6 - Kapal Rusak

120 5 1
                                    

Terakhir kali mereka makan bersama seperti ini sudah seminggu yang lalu. Dalam seminggu ini, Zhao Fanzhou telah menyelesaikan berbagai prosedur untuk kembali bersekolah. Zhou Xiao juga sudah mengatur jadwal les untuk Li Douyou, dia akan mengajar selama satu jam setiap sore hari. Sebelumnya dia sudah sempat mengirimkan SMS kepada Zhao Fanzhou mengenai hal ini, Zhao Fanzhou hanya membalas: 'Oke, aku sudah tahu'.

Di meja makan, Zhou Xiao dengan serius menyingkirkan wortel di piringnya. Dia sangat benci makan wortel, tapi dia suka menu wortel tumis daging. Tadi sepertinya sempat dia berpapasan dengan Zhao Fanzhou di depan kafetaria, apa Zhao Fanzhou sekarang sudah memutuskan untuk tidak mencarinya lagi?

"Wortel itu untuk dimakan bukan untuk dibuat main?"

"Kalau kamu tidak tahan melihatnya, bantu aku memakannya."

Zhao Fanzhou membawa sebuah sendok besar ke arah piring Zhou Xiao, benar-benar mengambil wortel yang sudah disingkirkan itu dan memakannya. Zhou Xiao tertegun, terserah saja deh, lagi pula dulu dia juga tidak sedikit mencicipi air liurku. Kalau dipikir-pikir, kenapa jadi terasa agak sedikit vulgar ya.

"Temani aku pulang ke rumah untuk mengambil beberapa barang," kata Zhao Fanzhou saat mereka keluar dari kafetaria.

"Pulang ke rumah?" Zhou Xiao sempat tidak mengerti. Dia memang punya kebiasaan buruk, kalau tidak mengerti dia akan mengulang kata-kata orang tersebut.

"Ke tempat terakhir kamu mengunjungi aku itu."

"Oh," ada banyak yang ingin ditanyakan, tapi tidak tahu harus dimulai darimana.

Setelah masuk melalui pintu, ada suara 'cklek', Zhao Fanzhou telah mengunci pintunya. Dia berjalan mendekati Zhou Xiao, jantung Zhou Xiao berdegup kencang, tidak mungkin, kan?

"Kenapa kamu mengunci pintu? Kamu bukan ingin melakukan hal-hal aneh kepadaku, kan?" alihkan perhatiannya, alihkan perhatiannya.

Dia meliriknya, "Katakan saja."

"Katakan apa?" mengeluarkan kata-kata yang lebih banyak bisa membuat orang matikah?

"Kenapa menghindariku?"

"Aku tidak menghindarimu, aku akan keluar ketika kamu menyuruhku keluar. Kalau kamu tidak mencariku ya jelas saja aku menghindarimu. Lalu kamu mau bagaimana?" Lumayan, bicaranya sangat berirama, sangat bersemangat. Hanya saja tatapan matanya sedikit menghindar.

"Kamu tahu dengan jelas apa yang sedang aku maksud!!" Duh, lagi-lagi kamu tahu, bukankah ada seratus ribu kenapa, tapi kamu selalu tahu apa pun.

"Aku tidak tahu bagaimana mengatakannya," sudahlah, lebih baik jujur saja. Zhao Fanzhou terlalu mahir, tidak mampu dipermainkan.
"Katakan saja." minta dikatakan saja, kan? Kalau begitu jangan salahkan jika sekarang tidak malu-malu lagi.

"Kamu dan teman masa kecilmu si anggur palsu itu sebenarnya punya hubungan macam apa?" Aduh, mulutnya berbicara terlalu cepat.

"Anggur palsu?" Zhao Fanzhou mengangkat alisnya.

"Jia Yichun (贾依淳) itu... Jiǎ yǐchún (假乙醇) artinya Ethanol palsu... sama saja dengan anggur palsu kan?" Suaranya semakin merendah.

"Tidak ada." Zhao Fanzhou sungguh tak berdaya.

"Apanya yang tidak ada? Tidak ada anggur palsu?" Zhou Xiao sedikit tidak mengerti.

"Tidak pernah ada hubungan apa-apa!!" Oh, ada yang marah, suaranya begitu keras. Zhou Xiao terkejut dan dengan cepat menundukkan kepalanya.

Melihat ekspresinya yang seperti tertindas, Zhao Fanzhou menghela napas, "Aku selalu menganggapnya seperti adik. Kami sama sekali tidak mempunyai hubungan seperti yang kamu pikirkan." Semoga saja benar! Setiap laki-laki selalu suka berkata bahwa dia menganggap gadis itu seperti adik, kalau begitu suka punya adik perempuan kenapa tidak minta ibunya lahirkan saja?

"Jangan berbalik!" Zhao Fanzhou menarik rambut Zhou Xiao dengan lembut.

"Oh---" Zhou Xiao menundukkan kepala dan kembali memerankan peran seperti orang tersakiti.

"Jangan perlihatkan wajah seakan-akan kamu teraniaya di depanku, masalah apa pun itu sekarang secepatnya katakan dengan jelas kepadaku!" Zhao Fanzhou sama sekali tidak termakan oleh aktingnya.

"Rumah ini kamu sewa atau beli? Apa pekerjaan orang tuamu? Di keluargamu ada siapa saja? Dulu kamu sekolah dimana? Kamu pertama kali menyukai orang di usia berapa..." Huh -- melelahkan, sekali bicara langsung mengatakan begitu banyak kata-kata.

"Rumah ini dibeli oleh ayahku, di rumahku hanya ada orang tuaku. Ayahku seorang pengusaha, ibuku juga, mereka menjual pakaian. Aku besar dan bersekolah di Kota H, pertama kali menyukai orang saat usiaku 19 tahun."

19 tahun? Begitu polos? Eh tunggu, sekarang Zhao Fanzhou berusia 20 tahun, tahun lalu 19 tahun. Mereka sudah bersama kurang lebih satu tahun, oleh karena itu --- 19 tahun?

"19 tahun? Apa orang itu aku?" Rasanya ingin sekali tertawa lebar, Hahaha! Tidak bisa, tidak bisa, harus ditahan, kalau tidak pasti akan terjadi permusuhan.

Wajah Zhao Fanzhou mulai menunjukkan rona merah, seorang anak lelaki dengan tinggi seratus delapan puluhan, terlihat sangat imut dengan wajahnya yang memerah.

"Apakah masih ada hal lain yang ingin kamu ketahui?" Zhao Fanzhou berdeham.

"Waktu kecil kamu suka nonton film kartun apa?"

"Dragon Ball." Dia sudah terbiasa dengan Zhou Xiao yang seringkali berbicara secara acak.

"Aku suka Doraemon, dulu namanya Xiao Ding Dang. Aku merasa bahwa namanya yang dulu itu lebih umum dan familier..."

"Diam!" Ada seseorang yang terlihat tidak sabar.

"Kenapa?" Orang yang disela terdengar tidak senang.

"Karena aku mau menciummu."

"Begitu ya? Baiklah, ayo kemari!" Zhou Xiao memasang ekspresi sombong dan memonyongkan bibirnya, sikapnya yang tidak tahu malu sudah kembali.

Yang benar saja! Zhao Fanzhou bahkan bisa menciumnya walau dia seperti itu! Bocah ini benar-benar bukan manusia biasa.
Setelah sebuah ciuman.

"Kamu begitu suka membuat nama panggilan untuk orang, di belakangku kamu memanggilku apa?"

Dia mengangkat kepalanya dan berkata, "Tidak ada kok, kamu masih marah ya karena aku memanggilnya anggur palsu? Sepertinya kamu sangat membelanya ya?"

"Jangan mengalihkan pembicaraan, sebenarnya kamu panggil aku apa?"

"Em....itu.... namamu kan Zhao Fanzhou... Zhao Fanzhou itu.... artinya perahu dayung... jadi... jadi..."

"Jadi?" Nadanya meninggi, dari perspektif fonologi itu pastilah nada mengancam.

"Kapal Rusak." Rasanya ingin cepat mati dan reinkarnasi, Zhou Xiao meluruskan lehernya, seakan-akan ada pisau dari berbagai arah.

"Awas kamu!"

"Aaaa——" Teriakan yang menyedihkan, bergema sampai ke langit di sekitar area itu dengan nyaring.

____________________________________________________________________________

Selengkapnya di:
https://www.webnovelover.com

(Atau langsung klik link di bio 😊)

The Sweet Love Story (Indonesia) | The Love Equations | Manisnya Cerita CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang