Hal yang paling tidak masuk akal adalah ketika hanya aku yang memperhatikanmu, tetapi kamu hanya menganggapku seperti angin lewat.Sore ini, Zhou Xiao selesai mengajar les dan naik ke atas bus. Di dalam Bus tidak terlalu banyak orang, tapi tidak ada tempat duduk kosong. Bus kota seperti ini seringkali membuat orang takut, apalagi ketika jam pergi dan pulang kantor. Seakan-akan mereka ingin mendesakmu di dalam tanpa ampun.
Zhou Xiao masih ingat suatu ketika dia didesak oleh semua orang sampai menempel ke kaca jendela, pemandangan seperti itu memang sangat mirip seperti di drama-drama. Untung saja hari ini tidak terlalu banyak orang, dia bisa menghela napas. Setelah mengajar les selama tiga jam, dia benar-benar tidak ingin ditekan seperti ikan sarden dalam kaleng.
Setelah Zhou Xiao naik ke atas bus, dia meraih sebuah tiang dan menyandarkan seluruh tubuhnya di sana. Rasanya sangat lelah dan ingin tidur, tapi sopir Bus mengemudikan mobilnya dengan sedikit ugal-ugalan, membuatnya ingin muntah.
Ada apa dengannya, kenapa wajahnya pucat? Zhao Fanzhou yang duduk di sebelahnya sudah memperhatikannya sejak dia naik ke atas Bus.
"Teman sekolah, kamu baik-baik saja?" Zhao Fanzhou tak bisa menahan diri untuk bertanya.
Zhou Xiao menoleh, apa orang ini sedang bicara dengannya? Teman sekolah dari mana? Kenapa zaman sekarang orang-orang sangat suka sok kenal sok dekat di dalam bus? Zhou Xiao menatapnya dengan waspada, pria ini sangat tampan. Tapi Mao Zedong pernah berkata, harus berhati-hati dengan musuh yang berselimutkan gula.
Melihat ekspresinya yang seperti Si Kerudung Merah bertemu dengan Serigala, Zhao Fanzhou tahu bahwa gadis ini pasti tidak mengenalinya.
Dia menunjuk pada tasnya dengan tak berdaya, ada lencana sekolah mereka di atasnya. Saat itu sedang ada kegiatan kelas, dia memakainya dan lupa melepasnya sampai sekarang. Zhao Fanzhou berkata, "Aku juga mahasiswa di Universitas X, Fakultas Ekonomi."
Zhou Xiao tersenyum malu, dia merasa mungkin tadi dirinya sudah terlalu sombong. Dia menggeleng dan berkata, "Aku baik-baik saja."
"Wajahmu sangat pucat, kamu duduk saja." Zhao Fanzhou berdiri setelah selesai mengatakannya.
"Ah? Tidak usah, tidak usah..." Zhou Xiao agak tersanjung, tangannya sibuk melambai.
Zhao Fanzhou tidak mengatakan apa-apa lagi, dia bangkit berdiri dan langsung meraih cincin yang tergantung di atas tiang Bus. Menjadi orang tinggi itu memang enak, tidak seperti dirinya. Setiap kali dia ingin meraih cincin itu, pasti harus berjinjit. Karena pria ini sudah begitu memaksa, dia juga tidak bisa tidak menghargainya. Dia mengucapkan terima kasih dan duduk di kursi itu.
Benar saja, begitu duduk dia jadi merasa lebih nyaman dan mulai berminat untuk melihat ke sekelilingnya. Pria ini sangat tampan, sangat langka baginya bisa menemukan barang sebagus ini. Bukan bermaksud murahan, tapi bisa bertemu dengan pria tampan adalah kebahagiaan besar dalam hidup setiap wanita.
"Teman sekolah, kamu mahasiswa tahun ke berapa?"
"Tahun ketiga."
"Wah kebetulan sekali, aku juga mahasiswa tahun ketiga," setelah mengatakannya Zhou Xiao seakan ingin menggigit lidahnya, apanya yang kebetulan?
Zhao Fanzhou menyadari ekspresi kesal gadis ini, merasa sedikit lucu, "Kamu dari fakultas apa?"
"Fakultas Sastra Cina."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sweet Love Story (Indonesia) | The Love Equations | Manisnya Cerita Cinta
Romance--NOVEL TERJEMAHAN-- Disclaimer: Ini bukan karyaku, bukan juga untuk commercial purpose, hanyalah fans translate. Kalau suka boleh dibaca, gak suka abaikan saja.. :) niatku hanya sharing only. Title: 舟而复始 (The Recurrence of Zhou) Author : 赵乾乾 (Zhao...