Kedelapan

146 22 0
                                    

Hanya CoretanBisa biarkan aku bahagia?Bisa biarkan aku bernafas lega?Dadaku sakitDi ikuti kepalaku berdenyutPerlahan nafasku tersendatDan mataku memberatSemua penuh dengan racunAku meracuni diriku sendiriSungguh, tak ingin aku terhanyutSungguh, ak...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hanya Coretan
Bisa biarkan aku bahagia?
Bisa biarkan aku bernafas lega?
Dadaku sakit
Di ikuti kepalaku berdenyut
Perlahan nafasku tersendat
Dan mataku memberat
Semua penuh dengan racun
Aku meracuni diriku sendiri
Sungguh, tak ingin aku terhanyut
Sungguh, aku ingin diam dan tenang bersama kesunyian
Aku ingin menikmati setiap sentuhan angin malam seorang diri
Oh tuhan, kosongkan ingatanku
Semua menyiksaku
Aku terbunuh perlahan.
Aku sulit.

Setelah menuliskan beberapa bait kata, aku menutup buku diary yang selalu menemani di saat sepiku.

Aku membuang nafas berat, sepertinya hari ini aku tidak boleh menyuntikkan apapun atau meminun apapun. Ini terlalu berat untuk di jalani, dan terlalu mudah jika aku berhenti.

"Gyu, kau di sana?"

"Apa kamu lupa rumahmu?"

"Rumahmu, sudah lapuk di makan waktu"

"Jantungnya sudah melemah sekarang"

"Hatinya di kerumuni debu"

"Tidakkah, kau merasakan kehampaan yang sama sepertiku?"

Terus aku pandang pantulan diri di cermin. Kilauan di mataku sudah hilang sejak enam bulan lalu, atau bahkan tujuh bulan?

Semua senyuman hanya sesaat dan palsu.

Aku bisu

Aku buta

Aku tidak bisa mendengar apapun

Hatiku beku.

"Gyu, Bolehkah aku mengucapkan selamat tinggal?"

Ruang DelusiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang