

Tanpa menjawab lelaki itupun langsung menyerahkan dua lembar 100 ribuan. Dengan gerakan cepat Reista mencari kembalian. "Kembali 30 ribu"

"Kembaliannya ambil aja, tapi kasih aku sesuatu"

Reista mengernyit bingung, ia takut kalau orang di depannya bermacam-macam sedangkan sang bodyguard sedang terlelap. "Apa?"

"Kasih tau nama kamu" balasnya.

"Ha?" pekik Reista, yang akhirnya membuatnya menyebutkan namanya. "Reista Putri Nichole. Kamu?"

"Besok kamu akan tau namaku. See you Reista" ungkapnya sebelum pergi meninggalkan Reista yang masih linglung.

(bayangin aja itu meja utama + kasir + untuk ngerangkai buket bunga :D)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(bayangin aja itu meja utama + kasir + untuk ngerangkai buket bunga :D)

"Bebennnnnnn" teriak Reista sambil berlari kecil menuju Benny yang seketika membuat Benny terbangun. "Ada apa, Rei? Maling? Copet? Penjahat?"

Reista menggelengkan kepalanya dan tersenyum tanpa arti. Sedangkan Benny ia masih bingung dengan apa yang sebenarnya terjadi. "Kenapa sih, Rei? Lo ngagetin banget sumpah!" gerutu Benny.

"Ada cowok sweet banget" ungkapnya dengan geregetan.

"Cowok? Sejak kapan lo bisa ngomongin cowok?" tanya Benny dengan menempelkan tangannya pada jidat Reista.

Reista menampik tangan Benny dan berkata, "Yeee enak aja! Aku doyan cowok juga" sewotnya membuat Benny gemas. "Berarti lo mau sama gue?"

"Apaan sih! Pokoknya cowok tadi pacarable banget, Ben. Masak dia ngasih bunga buat Mamanya. Sama mamanya aja sayang, apalagi sama aku nanti" ucap Reista yang membuat Bennya melemparkan bantal mungil berwarna soft pink. "Mungkin mamanya ulang tahun, jadi itu buat kado. Bisa jadikan?"

"Sakit tau! Oiyaya, tapi kalau untuk ulang tahun, kitakan menyediakan surat ucapan gratis. Kenapa dia gak minta ya? Dan katanya dia besok bakal kesini lagi"

"Mau ngapain? Beli bunga lagi?"

Reista menyedikkan bahunya. "Mungkin mau kasih tau namanya"

"Bau-bau kasmaran nih"

"Apaan sih, Ben. Rese!" balas Reista sambil menutupi mukanya yang memerah seperti kepiting rebus. "Aku ke meja dulu"

Ting-ting suara bunyi lonceng berbunyi pertanda ada seseorang yang datang.

"Selamat datang di Istana Bunga Reista. Ada yang bisa saya bantu?" ucap Reista sambil mendekat ke meja utama.

"Reista?"

"Med? Ahmed kan?"

Ahmed mengangguk dan tersenyum senang. "Ini buat kamu, martabak spesial" ungkapnya sambil memberikan 2 kotak yang bertuliskan martabak manis Mas Udin. "Thanks, Med"

"Gue gabut di rumah, jadi jalan-jalan aja. Pas nemu martabak, langsung keinget kamu. Oiya gimana toko? Laris?"

"Ya lumayan, tumben kesini gak chat dulu? Aku gak punya stok makanan/ minum kalau di toko. Maaf banget"

Ting-ting suara lonceng ada seseorang yang masuk di Istana Bunga Reista.

"Biar gue aja, Rei. Lo ajak aja dia ke sofa tengah" ungkapnya sedikit berteriak. Dengan cepat Benny bergerak menuju meja utama. "Jadi siapa nih yang jadi kandidat pacarable?" bisiknya pada Reista yang mampu didengar oleh Ahmed.

"Pacarable? Maksudnya apa, Rei?"

Reista sungguh akan melempar 100 bantal jika Ahmed dan pelanggannya sudah pulang. Kesal! Itu yang dirasakan oleh Reista. Ia khawatir kalau Ahmed mencari tau arti kata itu. Bisa tamat riwayatnya.

"Beben awas kamu!!!!" batin Reista dalam hati.

Selamat Pagi Para Readers Tercinta ❤❤🤗🤗🤗
Semoga suka dengan ceritanya, jangan lupa vote dan coment yaa ❤😘😘
Semoga harimu menyenangkan
ILY 5000 kembali 2000 yaaa ❤❤

Anthriscus (Ketulusan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang