Penemuan 11

3K 300 28
                                    

"Ini demi Haeni, Lee!"

DOR!

Dan Lee berharap semua ini hanyalah mimpi. Tubuh itu jatuh tersungkur dengan darah yang terus mengalir dari sela jari tangan yang mencengkram pusat hidupnya.

Namun ini semua nyata.

Sosok itu ... hidup dan belahan jiwanya.

"KOO!"

Seketika semestanya hancur.

.
.
.

"Kookoo, ini ayah, Nak."

Lee berjalan terhuyung menghampiri Jungkook dengan bibir tak henti melafalkan nama putranya, namun sosok kekar menghalangi langkahnya.

Pria gagah ini tak mampu lagi berontak, ia jatuh dan bersimpuh saat tangan kuat mendorongnya mundur. Semangat hidupnya menguap dihadapkan pada tubuh yang terbujur kesakitan.

Tawa kemenangan memecah kesunyian malam, mengiris luka di hati Lee. Masih dengan seringai liciknya Victor menepuk keras pipi Jungkook dan menyentuh luka menganga di dada kirinya.

"Me Gusta ..."¹

Cairan pekat di tangannya seakan zat adiktif yang membuai indranya penuh kenikmatan. Ia tersenyum puas, mengabaikan tatap benci Lee yang dibalasnya dengan seringai di sudut bibir.

"Ini salahmu!"

Kalimat penuh penghakiman yang diserukan Victor menyentak kesadaran Lee.

"Kalau saja kau tidak bersikukuh dengan idealismemu dan menerima tawaranku untuk membeli penemuanmu, kupastikan kau saat ini bahagia bergelimang harta yang tak kan habis hingga tujuh turunan. Dan aku tak perlu membuang waktu dan tenaga untuk menculik anakmu tujuh tahun lalu."

Senyum sarkas mengganti tawa Victor.

"Oh, kudengar anak itu selamat dari racunku, ya? Hebat juga kau, Tuan Ilmuwan! Untunglah kali ini aku tak perlu mengotori tanganku dengan membunuh putramu. Detektif Han dengan sukarela melakukannya untukku"

Seringai kemenangan menghias wajah mafia Kuba ini.

"Baiklah, aku tak ingin berlama-lama di sini. Ambil koper itu dan bereskan semua!"

Lee bergeming, membiarkan seseorang merebut kopernya.
Tatap kosongnya hanya tertuju pada Jungkook dan tak lagi peduli keadaan sekitarnya.

'Tuan Lee!"

'Bangun! Sadarlah!

"Kita pergi dari sini!"

Dalam kehampaan hatinya Lee menatap nanar kegelapan dan kesunyian yang perlahan berubah warna. Percikan api dari moncong senjata merobek pekatnya malam.
Desingan peluru berseliweran dengan rentetan suara tembakan mendirikan bulu kuduk. Namun kengerian yang mencekam tak jua menyentuh hati Lee yang telah lumpuh.

"Aku hanya ingin putraku, Tuhan."

.
.
.

"Ayah ..."

"Jangan bicara, Sayang. Koo ingin tau keadaan Taehyung? Kakakmu baik saja. Ayah menemukan penawarnya."

Senyum tipis sarat kelegaan menyeruak di paras pasinya yang hanya bertahan sesaat hingga tubuh yang telah berganti peran sebagai reseptor rasa sakit menusuk tiap mili tubuhnya mengganti gurat senyum menjadi kernyitan.

"Bertahanlah demi ayah, Koo."

"A—ayah menikahlah dengan ibu."

Dengan napas tersendat, Jungkook mengucapkan permohonannya.

GOLDEN BOYSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang