Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Keesokan pagi nya, Jennie berangkat sekolah seperti biasa. Sampai di depan sekolah Jennie turun dari mobil pamannya, dan dia melihat Dimas sedang berjalan bersama teman-temannya menuju gerbang sekolah.
Jennie memperhatikan Dimas dari belakang. Punggungnya saja sudah menarik. Dimas selalu dikelilingi banyak teman. Perempuan dan laki-laki. Kakak kelas pun respect padanya. Mungkin karena memang pribadinya yang asik? Atau karena dia kaya? Populer? Fikiran Jennie dipenuhi dengan pertanyaan-pertanyan itu.
“Nat, Perpus yuk?” ajak Jennie selesai jam istirahat ke dua.
“Aduh! gabisa Jen,” Jawab Natalie dengan wajah suram
“kenapa?” Tanya Jennie
“Aku sampai pintu perpus bisa langsung tidur. Gabisa, Gabisa.. aku alergi” Kata Natalie sambil mengibas ngibaskan tangannya.
Jennie pun tertawa. Sambil mengeluarkan buku dan ipadnya dia pun berjalan ke perpustakaan.
“Hallo Jennieee.....”
Jennie pun terkejut, petugas perpustakaan pun sampai mengenal dia.
“ha.. halo” Jawab Jennie sedikit mengangguk. Dia pun mencari tempat duduk yang tenang.
Pertama dia membuka buku catatannya, membacanya sebentar lalu membuka ipadnya. Jennie mencari-cari buku yang pas sebagai referensi, dia sedang mencoba menulis essay untuk mengikuti lomba.
Saat Jennie sedang serius melihat daftar isi sebuah buku di mejanya, tiba-tiba ada kertas yang muncul dari depannya. Bertuliskan “Jenny?”
Kepalanya yang tadi sedang menunduk membaca buku pun perlahan terangkat melihat kearah depan.
Betapa kagetnya dia melihat Dimas ada di depannya, duduk santai sambil menopang dagu dengan kepalan tangannya yang ringan memandang ke arahnya sambil tersenyum.
Salah tingkah. Jennie pun menjatuhkan HP yang sedang dia bawa. Berusaha membenarkan cara duduknya sampai kakinya terpentok ke sudut meja.
Dimas tersenyum semakin lebar sambil sedikit tertawa melihat tingkah Jennie. Dia pun memandang Jennie agak lama sambil tetap tersenyum.
Jennie pun terdiam, tidak mengeluarkan suara. Suasana sedang sunyi sampai Jennie merasa takut kalau sampai dia membuka mulutnya suara yang dia keluarkan akan menjadi besar dan tidak terkontrol. Ada banyak anak lain juga yang sedang membaca. Jennie pun hanya diam.
Beberapa menit sudah berlalu, Dimas masih memandang Jennie. Posturnya masih sama menopang dagu dengan kepalan tangan ringan nya yang sesekali berpindah ke bibirnya dengan santai, dan matanya tetap tertuju ke wajah Jennie.
Dia sedang melepas rasa rindunya.
Jennie pun menunduk, melihat ke daftar isi buku itu. Berpura-pura fokus dan tenang, padahal perasaannya bergelombag tidak jelas. “Apa ini? Dia sedang apa? Apa? mau apa?” fikir Jennie.