Ketiga

223 30 0
                                    

Seperti malam-malam sebelumnya. Dinginnya lantai malam,dan tajamnya angin malam menyapa kulitku. Setengah pipiku serasa membeku saat ini.

Aku menikmati setiap langkah yang terdengar mengalun indah di gendang telingaku.

Lagi. Aku tak bisa menahan senyum terukir saat langkah sepatu semakin mendekat membangunkanku.

"Sayang, kenapa kau tidak memanggilku?" Mingyu datang menggendongku, membawaku ke dalam pelukan hangatnya, dan menidurkanku di atas kasur kami.

Aku membalasnya dengan senyuman. Bersyukur dia selalu ada di sampingku. Tidak pernah aku sangka dia akan terus bersamaku, apapun keadaannya.

"Terimakasih Gyu, Aku tadi mendengar setiap langkahmu. Aku menghitungnya sampai saat kau benar-benar di hadapanku" Aku rasakan bibir tebalnya mencium bibirku, sedikit lama dan kami saling menyalurkan rasa sayang.

Ciuman yang awalnya hanya biasa,berubah menjadi suatu tuntutan. Kami saling menyeimbangkan, dan saling menuntut balasan.

Berakhir sekitar tiga menit lamanya kami beradu. Dan saat ini aku menatap wajah merah Mingyu. "Ini jawaban untuk terimakasihku?" Aku mengusap pipinya perlahan,menunggu jawaban yang tak kunjung ia lontarkan.

Diam kembali diam dan hanya menatapku dingin.

"Ternyata malam ini dingin karenamu, Mingyu"

Lelehan air mata menghiasi pipiku, Tak ingin aku tunjukkan betapa lemahnya aku, tapi semua di luar kendaliku.

Kembali meringkuk dan menutup mata seorang diri, seperti malam-malam sebelumnya.

Kembali meringkuk dan menutup mata seorang diri, seperti malam-malam sebelumnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ruang DelusiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang