18. Pupus

143 45 16
                                    

Halo semua. Aku udah lama gak update. Apa kalian menunggunya. Yah, semoga saja. Rasanya aku tu sibuk padahal, gak banget. Part ini tuh gimana ya jelasin nya, baca aja deh. Ntar lagi cerita Anganku Angin bakal berakhir, tinggal beberapa part.

Mohon maaf atas keterlambatan update-nya aku. Semoga kalian suka part ini, dan kalo kalian gak suka atau cerita ini kurang menarik, terus kasi semangat buat aku semoga aku bisa lebih baik lagi kedepannya dan lebih banyak belajar lagi. Dikomen dong. Munculin juga dong bintangnya.

Jangan lupa voment nya.

Heppy reading!

∆∆∆

Agara meninggalkan rumah sakit yang diperuntukkan untuk orang-orang yang mengalami gangguan jiwa. Rasanya dia tak mampu untuk menemui Angin. Terlebih, ini semua faktor tubuhnya yang semakin melemah dan harus berada dalam jangkauan dokter selama 24 jam.

Dia menuai luka dari pupuk harapan yang ia tanam dalam batinnya. Hatinya ingin menemui orang yang sangat dirindukannya, namun, ia sadar betul bahwa keduanya kini sedang tak lagi dalam keadaan baik-baik saja selepas Angin mengutarakan semuanya, detik itu juga semua menjadi berbeda.

Terkadang memang sulit menjabarkan kerinduan, entah temu yang membuatnya bersemu atau semakin menggebu.

Aga berjalan dengan wajah tertunduk lesu, sesekali dia mengambil nafas panjang dengan menepuk bagian dadanya, merasa kehilangan oksigen disekitarnya.

Tubuhnya merespon sentuhan hangat dari seseorang. Senyuman kini terukir di bibirnya.

∆∆∆

Radell menantikan hari ini, hari diamana Angin kembali bersamanya lagi. Dia merindukan canda tawa dan segalanya. Satu minggu tanpa kehadiran Angin itu seperti seribu tahun tanpa makan, pengen ngeluh terus.

Agara dan Angan pun juga ikut menjemput Angin.

Langkah mereka begitu bersemangat. Meski tanpa Hanin, setidaknya masih ada Aga dan Angan yang akan menguatkan kalau-kalau Angin belum bisa menerima untuk kembali kerumah.

Pandangan mereka terfokus pada titik di mana seorang perempuan terduduk dengan pandangan nyalang. Air mata membasahi pipinya, matanya sembab, pertanda bahwa dia menangis lama sebelumnya. Cekungan hitam membekas pada bagian bawah kelopak matanya.

Raut ketiganya langsung berubah suram. Namun, sadar, jika saja ketiganya seperti ini bagaimana perempuan tersebut.

Langkah kaki menyeret ketiganya mendekat. Betapa terkejutnya mereka kala tubuh yang menjadi fokus mereka tadi kini telah berada dalam pelukan Angan. Angin memeluk Angan. Tak ada yang tahu tentang dirinya. Dia yang merindukan Angan, dia ingin mewujudkan semua mimpi-mimpinya bersama Angan. Tak akan ada lagi botol. Karena seorang yang ditunggunya kini telah ada dihadapannya.

Dokter yang menangani Angin tersenyum lega. Meski Angin menghindari semua orang, dia akan menganggap seorang yang baru dikenalinya sebagai pelindungnya. Dia lah Angan.

Agara dan Radell hanya tersenyum haru melihat tangan yang dilingkarkan Angin dipingang Angan, meski ada yang bergejolak dan memberontak di dalam sana, mereka tetap tersenyum.

Lihatlah, Angin kini meneteskan air mata. Akankah kebohongan ini berakhir baik, atau malah semakin buruk.

∆∆∆

Anganku Angin [SELESAI]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang