Tahun ini Donghyuck dan Jeno akan genap berusia delapan belas tahun. Di tahun ini juga, mereka berdua akan lulus dari SMA.
Donghyuck tidak sabar. Dia ingin cepat-cepat melihat benang merahnya dengan benang merah Jeno. Ada perasaan antusias setiap memikirkan bahwa kurang dari lima bulan lagi, dia akan bisa melihat benang merah itu. Meskipun perasaan antusias itu selalu tercampur dengan dengan perasaan cemas, tapi Donghyuck selalu berusaha untuk tidak memikirkannya. Dia hanya ingin fokus pada masa depan yang membuatnya bahagia, dan bukan sebaliknya.
Renjun mendapatkan benang merahnya satu bulan sebelum Jeno karena ulang tahun mereka berdua memang tepat berjarak satu bulan.
"Bagaimana rasanya, Njun?" tanya Donghyuck penasaran. Matanya terus-terusan menatap benang merah yang melilit jari kelingking kiri Renjun. Donghyuck iri. Dia masih harus menunggu tiga bulan lagi sampai ulang tahunnya yang ke delapan belas.
Renjun mengangkat bahu, ikut menatap jari kelingkingnya sendiri. "Rasanya biasa aja." jawabnya tak acuh, yang segera membuat Donghyuck mencebik. Donghyuck kan ingin mendengar sesuatu yang menyenangkan, bukan datar seperti kalimat Renjun barusan. "Tadi pagi aku terbangun dan benang ini udah ada di jariku."
“Ih! Bukan itu maksud pertanyaanku!” pekik Donghyuck kesal.
Renjun mengernyit, “Terus apa?” tanyanya bingung, “Aku kan belum bertemu dengan soulmate-ku, jadi aku gak merasakan apapun sekarang.”
Donghyuck terdiam mendengar jawaban Renjun. Memang kalimat Renjun itu ada benarnya juga sih. Benang merah itu tidak akan memberi reaksi jika si pemilik benang berada terlalu jauh dari soulmate-nya.
Tiba-tiba saja Donghyuck merasakan usakan lembut di kepalanya. Tentu saja dia tahu jelas siapa pelakunya. Donghyuck mendongak, menemukan Jeno tengah tersenyum menatapnya.
"Kalian lagi membicarakan apa?" tanya Jeno penasaran. Dia mengambil kursi terdekat dan memposisikannya di sebelah Donghyuck. Mereka berdua memang berbeda kelas, sehingga setiap pagi sebelum pelajaran dimulai, Jeno akan menyempatkan diri tinggal di kelas Donghyuck sampai bel masuk berbunyi.
Donghyuck mencebik sambil menunjuk jari kelingking Renjun, "Renjun udah mendapat benang merahnya." jawabnya sambil menatap Jeno.
Jeno mengangguk-angguk mengerti, tapi tidak mengatakan apapun.
Sedetik kemudian hanya ada hening diantara mereka bertiga.
Donghyuck menatap Jeno lekat-lekat, sementara Jeno masih memperhatikan benang merah milik Renjun. Renjun sendiri yang tengah bertanya-tanya ada apa diantara dua temannya ini, hanya bisa menatap mereka bergantian.
"Kenapa kamu natap aku kayak gitu?" Jeno akhirnya mengalihkan pandangan dari benang merah Renjun untuk menatap kekasihnya.
"Kayak gitu gimana?" Donghyuck balik bertanya, sebuah kerutan bingung tercipta di wajahnya.
Jeno terkekeh pelan, "Kayak aku bisa munculin benang merah di jari kamu." Sekali lagi tangannya terangkat untuk mengusak surai Donghyuck.
Donghyuck menoleh cepat pada Renjun, "Emang iya, Njun?"
Renjun yang tiba-tiba ditanya seperti itu pada akhirnya hanya bisa mengangkat bahu, "Mungkin," jawabnya, "Aku gak tau apa yang lagi kalian bicarakan."
Jawaban Renjun membuat Donghyuck kembali menolehkan kepalanya dan menatap Jeno. "Sebulan lagi, Jen," ujarnya, "Kamu masih gak peduli juga sama benang merah?"
Jeno menggeleng, "Nggak sama sekali." jawabnya santai.
—
Ketika akhirnya benang merah milik Jeno muncul, Donghyuck tidak bisa melepaskan pandangannya dari jari kelingking Jeno.
KAMU SEDANG MEMBACA
hereafter; nohyuck✔
FanfictionDonghyuck tahu kalau Jeno akan menjadi soulmate-nya. Donghyuck tahu, dan dia bisa merasakannya. Tapi bagaimana jika benang merah takdir mengatakan hal yang sebaliknya? [yaoi | soulmate!au | semi-baku]