Penemuan 1

13.5K 667 30
                                    

Dering telepon memanggil atensi pria lima puluh tahun yang bergegas lari mengangkat, lalu kembali tergopoh menuju ruang kerja di mana sesosok pria duduk terpekur menatap kosong jendela.

"Tuan Lee, tuan muda ditemukan."

Binar kelegaan mengganti tatap kehampaan, dan suara lantang sarat kelegaan pun terdengar dari bibirnya.

"Paman, siapkan mobil!"

.
.
.

Gema sirine memecah kesunyian malam dengan kelip lampu yang terangi gelap nan pekat. Gedung tua yang lama tak berpenghuni kini dipenuhi polisi.

Seorang berseragam menyambut sosok yang keluar dari mobil mewahnya dan menghambur keluar dengan tergesa.

"Mana anakku? Dia baik saja kan? Han— cepat katakan, di mana anakku!"

Detektif Han menepuk pelan bahu sang sahabat yang memberondongnya dengan pertanyaan. Netra kelamnya tersirat kepanikan yang terlukis dengan jelas.

"Kami menemukannya pingsan di gudang. Tak ada luka di tubuhnya, tapi— ah, cepatlah! Temani dia, Lee. Kita harus segera membawanya ke rumah sakit."

.
.
.

"Dari hasil Rontgen dada dan EKG, aku menemukan sesuatu yang salah di jantung anakmu. ASD—Atrial Septal Defect."

Untuk sesaat tuan Lee terpaku mencoba untuk mencerna penjelasan dokter di hadapannya. Mata berembunnya terpejam menggulirkan lelehan bening di pipi. Ia menarik napas dalam dan menghembuskannya cepat. Segalanya terasa tak masuk akal.

"Apa Anda yakin? Selama sepuluh tahun hidupnya ia baik saja. Tidak pernah kudengar keluhan saat ia berlatih atau melakukan aktifitas lainnya. Anakku juara bela diri, Paman. Ini pasti salah!" tangis pun pecah tak terbendung meluapkan sesak di dada.

"Tapi inilah kenyataannya, Lee. Pembatas serambi kanan dan kiri jantung putramu tidak menutup dengan sempurna. Untung saja diameternya masih kecil hingga kemungkinan untuk menutup sendiri dan sembuh cukup tinggi. Aku akan memberikan obat untuk mengurangi gejala yang muncul nantinya."

Dokter bermarga Kim itu menulis beberapa resep dan menjelaskannya secara rinci.

"Obat ini sejenis Beta Blocker untuk menjaga detak jantungnya teratur. Dan yang ini—Antikoagulan untuk mengurangi resiko pembekuan darah. Mulai saat ini, jaga pola makannya. Anakmu masih boleh berolah raga ringan. Aku sangat yakin dia tak akan tahan berdiam diri, tapi ingat, jangan terlalu menguras tenaga dan fisiknya," dokter berumur itu menghela napas panjang lalu menggenggam erat tangan pria yang telah dianggapnya anak.

"Lee, aku menyayangi anakmu seperti cucuku sendiri. Aku yakin dia kuat. Percayalah, dia akan baik saja."

.
.
.

Ini adalah senyap yang paling pekat bagi seorang Lee. Ia berjalan gontai dengan pikiran menerawang. Kenyataan yang baru saja didengar memukul telak hatinya, sukses memberai hidup yang baru saja tertata.
Baru setahun lalu ia kehilangan belahan jiwa, sang istri dalam kecelakaan lalu lintas. Kini setelah dua hari sebelumnya diselimuti kecemasan akibat penculikkan, Tuhan masih saja memberinya ujian.
Dalam keadaan sehat menjaga keselamatan buah hatinya sudah terasa berat, apalagi dengan kondisinya sekarang ini.

"Apa yang harus kulakukan? Tuhan, tolong aku."

.
.
.

Seorang perawat tengah mengukur suhu tubuh putranya dan menggeser regulator infuse saat Lee membuka ruang rawat. Ada pria setengah abad yang tak lain pelayan setianya berdiri di samping sang buah hati.

GOLDEN BOYSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang