Pernahkah merasakan rindu? Ketika hati merasaka gundah, gelisah, dan semua hal jadi serba salah ketika tidak berjumpa dengan sesosok raga yang dibayangkan.
Matahari kembali bertugas menyinari bumi, terutama bagian bumi yang sudah dua belas jam ditelan gelapnya malam, Juna bangun dari tidurnya, langsung meraih ponselnya, entah ingin mengecek kabar, atau notifikasi lainnya.
“Tiara Bego mengirimkan pesan.”
Juna langsung membuka pesan dari Tiara.
“Junet, hari ini gua berangkat sekolah bareng teman-teman geng gua, lu sendirian aja yah?”“Oke Nyet” balas pesan Juna singkat.
“HHHHUUUUUUAAAAA!” Juna menggeliat bangun dari tempat tidurnya.
Sesekali Juna menguap sambil berjalan ke jendela kamarnya. Juna membuka gorden dan menatap kearah luar, menyaksikan burung-burung berkicauan yang bertengger diatas kabel ditiang listrik, sesekali Juna memejamkan mata merasakan cahaya matahari yang menerpa wajahnya yang bisa dikatakan tampan dengan kulit putih yang dimilikinya, Juna pun tersenyum kepada matahari yang dipandanginya sehingga gigi ginsulnya terlihat, Juna banyak dilirik wanita disekolahnya karena ketampanannya, namun mereka menjauhi Juna karena sifat bucinnya yang berlebihan, bahkan ia selalu merayu wanita yang berbicara dengannya. Prinsip Juna hanya satu, wanita yang bertahan dengan bucinnya, maka dia yang diperjuangkannya.
Jujur, sebenarnya Juna menyukai Tiara, sahabatnya sendiri, namun Tiara tidak suka jika Juna ngebucin didepannya, maka Juna menjadi bingung dengan prinsip dan perasaannya sendiri.
Juna mengusap wajahnya menghapus bayangan Tiara dipikirannya.
“Tiara itu sahabat! Bukan cinta! Tiara itu sahabat! Bukan cinta! Tiara itu sahabat! Bukan cinta!” gumam Juna dengan nada yang datar namun sedikit bersemangat.
“Eh?” Juna terkesiap melihat Tiara berjalan bersama teman-temannya.
“Udah jam berapa emang?” batin Juna reflek melihat ke arah jam dinding kamarnya yang masih menunjukkan jam 6.
“EH?” Juna langsung meraih ponselnya dan memandangi jam yang sudah menunjukkan jam 7.
“Sialan gua telat!” Reflek Juna dengan nada yang agak keras berlari mengambil handuknya dan meloncat menuju kamar mandi yang ada didalam kamarnya.
*15 Menit berlalu
“Kepaksa pake motor kayaknya,” batin Juna memakai helm dan mulai menunggangi motor beat merahnya yang ia beri nama Mr. Red.
Ibunya Juna sedang menginap dirumah neneknya karena sang nenek tengah dilanda sakit, sedangkan ayahnya masih bertugas di Medan untuk keperluan kantornya.
~(o0o)~
“Pak... plis lah pak, buka pagarnya...” pinta Juna pada satpam sekolah yang sudah mengunci pagar sekolah.
“Kan sudah peraturan kalo sudah jam 7:25, pagar ditutup! Memangnya kamu telat kenapa?” tanya satpam dari sebalik pagar.
“Jadi gini, Pak, saya lupa ganti baterai jam dikamar saya, jamnya itu nyangkut jam 6, makanya saya telat Pak ...” Juna memelas.
“Kenapa kamu bisa lupa ganti baterainya?” tanya satpam mulai mengintrogasi.
“Kayaknya gua nggak ada pilihan lain kecuali bohong, karena nggak mungkin gua alpa di jam Pak Galuh, bisa mati gua ditangan guru killer itu,” batin Juna.
“Kenapa? Kok diam?” tanya satpam.
“Hiks hiks hiks” Juna mulai mengeluarkan jurus akting menangisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love Is The King Of Bucin (TELAH TERBIT)
Teen Fiction#1 in Buciners (30 Juli 2019) #1 in Kerinci (8 Agustus 2019) #1 in Sungaipenuh (19 Maret 2021) Jika jatuh membuatmu cinta, jangan sampai cinta membuatmu jatuh