'Telah ku siapkan kain sutra se-lembut kasih untuk kekasih hati sehidup serta semati ku'.
Terukir sangat indah raut wajah-Nya saat pertemuan pertama. Sedikit hal lucu diantara kami, mulai muncul lengkungan senyum manis di sudut bibir-Nya. Sungkan dalam berbicara, lalu ia mulai membuka obrolan sampai merasa nyaman dan kami saling bertukar cerita tanpa adanya batasan. Tak pernah menyangka akhirnya bertemu dan berhadapan langsung dengannya seraya sepasang kekasih. Pertemuan antara kami tak lumrah seperti yang lain. Tapi ini berkesan bagiku, tanpa adanya perkenalan ini mana mungkin aku dapat menceritakan kisah ku pada kalian.
Perkenalan memang selalu manis, kami lupa bahwa setiap perkenalan pasti ada perpisahan. Hingga terlalu cepat jatuhkan hati. Hanya saja kami dapat menangkal-Nya lebih tepatnya memperjuangkan-Nya. Tetapi tetap saja diriku hanya manusia biasa yang tak bisa membeli jiwa baru begitu saja. Jika ku dapat membeli arah hidupku pasti akan ku beli dan mengarah selalu pada kebahagiaan.
Jiwa tak harus ada. Bisa memahami dan mengerti diriku itu point pertama. Sehingga aku dapat merasakan-Nya hadir di sebelahku dan menggenggam erat tangan-Ku seolah-olah ikut merasakan apa yang ku rasakan. Hari-haru membisu dan sesekali lirih sendu suara-Nya terdengar di pelipis telingaku, yang membuat-Ku merasa nyaman dan aman. Hingga akhirnya....
Hati ini gelisah tiada henti ketika kaki-Nya beranjak pergi tanpa berkabar, berbalik pada-ku tersenyum menyeringai. Tak ku ambil pusing hal itu, ku basuh kaki dan membangkit seluruh jiwa-Ku untuk menyamai langkah-Nya saat itu. Khianati-Lah aku sungguh ikhlas karena menyayangi-Nya hingga akhir hayat-ku. Tapi ingatlah aku sosok yang tak pernah kosong, bunga terjatuh tanpa tersentuh sedikit pun akan tetap indah dan berguna untuk orang lain.
Berapa banyak bunga yang kau inginkan? Padahal aku hanya memerlukan air hujan yang turun tulus tanpa adanya campur tangan manusia, sayangnya kau turun membawa kesedihan yang amat dalam. Bagiku kau tangguh sekali memakai payung sekali pun kau tetap menyakiti-ku.
Tak perlu pedulikan hal yang lalu, bergegas mencari air hujan ke negara sebrang tak lelah meski kelopak-ku ter-gores tanah, terus mencari keberadaan air hujan tetapi yang ku dapati musim kemarau yang panas, tandus dan usang. Penuh pertanyaan di benakku apa yang sebenarnya terjadi? dan mengapa kau begitu lemah? Apakah bunga itu meminta hujan terus menerus?
VALERIE SHABILA & AKHTAR ABRISAM

KAMU SEDANG MEMBACA
AKHTAR
Teen FictionHi! Tak ada yang tahu akan jadinya kehidupan kita di masa yang akan datang. Semua berharap masa depan yang cerah, sukses berkarir, merencanakan hal yang membahagiakan. Perlu di ingat "kita hanya bisa merencakan tapi tuhan yang menentukan". /jangan...