Hammy dan yang lainnya kini berada didepan pintu ruang IGD salah satu rumah sakit. Badannya gemetar mengingat apa yang terjadi. Tidak hanya dirinya, Raptor saja bahkan sampai menangis setelah kejadian tadi.
Seorang pria tua kini berlari kearah mereka. Ia menghampiri Tsurugi. Hammy pun menengok kearah pria itu. “Kakek!” panggilnya kemudian berdiri menghampiri Kakek. “Nona Hammy! Pihak rumah sakit tadi menghubungiku. Mereka bilang Tuan Lucky masuk ke ruang IGD. Apa yang sebenarnya terjadi memang?” tanya Kakek.
“I...itu...” ucap Hammy terbata-bata. Tubuhnya benar-benar gemetar saat ini. Dan jika dia bisa pingsan, mungkin detik itu juga ia akan pingsan.
“Biar nanti saja yang jelaskan kejadiannya,” ucap Tsurugi mengambil alih keadaan. Kakek mengangguk mengerti. Seorang dokter keluar dari ruangan itu, dan seketika semuanya menghampiri dokter tersebut.
“Bagaimana keadaannya?” tanya Kakek.
“Untuk saat ini, keadaannya stabil. Kami harus mengambil tindakan operasi kecil untuk menutup lukanya. Untung saja, luka tusuknya tidak terlalu dalam. Dia akan baik-baik saja,” jelas dokter yang tak lama kemudian berlalu.
Hammy tidak tahu dirinya harus sedih atau senang. Kini ia hanya bisa menangis dalam diam. Kakek mengelus kepalanya pelan-pelan. “Tenanglah! Dokter sudah bilang dia akan baik-baik saja,” ujar kakek pelan, mencoba menenangkan Hammy. Gadis itu hanya tersenyum simpul.
“Sebaiknya kalian beristirahatlah dulu dan obati luka memar kalian. Lucky, biar saya yang menunggu,” saran Kakek pada yang lainnya.
Mereka semua mengangguk menurut dan kemudian pergi untuk beristirahat. Hammy masih berada disana. Kakek membujuknya untuk beristirahat mengikuti teman-temannya. Hammy pun menurut dan ia pun pergi dengan jalan yang lemas.
********
Hammy berjalan dikoridor rumah sakit. Sudah beberapa hari sejak kejadian menyeramkan itu. Sebenarnya ia sudah janji dengan teman-temannya untuk membicarakan tentang kelanjutan dari rencana mereka tentang acara festival, tapi gadis itu memilih mampir dulu ke tempat itu.
Ruang rawat 204, gadis itu kini berdiri tepat didepan pintu ruangan itu. Terakhir kali ia mengunjungi ruangan itu, seorang pemuda masih tertidur –lebih tepatnya pingsan- disana. Dokter sebenarnya sudah bilang bahwa kondisi pemuda itu sudah stabil dan tinggal menunggu sadar.
Hammy memutar knop dan membuka pintu itu. Untuk sesaat, gadis itu mematung diambang pintu. Ia tidak percaya dengan apa yang ia lihat saat itu. Pemuda itu kini sudah tersadar, bahkan sedang duduk menyandar ditempat tidurnya.
“Ah! Ohayou, Hammy!” sapa pemuda itu dengan tersenyum saat tatapan mereka saling bertemu.
Gadis itu masuk dengan langkah cepat dan langsung duduk di bangku penjenguk samping tempat tidur. Wajahnya masih menggambarkan rasa tak percaya. “Lucky! Kau sudah sadar?” tanyanya. Ya, sebenarnya ia tahu itu pertanyaan bodoh dengan jawaban yang sudah pasti didepannya.
“Kakek! Kenapa tidak memberitahu?” keluh Hammy sedikit dengan nada manja.
“Gomen! Kakek mana punya kontakmu,” jawab Kakek yang membuat Hammy sedikit cemberut. Sedangkan Lucky hanya tertawa kecil.
Perasaan Hammy kini bercampur antara lega dan kesal. Ia menatap pemuda didepannya dengan tatapan yang siap meledak. “Nande?” tanya Lucky polos saat ia menatap gadis itu. “BAKA!” teriak Hammy dengan kesal didepan Lucky. Pemuda itu bingung, bahkan Kakek pun bingung.
“Kenapa kau pergi sendirian menemui orang itu, hah! Jika kau ingin bunuh diri, bukan begitu caranya! Kau itu benar-benar membuat kami khawatir!” omel Hammy pada Lucky yang sedari tadi hanya terdiam mendengar omelan itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Mata Kimi ni Aitai
Fanfiction25 April... Hari ini kembali memaksa Hammy kembali ke masa lalu nya. Masa-masa kuliah. Mengingat semua kejadian dimana ia dan sahabat-sahabat nya melawan geng 'gelap' kampus nya. Mengingat semua kesedihan, kekecewaan, kekesalan, dan terutama keceri...