"Halo Mingyu?"
"Kamu di sana kan?"
"Kamu sudah makan siang?"
"Akan aku buatkan makanan kesukaanmu."
"Baiklah, kali ini bagaimana dengan dua mangkuk ramen?"
"Tapi — yah,pasti kamu yang ahli membuatnya"
"Kamu tau tidak? Hari ini aku pakai kacamata kesukaanmu. Karena kamu bilang aku tidak boleh menggunakan lensa kontak, Jadi aku menggunakan kacama saja" Aku terkikik geli membayangkan betapa menggemaskannya saat dia terus mengecup hidungku saat aku menggunakan kacamata bulat seperti saat ini.
"Baiklah, aku akan memasak sekarang!"
Aku menutup telfon, dan kembali ke dapur, mencoba membuat ramen alaku sendiri.
Sekitar sepuluh menit berkutat dengan peralatan dapur, aku membawa dua mangkuk ramen dan menatanya di meja.
Menatap bangga hasil karyaku. Sudah lama rasanya dari terakhir kali aku membuat dua mangkuk ramen.
"Kapan Mingyu akan pulang ya?"
Aku mendudukan diri dengan manis menunggu si tuan datang, dengan gembiranya menatap pintu tak hentinya. Barangkali saat terbuka dan aku bisa langsung menyapa dengan senyuman si tuan yang telah pulang—ke rumah.Satu jam
Dua jam
Tiga jam
Bahkan siang sudah tergantikan oleh sore.
Dan sore sudah di makan oleh malam.Dua mangkuk ramen yang tak tersentuh, Sudah mengembanh entah seperti apa bentuk dan rasanya.
Merunduk menahan tangis, dan akhirnya lelehan air mata membasahi pipiku kembali.
Aku tahu,
Aki sadar,
Tapi aku bodoh.
Bodoh karena pengharapan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ruang Delusi
FanfictionAku sulit. Setiap mencoba melangkah maju, kau bahkan tak dapat aku sentuh. Aku sulit. Membayangkan kebahagiaan setelah pagi datang, Dekapan dan kasih sayang membuatku sulit. Aku sulit. Membayangkan wajahmu memudar di tengah hadirnya malam. Aku sulit...