"Hmm..." Zhao Fanzhou bangkit dan duduk di tempat tidur, sedikit mengerutkan alisnya, setengah menyipit dan rambutnya berantakan. Kalau saja emosi Zhou Xiao belum sampai ke ubun-ubun, dia benar-benar ingin mengelus kepalanya dan mengatakan bahwa dia sangat imut.
"Bukankah kamu bilang ingin menjelaskan semuanya? Katakan saja sekarang, begitu kamu selesai bicara aku akan pulang."
Zhao Fanzhou yang masih bingung tiba-tiba terbangun, "Kita tidak putus.""Tuan Muda, kamu benar-benar sangat suka bercanda. Kita sudah putus selama delapan bulan tiga belas hari."
"Darimana kamu mendapatkan angka itu?"
"Hah? Em... cuma asal bicara." Wajahnya memerah, harusnya sejak awal dia tidak usah berbicara omong kosong. Masih berpikir kalau dia menyebutkan angka-angka spesifik akan terdengar lebih meyakinkan.
"Aku tidak pernah bilang kalau aku ingin putus." Sebuah senyum terukir di wajahnya.
Begitu Zhou Xiao melihat senyumannya, emosinya naik kembali, "Kamu memang tidak mengatakannya, kamu hanya tiba-tiba pergi dengan seorang gadis selama setengah tahun tanpa mengatakan apa-apa."
Zhao Fanzhou menstabilkan tubuhnya dan duduk di atas ranjang, mengulurkan tangan untuk menarik Zhou Xiao mendekat tetapi dia menghindarinya.
"Yichun tetanggaku, kamu tahu itu."
"Aku tidak tahu, aku tidak tahu apa-apa. Aku tidak tahu kamu pergi ke negara mana, tidak tahu kamu kesana untuk apa, tidak tahu kenapa kamu pergi bersamanya, tidak tahu kapan kamu pulang, tidak tahu kamu akan pulang atau tidak, tidak tahu kenapa kamu bahkan tidak mengatakan apa-apa kepadaku..." Zhou Xiao mengira dirinya tidak akan menangis, mengira bahwa air matanya telah mengalir sampai habis di hari itu.
"Maafkan aku." Zhao Fanzhou turun dari tempat tidur dan memeluknya dengan erat, "maafkan aku."
Zhou Xiao berusaha lepas dari pelukannya, tetapi dia tidak bisa bergerak. Sepertinya dia hanya bisa memukulnya! Kalau saja dia tahu bahwa akan ada hari ini, seharusnya dulu dia bergabung dengan klub Wushu. Jadi saat ada kejadian seperti ini, dia bisa memukul orang lain untuk melindungi dirinya sendiri.
"Jelaskan padaku, coba yakinkan aku." Zhou Xiao sedikit merasa lelah setelah menangis, kepalanya terkubur dalam pelukan Zhao Fanzhou dan berkata dengan suara rendah.
"Aku pergi ke Kanada untuk melihat keadaan Nenekku. Tiba-tiba dia terkena stroke. Aku ingin menemaninya melewati masa terakhir dalam hidupnya."
"Lalu kenapa kamu tidak mengatakannya kepadaku?"
"Karena aku pergi ke Kanada untuk bertunangan."
"Apa???" Zhou Xiao mengangkat kepalanya.
"Dengarkan aku sampai selesai," Dia menekan kepala Zhou Xiao kembali ke dadanya, "kamu tahu kan kalau Yichun dan aku tumbuh dewasa bersama? Nenek selalu sangat menyukainya. Dia selalu mengatakan bahwa ingin Yichun menjadi istriku. Setelah mengidap penyakit ini, kesadaran Nenek semakin lama semakin menurun. Tapi, dia terus memaksa kami untuk menikah. Jadi, papaku menyuruh aku dan Yichun pergi ke sana, pura-pura tunangan agar membuat nenek merasa tenang. Ini juga salah satu cara untuk membuat nenek merasa bahagia dan semangat, siapa tahu mungkin bisa sedikit membantu dalam proses penyembuhannya. Kami menemani nenek selama kurang lebih dua bulan. Begitu nenek meninggal, aku membatalkan pertunangan dengan Yichun. Setelah upacara pemakaman selesai, aku langsung pulang."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sweet Love Story (Indonesia) | The Love Equations | Manisnya Cerita Cinta
Romance--NOVEL TERJEMAHAN-- Disclaimer: Ini bukan karyaku, bukan juga untuk commercial purpose, hanyalah fans translate. Kalau suka boleh dibaca, gak suka abaikan saja.. :) niatku hanya sharing only. Title: 舟而复始 (The Recurrence of Zhou) Author : 赵乾乾 (Zhao...