Cinta Personifikasi

217 18 13
                                    

Jatuh cinta merupakan kejadian yang lumrah dalam kehidupan manusia, kepada orang tua, pasangan, sahabat, kerabat, tentu membutuhkan cinta dalam setiap kisahnya. Semua orang tentu memilikinya, rasa takut kehilangan, serta rasa bimbang saat tak adanya sebuah perjumpaan.

Matahari pagi tersenyum indah memandang makhluk bumi, cahayanya menghimbau makhluk bumi untuk mengawali pagi dengan segaris lengkung bibir untuk menikmati hari.

Arjuna Wira Aksara, remaja yang akrab disapa Juna, dengan julukan Raja Bucin di sekolahnya. Orang yang menjadi langganan juara di sekolah hingga kotanya dalam perlombaan puisi.

“Mak! Juna berangkat ke sekolah dulu! Juna nggak sarapan! Perut Juna masih ada isinya, hati Juna aja yang masih kosong!” teriak Juna yang duduk diteras rumah sambil memakai sepatunya. Ibu Juna yang disebut Juna sebagai Amak pun datang menghampiri Juna sambil membawa sebuah kotak bekal.

“Masih bocah udah pake hati hati segala, belajar sono yang rajin! Nih bawa bekalnya!” seru ibunya sambil meletakkan kotak bekal tersebut disamping posisi Juna duduk.

“He he he, becanda aja, Mak! Kayak Mak nggak pernah SMA aja!” jawab Juna sambil meraih kotak bekalnya dan berdiri.

“Tapi dulu Mak, nggak kayak kamu!” balas ibunya sambil sedikit tertawa.

“Hahaha, ya udah Mak, Juna berangkat dulu! Assalamualaikum!” jawab Juna sambil menyalami tangan ibunya.

“Waalaikumussalam!”

Juna pun berlalu dengan langkah semangat meninggalkan pekarangan rumahnya, terukir segaris senyuman dari ibunya melihat anaknya yang berlalu menuju sekolahnya dan sedang menuju masa dewasa, bahkan tahun depan sudah menduduki perguruan tinggi.

“Apapun yang terbaik untukmu, Nak ...” batin Amak Juna.

~(o0o)~

”Nanana nanana nanananananana ...” Juna bersenandung dengan lagu Cinta Luar Biasa yang dipopulerkan Andmesh Kamaleng, namun semua liriknya diganti nanana.

Juna melangkahkan kakinya dengan santai namun agak cepat, sesekali Juna memejamkan matanya menikmati musik dari earphonenya. Terkadang terbesit pada dirinya yang mengatakan bahwa dia ada kelainan jiwa, tapi Juna menepis pemikirannya itu dan mencoba meyakini bahwa kebahagiaan itu dapat dirasakan semua orang dengan cara yang berbeda-beda, dan inilah caranya Juna untuk mendapat kebahagiaannya.

“Hei!” sapanya dengan suara lantang sambil menepuk pundak Juna hingga Juna kaget dan langsung mecopot sebelah earphonenya.

“Ah, Tiara! Lu ngagetin gua aja dah? Kalo jantung gua copot gimana? Ntar gua nggak bisa lagi deh ngerasain dag dig dug nya jatuh cinta!”

“Dasar Raja Bucin! Udah dari ujung gang gua ngejar lu! Gua panggil-panggil lu nya kagak nyahut!” jawab Tiara sambil mencoba mengatur nafasnya yang terengah-engah selepas berlari mengejar Juna.

“Yaelah, gua mah nggak usah dikejar, gua akan selalu nungguin lu,” balas Juna sambil menyenggol bahu Tiara.

“Pliss deh Junet, jangan ngebucin depan gua!” risih Tiara sambil sedikit tertawa.

“Tapi lu suka kan?”

“Ya kalo gua lagi bosan, lumayan buat hiburan bagi gua, sekarang gua capek! Habis lari-lari ngejar lu!”

“Iya deh, berarti gue tinggal nunggu aja.”

“Nunggu apa?” tanya Tiara.

“Ya ... Nunggu lu bosan,” jawab Juna hingga Tiara kembali tertawa dibuatnya, dan mereka pun beriringan jalan menuju sekolah.

My Love Is The King Of Bucin (TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang