9. Letupan emosi

22 11 1
                                    

Kamu percaya cinta pada pandangan pertama?

...

Tetapi setelah sepersekian detik mika menutup mata, ia tidak merasakan apa-apa yang ada ia malah mencium aroma parfum yang ternyata begitu dekat dengan indra penciumannya. Tidak membuang waktu mika pun langsung membuka kedua matanya dan membulatkan matanya saking terkejutnya.

Pantas saja ia tadi tidak merasakan sakit sedikit pun. Ternyata lelaki yang tadi mika tolong kini balik menolongnya. Alhasil sekarang mika berada dengan posisi yang sangat dekat dengan lelaki tersebut. Lelaki itu seperti setengah mendekap mika yang kala itu hampir terjatuh.

Sedangkan ketika pandangan mika menatap lurus kedepan, ia melihat saga yang awalnya berdiri menegang langsung berjalan cepat kearah mika dengan lelaki tadi yang masih setia dengan posisinya. Sontak saga langsung menarik mika menjauh dari sisi lelaki tadi.

Lelaki tadi hendak menahan saga yang sudah menarik mika dengan kalap. Tetapi saga malah balas mendorongnya dengan kasar lalu mika menatap lelaki tadi dengan tatapan 'udah gak papa' sontak mengerti dengan tatapan mika, akhirnya lelaki itu membiarkan mika pergi dengan saga.

"Lo apa apaan sih! Gue kan udah bilang, dia itu berbahaya! Gausah cari perhatian dengan sok pura pura jatoh segala bisa gak sih! Basi tau nggak. Oh gue tau lo pasti pura pura jatoh gitu didepan dia biar ditolongin sama dia kan?! Iya kan?!" Sentak saga penuh emosi pada mika, masih menarik lengan mika hingga ke arah parkiran.

Mika sedikit tersentak kaget melihat sikap saga yang berubah menjadi emosional. Ia menatap saga dengan jengah, tidak mengerti salahnya apa. Dan saga malah menyalahkannya, padahal tadi ia bernah benar hendak jatuh karena tersandung batu.

"Lo kenapa sih?!" Ucap mika masih menahan emosinya yang sudah diujung tanduk itu, lalu ia menyentak tangan saga yang ada dipergelangan tangannya. Ia tidak terima karena saga menyentaknya, padahal ia tidak melakukan apa-apa.

"LO YANG KENAPA?!" Balas saga, kini suaranya sudah naik beberapa oktaf lebih tinggi saking emosinya dia.

Mika menghembuskan napasnya kasar. Ia tidak habis pikir dengan saga, apa otaknya sedang konslet saat ini. Ia mencoba untuk bersabar, tapi saga sudah sungguh keterlaluan.

"Asal lo tau ya! Lagian kalo lo tadi gak diem aja waktu tau gue mau jatoh, ya dia gabakal nolong gue lah! Lagian punya hak apa lo ngelarang ngelarang gue buat ini itu!" Ucap mika panjang lebar dengan penuh emosi. Matanya memerah menahan tangis karena melihat wajah menyeramkan saga serta sentakan saga tadi. Akhirnya tidak tahan dengan perlakuan saga, mika langsung meninggalkan saga begitu saja dengan emosi yang meletup letup.

Sadar jika tindakannya sudah keterlaluan hingga membuat mika seperti ingin menangis, saga mengacak rambutnya kesal dan berlari mengejar mika yang sudah berada beberapa meter darinya. Kenapa ia begitu bodoh, sampai sampai meluapkan emosinya kepada mika yang tidak tau apa-apa.

"Mik! Mikaa maafin gue, gue gak bermaksud buat nyentak lo. Gu-gue kelepasan. Ayo biar gue anterin pulang" Ucap saga disela langkahnya dengan wajah menyesal. Merasa dihiraukan saga pun menahan lengan mika, hingga membuat mika terhenti dari langkahnya. Ia menatap saga dengan datar.

"Maafin gue yaa? Gue janji gabakal gitu lagi deh. Suerr" Ucap saga sekali lagi sambil mengangkat tangannya membentuk peace. Wajahnya kentara sekali sangat khawatir, takut jika mika jadi membencinya setelah kejadian ini.

Mika menghembuskan napasnya pelan. Kalau dipikir pikir semua orang juga pasti pernah melakukan kesalahan.

Jadi yasudalahh.

Akhirnya mika pun berjalan berbalik arah menuju mobil saga berada tanpa mengindahkan pertanyaan saga yang terlontar tadi. Ia sudah cukup dibuat kesal oleh tingkah absurd saga tadi.

Hai Mika!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang