"Ini siapa si yang mencet bel. Orang gue baru makan" umpatku sembari menatap tajam ke arah ruang guru
"Sabar gaes sabar, palingan juga guru piketnya ngantuk hahaha" canda Fanda sahabatku
"Alah palingan guru piketnya pacarmu yang tiap hari ngirim pesan lewat line 'Renaku sayang, sudah makan apa belum?' Hahahhaha" tambah Resti yang menghinaku karena mereka tahu ada guru genit yang mengirimkan pesan menyebalkan seperti itu padaku.
"Hellow, sorry ya sasaya jomblo terhormat dan gak pacaran sama guru macam dia. " Balasku tidak terima
"Jomblo terhormat teh gimana. Mana ada jomblo terhormat!" Sangkal Petra
"Jomblo terhormat itu menjaga hati buat seseorang yang kelak akan menjadi suaminya. Gak kayak elu, 3 bulan sekali ganti pacar. Itu pacar apa kuota internet. Hahahah" balasku pada PetraKami telah menghabiskan soto dan tentu saja geng kami adalah geng terlambat masuk kelas. Dan benar, Bu Ida guru Matematika sudah berada di kelas bersama rumus-rumus x, y, z di kepalanya.
"Dari mana kalian? Jam segini baru masuk. Gak denger tadi ada bel?" Tanya bu Ida pada kami
"Maaf bu, perut kami lapar. Jika kami kelaparan kami tidak akan fokus dalam menerima penjelasan. Demi kebaikan bersama dan kebaikan perut kami, maka kami pergi ke kantin Bu Dyah dulu untuk membeli soto. Itung-itung bu, ngasih rejeki orang dipagi hari itu sangat dianjurkan bukan?" Balasku
Semua isi kelas tertawa mendengar jawabanku
"Malah ngajari saya kamu. Sudah masuk. Kalo kamu gak mau masuk yaudah keluar saja"
"Yaudah bu saya saya masuk deh, biar pinter besok bisa ikut Olimpiade Matematika kan bu?"
"Gak usah. Gak mau saya membimbing murid seperti kamu."
"Hehehehe"Kami pun mengikuti pelajaran matematika dengan rasa malas dan selama 4jam pertemuan. Tentu saja sangat menyebalkan dan ingin rasanya keluar.
"Bu, mau tanya" Herdi mengacungkan jarinya
"Iya Herdi, bagaimana?"
"Sebenarnya ini sudah istirahat atau belum bu? Kok dari tadi bel nya belum bunyi?"
"Hahahahhahahahaha" tawa seluruh kelasDan akhirnya, aku bersama sahabatku bisa keluar dari api neraka, eh maksudnya keluar dari kelas. Kali ini aku tidak pergi ke kantin bersama mereka, tidak pula ke ruang osis hanya untuk tanda tangan proposal. Kali ini aku menuju ruang guru bersama Petra. Aku, Petra dan Fahri anak kelas IPA 1 bergabung dalam satu tim debat sekolah. Kami menemui guru bahasa Indonesia, namun sayang Pak Deno sedang keluar kota ada tugas katanya sehingga kami hanya membaca materi dan saling beradu argumen bersama. Tak lupa aku juga beradu argumen bersama Bu Ida, guru matematika yang tidak aku sukai.
"Eh Rena. Mau lomba to kamu?" Tanya nya meremehkanku
"Enggak bu. Saya cuma mau cari gebetan. Udah kelamaan jomblo hahaha"
"Gak ada yang mau sama kamu Na Rena. Kelakuan kamu aja jahil begitu, gak sopan"
"Loh saya jahil sama gak sopannya kan cuma sama Ibu doang. Kalo sama orang tua saya apalagi dengan guru lain saya sopan bu" balasku
"Sudah Bu Ida, sudah Rena tidak baik seperti itu. Dia itu sopan kok bu. Kamu juga Rena, kalo sama bu Ida itu yang sopan" tambah pak Joko, guru genit yang juga menyebalkan
"Kamu sudah makan Rena, ayo ke kantin. Mau nggak? Daripada baca materi ntar bosen loh" ajaknya
"Enggak pak. Mohon maaf, saya tadi udah makan soto sama temen." Jawabku menolaknya
YOU ARE READING
Indah Pada Masanya
Teen FictionCerita remaja SMA dengan segala kekonyolan dan kisah cinta abu-abunya