10

993 74 6
                                    

Hammy kembali ke cafe dan bersiap untuk bekerja. Ya, liburan sekitar seminggu di rumah orang tuanya kini telah berakhir, namun ia tetap senang setidaknya ia bisa berlibur dari tugas kampus.

Semua rekan kerjanya kini sedang berkumpul diruang loker pegawai, termasuk Emu. “Minna! Lihat apa yang aku bawa!” ucap Hammy mengejutkan semua yang ada disana. Rekan kerjanya banyak yang berteriak gembira karena mendapat oleh-oleh.

Hammy membagikan oleh-olehnya satu persatu. “Dan, ini untuk Kak Emu!” ucapnya sambil memberikan sebuah bungkusan pada bosnya.

Arigatou, Hammy-chan!” ucap Emu senang.

Rekan-rekannya sangat gembira saat melihat isi bungkusannya adalah beberapa pernak-pernik dan makanan khas Nara. Namun Hammy tidak memperhatikan itu, ia sedang fokus mencari seseorang yang sedari tadi tidak ia lihat batang hidungnya.

“Dimana Lucky?” tanyanya pada Emu.

“Oh, dia? Dia tidak masuk kerja. Sepertinya ia masih demam.” Jelas Emu.

“Sudah berapa hari?”

“Hari ini yang ketiga.”

Hammy mengangguk beberapa kali. “Boleh ku minta alamatnya?”pintanya.

****************

Hammy kini sudah berada didepan sebuah rumah. Rumah itu cukup besar dengan gara arsitektur perpaduan antara rumah tradisional Jepang dan rumah modern, namun sepi. Beberapa kali Hammy merasa ragu, dan beberapa kali juga Hammy mondar-mandir tidak karuan.

Entah mengapa rasanya ia ingin memaki dirinya sendiri saat ini. Ia mendatangi rumah seseorang namun ragu bahkan hanya untuk menekan bel saja. Hammy menarik nafas panjang untuk menenangkan dirinya. Iapun menekan bel yang ada di dinding pagar.

Satu menit, lima menit, tidak ada sahutan. Ia pun memutuskan untuk pergi dari rumah itu. Namun saat hendak berjalan, pagar rumah itu terbuka, menampilkan sesosok pria tua yang usianya mungkin sekitar 65 sampai 70 tahun.

“Ada yang bisa ku bantu?” tanya pria tua itu.

“Ah! Konbanwa!” ucap Hammy sambil membungkukkan badannya. Pria itu juga ikut membungkukkan badannya. “Sumimasen! Bapak... Pak Jiiya?” tanya Hammy pelan dan sopan. Pria itu mengangguk “Benar, ada perlu apa?”

Hammy kini bernafas lega, setidaknya ia tahu kalau ia tidak salah rumah. “Yokatta! Apa Lucky ada?” tanyanya.

“Oh! Tuan muda? Ada dia didalam. Kau temannya?”

“Iya, saya temannya.”

“Oh ya, kau tahu aku Pak Jiiya” tanya pria itu.

Hammy mengangguk. “Lucky menceritakan sedikit tentangmu pada saya.” Jelas nya.

“Aneh! Tidak biasanya anak itu bercerita pada orang lain –“ ucapnya pada dirinya sendiri. Hammy yang mendengarnya hanya tersenyum canggung sambil mengusap tengkuknya. “ –Masuklah! Akan ku panggilkan Tuan muda. Dan kau.. kau bisa memanggilku ojiisan. Dan, siapa namamu?” Ucapnya.

Hammy mengangguk paham. “Nama saya Hammy, Pak Jiiya.” Tak lama kemudian Hammy mendapat tatapan lucu dari Pak Jiiya. “Maksudku, kakek.”

Mereka berdua pun memasukki rumah itu. Hammy sedikit memandang ke dinding rumah itu, tampak beberapa figura tergantung disana. “Siapa yang datang, kek?”. Hammy kini berbalik arah ke sumber suara, dan kemudian tatapannya bertemu dengan Lucky.

“Oh! Ini kekasih tuan muda datang!”. Hammy yang mendengarnya terkejut bukan main. Perasaan dia hanya memperkenalkan diri sebagai teman Lucky saja. Dan ternyata bukan hanya dirinya saja yang terkejut, namun sang tuan rumah pun ikut terkejut.

Mata Kimi ni AitaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang