30 - Side Story (4)

930 69 19
                                    

Dubai

Lucky baru saja sampai di lounge dari maskapai pesawat yang ia gunakan untuk terbang ke New York. Perjalanan Jepang-Dubai saja sudah membuatnya sangat lelah. Apalagi jika dia mengambil rute penerbangan yang tidak ada transit? Sudah dipastikan dia akan mengalami jet lag setibanya ia di New York nanti.

Ia transit cukup lama di bandara itu. Saat ia mengecek ponselnya, ternyata ponselnya mati karena habis baterai. Ia pun mengisi baterai ponselnya dan meninggal kan ponsel itu.

Ia melihat Kakek sedang tidur di salah satu sofa. Jika dirinya saja yang berusia dua puluh tahun sudah lelah bukan main, bagaimana Kakek yang sudah setua itu? Lucky melepas jaket yang ia pakai dan menyelimuti Kakek dengan jaket miliknya. Ia bersyukur karena ia bisa mengenal seseorang seperti Kakek. Meski tidak ada hubungan darah, mereka tetaplah keluarga.

Tidak lama kemudian ia merasa mengantuk dan memutuskan untuk tidur di sofa sebelah sofa tempat Kakek tidur. Ia sempat berpikir tentang teman-temannya. Belum ada dua puluh empat jam, ia sudah merindukan semua temannya. Ia ingin segera kembali ke Jepang. Lucky pun mulai terlelap dalam mimpinya.

Pukul 04.30

Lucky terbangun dengan panik. Ia lupa jadwal pesawatnya yang akan berangkat beberapa menit lagi. Ia langsung membangunkan Kakek. Kakek juga terbangun dengan panik. Mereka pun bergegas untuk bersiap.

Lucky pun menghampiri tempat nya mengisi baterai ponselnya. Ia terkejut melihat ponselnya tidak ada disana. Padahal, ia sangat yakin bahwa ia mengisinya di tempat itu. Tapi, bagaimana ponselnya bisa hilang?

Ia sudah tidak peduli dengan ponselnya. Setidaknya, sesampainya di New York ia bisa membeli ponsel yang baru. Namun ia teringat sesuatu, ia memiliki kontak teman-temannya hanya di ponsel itu.

Kakek menghampiri Lucky dan menyampaikan bahwa mereka akan ketinggalan pesawat mereka jika mereka tidak segera pergi ke pesawat.

Mereka berdua pun berlari berharap mereka tidak tertinggal. Namun, tepat saat mereka sampai di tempat, pesawat mereka lepas landas, dan mereka ketinggalan pesawat mereka dan harus membeli tiket baru untuk penerbangan ke New York.

Setelah membeli tiket yang baru, Kakek mengabari Aslan, ayah Lucky dan menceritakan kejadian yang mereka alami. Mereka memilih menunggu di ruang tunggu penerbangan. Lucky masih sedikit memikirkan ponselnya yang hilang. Jika saja ponselnya tidak hilang, ia pasti sudah menghubungi teman-temannya saat ini.

Lucky hanya bisa melihat-lihat album foto yang Hammy berikan padanya saat perpisahan di Bandara Narita. Semua foto ada disana. Bahkan foto dirinya yang sengaja Hammy potret diam-diam. Akhirnya ia bisa melihat foto itu setelah ia gagal menghapusnya di ponsel gadis itu.

Ia juga melihat foto Hammy yang juga dipotret secara diam-diam oleh dirinya saat mereka bermain menangkap ikan. Ia ingat sekali semua kenangan bersama gadis itu. Ah! Kini ia semakin merindukannya dan juga teman-temannya.

Lucky mengalihkan pandangannya saat ia mendengar percakapan beberapa kru bandara tentang sebuah kecelakaan pesawat yang baru terjadi. Tidak lama dari itu, ia melihat sebuah berita di televisi yang mengatakan bahwa pesawat yang mengalami kecelakaan itu adalah pesawat yang seharusnya ia tumpangi setelah transit. Pada saat itu juga, Lucky membeku untuk beberapa saat.

************************

Lucky menjalankan kehidupan kuliahnya di kampus barunya. Sejauh ini ia tidak mengalami masalah yang besar. Hanya saja entah mengapa, banyak sekali mahasiswi yang mencoba mendekatinya. Mulai dari mengajak belajar bersama sampai ada yang terang-terangan mengajaknya berkencan.

Ia tidak habis pikir dengan gadis-gadis itu. Berbeda seperti saat dirinya di Jepang. Ia ingat, sesering ia berjalan bersama Hammy, tidak pernah satu kalipun gadis itu dahulu yang mengajak. Selalu dirinya dulu yang mengajak.

Mata Kimi ni AitaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang