Juna bangun dari tidurnya, mendapati sebuah kado yang cukup besar disebelah tempat tidurnya, Juna langsung mengusap matanya dan meraih kado tersebut sambil memangkunya.“Ini dari siapa?” batin Juna sambil membuka kotaknya.
Juna mendapati sebuah jaket coklat yang memang diidamkannya, Juna sempat meminta Amaknya untuk membeli jaket tersebut, namun kata amaknya dia harus menabung untuk mendapatkannya.
Juna mendapati sebuah surat yang ada diatas jaket tersebut, dan membacanya.“Selamat ulang tahun anak amak ..
Maaf Amak telat mengucapkannya karena sibuk dengan urusan kantor.
Semoga Juna nantinya menjadi anak yang soleh, lebih pintar, dan berbakti bagi nusa dan bangsa.
Hanya ini yang bisa amak berikan untuk Juna.
Amak ingin membangunkan Juna, namun Juna terlihat pulas dalam tidur.
Amak sayang sama Juna.”Air mata Juna menetes membaca surat dari amaknya, langsung Juna meletakkan jaket dan surat dari amaknya ke sebelah posisinya duduk, Juna pun berlari keluar kamarnya pergi ke lantai dasar dan mendapati amaknya yang sedang memainkan tongkat ajaib dan tamengnya di dapur, Juna mempercepat langkahnya dan langsung memeluk sosok wanita yang tak pernah berhenti mengasihinya itu.
“Terima kasih, Mak!” ujar Juna dengan air mata yang mengaliri pipinya.
“Eh, Juna, kamu ngagetin Amak saja,” jawab amak Juna. “Iya, nak, sama-sama”
“Maafin Juna yang belum bisa bahagiain Amak.”
“Nggak, Nak, dengan Juna yang hadir dalam dunia Amak, amak merasa senang, justru amak yang minta maaf karena jarang bersama Juna karena amak yang terlalu sibuk bekerja.”
“Juna sekarang ngerti Mak, kenapa Amak dan Abak sibuk bekerja, ini semua demi kebahagiaan Juna dan keluarga kita,” jawab Juna memeluk amaknya dengan erat, amak Juna hanya mengusap-usap kepala Juna.
“Semoga saja kedepannya amak bisa lebih banyak kegiatan dirumah daripada di kantor untuk menemani Juna.”
“Iya, Mak,” jawab Juna sambil mencium pipi amaknya.
“Ya sudah, Juna mandi dulu, nanti ke sekolah biar diantar sama abak.”
“Baiklah, Mak.” Juna merenggangkan pelukannya dan beranjak ke kamarnya untuk mandi dan bersiap ke sekolah.
~(o0o)~
Mobil abak Juna melaju dengan kecepatan normal membelah jalan Kota Sungai Penuh, sesekali Juna menatap keluar jendela menikmati cahaya matahari yang menerpa wajahnya, Juna memandangi jaket barunya, betapa sukanya Juna memakai jaket yang dibelikan amaknya, Juna tersenyum sekilas dan kembali fokus ke jalan raya.
“Itu bukannya Tiara, ya?” batin Juna melihat seseorang yang sedang jalan kaki di trotoar.
“Bak, berhenti dulu, itu kayaknya Tiara deh.” Mobil pun perlahan berjalan megikuti Tiara.
Juna pun memanggil Tiara untuk ikut bersamanya ke sekolah.
“Nggak usah, duluan aja!” jawab Tiara tanpa melihat ke arah Juna, Juna serasa seperti tuna wisma yang tak dianggap kehadirannya oleh Tiara.
“Sepertinya dia marah besar,” batin Juna. “Baiklah, gua ngerti, ayolah, Bak kita jalan aja.”
Tiara tak sedikitpun meunjukkan sikap peduli, hati Juna kembali merasakan kesedihan, Juna memandangi Tiara dari bayangan spion mobil, memandagi ekspresi marah dibalik wajah manis Tiara.
“Kamu ada masalah sama Tiara?” tanya Abak Juna.
“Iya, Bak, Tiara marah sama Juna karena kemaren kaki Juna keseleo, Juna ketiduran dirumah orang yang ngurut kaki Juna, sampai Juna telat bertemu dengan Tiara, padahal Tiara sudah nyiapin kejutan ulang tahun Juna.”
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love Is The King Of Bucin (TELAH TERBIT)
Teen Fiction#1 in Buciners (30 Juli 2019) #1 in Kerinci (8 Agustus 2019) #1 in Sungaipenuh (19 Maret 2021) Jika jatuh membuatmu cinta, jangan sampai cinta membuatmu jatuh