"Akhirnya!" pekik Donghyuck senang. Dia mencoba untuk terdengar tidak terpaksa ketika mengatakannya, "Itu berita bagus kan?" Matanya bersitatap dengan Jeno yang juga sedang memandangnya.
"Kamu bercanda ya?" Nada suara datar dari Jeno membuat Donghyuck menutup mulutnya rapat-rapat, belum lagi tatapan Jeno padanya yang berubah tajam, membuat Donghyuck merinding. "Itu bukan berita bagus sama sekali bagiku," desisnya, "pun bagi kamu, Hyuck."
Pegangan Jeno di kedua lengannya semakin mengerat dengan dua manik yang menatapnya lekat-lekat. Tanpa sadar Donghyuck menahan napas, dia bisa merasakan amarah Jeno yang disebabkan oleh pertanyaannya beberapa detik yang lalu.
Donghyuck meneguk ludah. Dia sangat jarang melihat Jeno marah, dan dia juga tidak bisa mengatakan kalau Jeno tidak membuatnya takut ketika sedang marah, karena yang terjadi saat ini benar-benar kebalikannya.
Detik berikutnya, tiba-tiba saja Jeno menghembuskan napasnya keras dan melepas pegangannya dari lengan Donghyuck. Dia mendudukkan diri di tempat kosong di samping Donghyuck.
"Maaf," gumam Jeno, "Aku gak bermaksud kasar sama kamu."
Donghyuck tidak menjawab, dia cuma menoleh dan menatap Jeno yang tengah menunduk memperhatikan jalanan di depan mereka. Tangannya mengambil tangan Jeno dan membawanya ke dalam genggaman, membuat pemuda itu sontak menatap Donghyuck. Sementara Donghyuck sendiri hanya menyunggingkan sebuah senyum tipis. "Jen," panggilnya lembut, namun Jeno segera menggeleng.
"Ngga, Hyuck." sergah Jeno cepat sebelum Donghyuck sempat berkata-kata. "Aku gak bakal melepas kamu cuma karena aku bertemu dengan soulmate-ku."
Kalimat yang keluar dari mulut Jeno sontak membuat Donghyuck mengernyit, tapi kemudian dia tertawa pelan. "Jen, kamu gak perlu mengatakan itu," ujar Donghyuck, "aku mengerti kok."
Kini giliran kening Jeno yang berkerut, "Mengerti apa?"
Donghyuck mengangkat bahu, "Kita bisa putus sekarang." jawabnya, berusaha bersikap tidak acuh, meskipun sebenarnya hatinya sendiri sudah hancur berkeping-keping ketika mengatakan kalimat tersebut.
"Kamu bilang apa barusan?" tanya Jeno lagi, Donghyuck bisa melihat ekspresi tak percaya yang bercampur rasa kecewa di wajahnya.
Namun hal itu tidak menghentikan Donghyuck untuk mengatakan kalimat selanjutnya, "Kita bisa putus," Sekali lagi dia mengangkat kedua bahunya, "Kamu kan udah menemukan soulmate kamu."
Donghyuck tidak berbohong. Ini menyakitkan. Berakting seperti dirinya baik-baik saja ketika sebentar lagi Jeno akan meninggalkannya. Sangat menyakitkan.
Donghyuck mengira Jeno akan langsung memutuskannya saat itu juga, namun yang terjadi selanjutnya merupakan hal yang tidak dia sangka sama sekali.
Jeno berdiri dari duduknya, menghadap Donghyuck seraya berkata, "Kalau kamu mengira aku bakal mutusin kamu, kamu salah." Jeno tersenyum pahit, "Aku gak bakal memutuskan hubungan kita cuma karena benangku tersambung sama orang lain."
Donghyuck terdiam, begitu juga dengan Jeno.
"Dan kamu pun harus begitu, Hyuck." ucap Jeno pelan sebelum kemudian berlalu dari hadapan Donghyuck, meninggalkannya terduduk sendirian di bangku taman.
—
Donghyuck mengacak-acak surainya frustasi. Sudah terhitung tiga hari semenjak percakapannya dengan Jeno di taman kampus. Jeno memang tidak mendiamkannya, hanya saja sikap pemuda itu terasa sangat dingin bagi Donghyuck. Jeno hanya mengatakan hal-hal yang perlu dikatakan padanya. Tidak ada cerita atau keluhan tentang tugas kampus di malam hari seperti biasanya. Rasanya mereka berdua sedang berada di dalam perang dingin walaupun kenyataannya tidak seperti itu.
Dan hari ini, Donghyuck berniat untuk membicarakan semuanya dengan Jeno. Meluruskan ucapannya beberapa hari lalu dan meminta maaf jika perlu.
Donghyuck baru saja menginjakkan kaki di depan fakultas Jeno, fakultas teknik, ketika matanya mendapati Jeno sedang berbicara dengan seorang gadis. Matanya menyipit, memperhatikan dua orang itu berdiri berhadapan dengan senyuman lebar yang terpatri di wajah keduanya.
Donghyuck mengernyit. Dia ingin melangkah menuju Jeno, namun dia menahan diri ketika menyaksikan gadis itu mencium pipi Jeno.
Donghyuck terdiam. Rasanya seperti ada sesuatu yang meremas hatinya. Menyakitkan. Tanpa berpikir panjang, dia pun berbalik arah dan berjalan cepat menjauhi Jeno dan gadis tak dikenal itu.
mulai dari sini pendek pendek aja ya tiap chapternyaa hwhwhwh
KAMU SEDANG MEMBACA
hereafter; nohyuck✔
FanfictionDonghyuck tahu kalau Jeno akan menjadi soulmate-nya. Donghyuck tahu, dan dia bisa merasakannya. Tapi bagaimana jika benang merah takdir mengatakan hal yang sebaliknya? [yaoi | soulmate!au | semi-baku]