Enam

1 0 0
                                    

Aku dan Petra menuju gazebo sekolah dan Fahri setia dengan kelas biologinya. Dia memang anak yang rajin, tidak sepertiku rajinnya cuman kalo dikasih uang. Hahahaha
"Tadi LO nya ganteng ya Ren"
"Eh inget lu dah punya Reda. Dasar gatel" balasku
"Apasih. Gue kan cuma memuji ciptaan Tuhan. Elu kenal tadi itu?"
"Kenal. Dia temenku SMP. Tapi aku lupa wkwkw. Katanya dia 8C, temennya Dandi anak kelasku"
"Elu gimana sih satu angkatan masa gak kenal"
"Eh sorry ya. Gue gak punya waktu buat ngapalin nama-nama anak per kelas. Bukan petugas sensus siswa gue"
"Sombong amat lu. Kenalin dong Ren buat gue."
"Nih gue kasih pin nya" aku memberikan handphoneku pada Petra
"Alah palingan lu gak di acc wkwkwkwk." Tambahku

Ditengah-tengah percakapan kami yang sangat asyik datanglah malaikat maut dari arah barat. Namanya Pak Anto, guru BK yang pernah menyita kunci motorku karena aku terlambat masuk sekolah.
"Jam pelajaran siapa ini?"
"Pak Samsul pak. Tapi beliau tidak hadir." Jawabku
"Yasudah kalian masuk kelas. Jangan diluar begini."
"Bentar lagi kan udah mau bel pulang pak. Buat apa kita masuk kelas? Yakan Tra?"
"Udah masuk aja yok. Gue gak mau kena poin" bisik Patra
"Patra, Rena ayo masuk kelas" tegas Pak Anto
"Baik pak. Kami akan masuk. Terimakasih pak sudah keliling sekolah. Semoga kaki bapak selalu sehat dan badannya bugar" aku membungkuk sambil menahan tawa

Aku dan Patra menuju rombel IPS. Ya terpaksa aku masuk kelas padahal 15 menit bel pulang akan berbunyi.
Tibalah aku dikelas dengan kondisi yang sangat berantakan seperti kapal pecah. Kursi-kursi tidak tertata, bahkan temanku Dafa, tidur dibawah meja guru. Ada yang stel musik dangdut koplo yang suaranya masyaallah. Ada yang ghibah di pojokan, ada sepasang kekasih yang sedang bercengkerama di belakang. Ya siapa lagi kalo bukan Fando sama Dita, mereka udah pacaran sejak MOS dulu. Wagelaseh heran juga gue kenapa Dita mau sama cowok modelan kayak Fando. Kalo kataku "blas ra penak di sawang" hahahaha.

"Everywhere, everytime lu pacaran sama Fando gabosen Dit?" Aku bergurau
"Eh diem lu iri kan gapunya pacar. Dasar jomblo. Makanya jadi cewek gak usah pilih-pilih sok jual wuuuu" Dita menyeru tidak terima
"Ya biarin emang gue mahal. Gak semua cowok yang deket sama gue bisa jadi pacar gue" balasku
"Udah sana kamu ke ruang guru aja. Ganggu orang lagi pacaran. Iya kan yang?" Sambil melirik Fando

Aku meninggalan kedua pasangan itu dan dan beranjak ke mejaku. Meja nomor 3 dari depan. Aku memilih tempat yang strategis agar tidak kena sembur guru saat mengajar dan pandangan yang pas ke LCD Proyektor. Baru saja aku duduk bel pulang sudah nyaring. Akhirnya aku pulang ke base camp gengku di rumah Fanda. Dia ada rumah 2. Rumah yang satu enggak dipakai dan dan dijadikan base camp kami saat itu.
"Tra lu mau ikut apa mau pacaran?" Ajakku
"Gue putus. Bosen sama si Reda"
"Alhamdulillah"
"Lho kok alhamdulillah?"
"Lha iya kan bener? Kalo udah gak suka itu putus aja. Bener kan gue bilang alhamdulillah?"
"Iya iya" balasnya cuek

Aku dan teman-teman gengku menuju parkiran motor. Dan betapa menyebalkannya di parkiran ada pak Joko dan pak Laksmono sedang merokok. Asap rokok yang sangat menyebalkan.
"Eh Rena. Udah pulang?" Sapanya sambil membuang rokok
"Kalo buang rokok itu ditempat sampah pak. Nanti kalo keinjek kaki gimana. Kasihan kakinya" balasku
"Harusnya kamu dong yang kasihan ke saya. Kamu gak kasihan apa sama saya yang menunggu harapanmu?" Pak Joko angkat bicara
"Hiyaaaaa" temanku menyeruku
Moodku sudah berantakan gara-gara itu. Benar-benar menyebalkan. Seharusnya dia itu sadar, usia dia sama bapakku aja tuaan dia. Udah gue gak suka tambah digituin makin muak aja tiap hari. Dasar laki-laki gatel.

Kami lantas pulang daripada menanggapi Pak Joko yang semakij tidak karuan. Kuarahkan langkah kakiku menuju tempat parkir sepeda motorku bersamaan langkah kaki para sahabatku. Tibalah kami dimotor masing-masing dan memacu laju motor menuju jalan raya dan mengarahkan kami ke sebuah rumah yang kami sebut sebagai base camp. Rumah salah seorang anggota geng kami yang tidak terpakai. Kami lantas memarkirkan motor secara rapi disana. Suasana yang nyaman bersama nyanyian para sahabatku mampu merilekskan pikiranku dari segala rutinitas harian yang mencekikku.
"Mau masak apa Ren?" Zul bertanya padaku
"Terserah" jawabku cuek
"Eh lu kalo mau masak buat Rena masakin dia batu aja. Kan dia bilang terserah" tambah Patra
"Udah lu mau masak apa terserah. Kalo gue gak doyan nanti gampang gue ke warung depan. Gue capek, pusing, pengen tidur. Bangunin ntar jam 3 soalnya ada keperluan" tambahku
"Heuuuu anak sok sibuk. Lu mau kemana lagi Ren. Kayaknya osis gak ada event."
"Udah lu diem aja. Gue mau tidur. Titik." Aku menegaskan

Sore ini tepat pukul 16.00 aku menunggu Yovan dicafe dekat SMPku. Aku bahkan meninggalkan waktu bersama teman-temanku hanya untuk menemuinya. Ternyata dia sudah datang. Meja paling belakang yang terlihat sunyi. Sore itu bersama dengan celana hitam, sepatu abu-abunya dan kaos dongker berpadu padan dengan wajah putih yang memancarkan aura gantengnya.
"Halo Rena" sambutnya
"Eh iya Yovan. Udah lama ya? Sorry ya tadi gue tidur dulu."
"Enggak. Palingan 15 menit. Gapapa Ren. Santai-santai aja"

Indah Pada MasanyaWhere stories live. Discover now